Sunday, December 10, 2017

Seri Lima Sekawan : Karang Setan


Pada masaku saat anak-anak dan remaja, yang menjadi favoritku adalah buku-buku Enid Blyton. Salah satunya serial Lima Sekawan (Famous Five) dengan kisah-kisah petualangan yang seru di berbagai tempat indah yang mereka kunjungi.

Beberapa waktu lalu aku beli buku ini untuk Bernard. Dia belum menowelnya karena masih ulangan semester walau sudah dibolak baliknya sekilas.

Judul Karang Setan ini diterbitkan dengan judul asli "Five Go to Demon's Rock", tahun 1961. Versi bahasa Indonesianya diterbitkan pertama kali oleh Gramedia pada tahun 1980. Yang kubeli ini cetakan ke 17, Desember 2016. Buku yang tua tapi cetakan muda.

Lima sekawan ini isinya Julian, Dick dan Anne, tiga bersaudara, ditambah George sepupu mereka bersama anjingnya yang pintar, Timmy. Di Karang Setan ini mereka berpetualang saat tinggal di Mercusuar tua yang tidak dipakai lagi milik seorang teman mereka. Mulainya petualangan saat mereka mendengar kisah-kisah seputar mercusuar, teluk dan gua-gua di sekitar tempat itu yang konon pernah dipakai untuk menyembunyikan harta karun dari segerombolan pencoleng.

Kalau kubaca lagi sekarang sih banyak betul yang ndak masuk akal dalam kisah mereka ini. Tapi abaikan saja dah. Saat kubaca ulang kemarin siang di antara vertigoku yang kambuh, aku hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk menuntaskannya. Keseruan yang serem dan bikin penasaran sudah tak ada, toh juga aku pernah membacanya dulu. Semua seri dari Lima Sekawan ini aku punya, mungkin sebagian masih ada di lemariku di Kediri sana. Dulu pun aku bisa membacanya berulang-ulang untuk menikmati sensasi berpetualang. Huhuhu.

Yang tetap menarik dari dulu sampai sekarang saat membaca buku ini adalah menu-menu makanan yang mereka keluarkan untuk makan pagi, siang dan malam saat mereka camping atau bertualang. Misalnya pada hari pertama tinggal di mercusuar, pada sore hari mereka merebus telur, masing-masing dua butir, dengan roti dan olesan mentega. "Kita gabung makan sore dan makan malam." Begitu Dick mengusulkan untuk hari pertama itu. Untuk sarapan keesokan harinya sebelum mereka belanja, mereka makan roti, telur dan disusul apel. Begitu dan seterusnya.

Dulu aku selalu terbayang-bayang menu-menu mereka itu. Misalnya makan roti dengan selai kacang, ditambah beberapa potong kue jahe yang dibawa dari rumah. Serta seiris kecil apel dan beberapa buah murbei yang diambil dari semak-semak di atas bukit. Atau, Anne menggoreng telur dadar untuk masing-masing anak, dengan roti mentega besar yang didapat dari toko desa. Setelah itu biskuit-biskuit yang renyah masih mereka santap dengan semangat dengan segelas susu segar. Macam begitulah. Aku selalu suka saat Enid menceritakan bagaimana mereka makan dan menu-menunya. Kemarin saat membacanya pun aku tetap suka pada bagian yang ini.

No comments:

Post a Comment