Friday, June 11, 2021

LHHH 13: Wihara Panjang - Merbau Mataram dan Tanjakan Maut di Awal

 

Minggu 9 Mei 2021, hash di seputaran Wihara Panjang - Merbau Mataram. Setelah beberapa minggu tidak ikut hash, di bagian awal hash kali ini sungguh-sungguh bikin putus asa. Tanjakan parah persis begitu keluar dari parkir wihara, terus nanjak hampir 90 derajat sampai bermenit-menit kemudian. Ketika sudah sampai jalan setapak yang lebih manusiawi, tanjakan masih terus- terus dan terus.

Banyak partisipan yang gugur di awal, tidak melanjutkan perjalanan. Ada yang balik turun ada yang mencari jalan lain.

Aku masih bertahan dengan sesekali berhenti atur nafas. Ketika sampai di jalan yang rata menjadi kesempatan untuk bersenang-senang, tapi jangan salah, langsung disambung dengan tanjakan lain walau tak separah tanjakan yang pertama.

Berikutnya lagi ada naik turun yang terus bergantian. Udara cukup sejuk karena banyak pepohonan yang merindangi jalan yang kami lintasi. Ladang-ladang penduduk menjadi harapan semangat, bayangkin mereka yang tinggal di situ setiap kali menikmati tanjakan dan turunan dan jalan seperti seperti itu untuk bekerja. Kami melintas hanya untuk olahraga dan bersenang-senang. Rasa syukur terus menerus terlantun dalam rute ini. 

Nah ya, peserta memang tak banyak, jadi perjalanan serasa lebih senyap dari biasanya. Mas Hendro tertinggal jauh di belakang bukan karena letoy tapi karena harus menemani dokter Ida, teman yang baru saja kami ajak. Bu Ida sudah pucat pasi setiap kali melihat tanjakan, di satu titik malah sampai muntah. Kita semangati bareng-bareng setiap kali, tapi mas Hendro memang paling cocok untuk menemani. Kalau modelku ya membawa tubuh sendiri saja udah berat. Hehehe.

Wednesday, June 02, 2021

LHHH (12): Mutun Plus-plus Bonus

Minggu, 18 April 2021 start hash dari Pantai Mutun. Pantai yang cukup populer di Lampung. Tidak persis di tempat wisata yang biasa orang-orang datang, tapi di sisi kirinya, tempat beberapa tambak. Ada satu rumah di situ yang dulu kuingat kosong pernah untuk acara anak-anak mahasiswa Unila. Di halaman depan rumah itu cukup luas dan lantai cocok untuk parkir. 

Saat aku dan mas Hen sampai lokasi, masih sepi, belum banyak orang yang datang. Maka kami ambilbonus yang pertama, yaitu foto-foto di sekitar pantai. Di daerah itu ombak nyaris tidak ada, sangat tenang. Beberapa anak kecil sedang bermain santai di pasir dan pantai, sangat aman. Agak terganggu dengan banyaknya sampah plastik. Ini masalah paling besar dalam pengembangan wisata Lampung: sampah.

Rute jalan dimulai seperti biasa sekitar pukul 07.00. Menyusuri jalan setapak, sesekali jalan kampung, melintas jalan aspal sangat dihindari tapi sesekali terpaksa melaluinya untuk menyeberang, lalu kembali menyusuri jalan setapak. Nah di sini nih bonus kedua boleh diambil sepuasnya. Full pemandangan indah. Tak habis-habisnya. Sepanjang jalan ada spot foto yang bagus menghadap ke mana pun. Apalagi ini daerah pantai, jadi pasti sesekali bisa menyentuh air laut.

Bonus ketiga adalah cuaca cerah. Langit biru sepanjang penyusuran yang membuat suasana ikutan cerah. Jadi semangat banget untuk foto-foto. Langit berwarna biru, laut berwarna biru... Spontan rasa syukur membuncah. Memang di beberapa tempat menemui tanjakan-tanjakan tapi tidak benar-benar ekstrem, masih bisa dilalui sambil nyanyi-nyanyi. Yang agak berat ada turunan yang curam, mesti pakai tali atau mrosot pakai pantat. Tapi tetap menggembirakan.

Nah, bonus keempat, kegembiraan ini menyebar pada semua teman hiking. Jadinya di sebuah pantai berpasir putih kami semua seperti kembali menjadi anak-anak. Bermain, berfoto, lebih setengah jam kukira atau hampir satu jam. Efeknya ya ke bonus berikutnya: waktu penyusuran hash ini jadi lebih lamaaaa....

Begitu sampai tempat parkir lagi, wahhhh... kerasa banget laperrrr.... Sudah tersedia nasi bakar cumi dan ayam yang boleh dipilih sesuai selera. Dan setelah kenyang, Ci Merling memberi bonus yang kelima khas keceriaannya yaitu joget tik-tokan di lokasi parkir yang sudah sepi karena kebanyakan sudah pulang. On... on....