Monday, July 26, 2021

Lampung Selatan Segala Musim Telah Terbit

 

Antologi Puisi

“LAMPUNG SELATAN SEGALA MUSIM”

 

Penulis:

Amir Syarifuddin

Arfi Irawati

Enchus el Mansyur

Hendryadi

Maya Syaffik

Novia Astari

Suntoro

Wayan Adiyatma

Yuli Nugrahani

 

Editor: Yuli Nugrahani

Ilustrasi: Enchus el Mansyur & Wayan Wiwik Komalayanti

Lukisan Sampul: Suntoro

Desain Sampul dan Tata Letak: Tri

 

ISBN: 978-623-95386-5-1

Penerbit:

Dewan Kesenian Lampung Selatan

Bekerjasama dengan Pustaka Labrak

 

Kalianda, 2021


Friday, June 11, 2021

LHHH 13: Wihara Panjang - Merbau Mataram dan Tanjakan Maut di Awal

 

Minggu 9 Mei 2021, hash di seputaran Wihara Panjang - Merbau Mataram. Setelah beberapa minggu tidak ikut hash, di bagian awal hash kali ini sungguh-sungguh bikin putus asa. Tanjakan parah persis begitu keluar dari parkir wihara, terus nanjak hampir 90 derajat sampai bermenit-menit kemudian. Ketika sudah sampai jalan setapak yang lebih manusiawi, tanjakan masih terus- terus dan terus.

Banyak partisipan yang gugur di awal, tidak melanjutkan perjalanan. Ada yang balik turun ada yang mencari jalan lain.

Aku masih bertahan dengan sesekali berhenti atur nafas. Ketika sampai di jalan yang rata menjadi kesempatan untuk bersenang-senang, tapi jangan salah, langsung disambung dengan tanjakan lain walau tak separah tanjakan yang pertama.

Berikutnya lagi ada naik turun yang terus bergantian. Udara cukup sejuk karena banyak pepohonan yang merindangi jalan yang kami lintasi. Ladang-ladang penduduk menjadi harapan semangat, bayangkin mereka yang tinggal di situ setiap kali menikmati tanjakan dan turunan dan jalan seperti seperti itu untuk bekerja. Kami melintas hanya untuk olahraga dan bersenang-senang. Rasa syukur terus menerus terlantun dalam rute ini. 

Nah ya, peserta memang tak banyak, jadi perjalanan serasa lebih senyap dari biasanya. Mas Hendro tertinggal jauh di belakang bukan karena letoy tapi karena harus menemani dokter Ida, teman yang baru saja kami ajak. Bu Ida sudah pucat pasi setiap kali melihat tanjakan, di satu titik malah sampai muntah. Kita semangati bareng-bareng setiap kali, tapi mas Hendro memang paling cocok untuk menemani. Kalau modelku ya membawa tubuh sendiri saja udah berat. Hehehe.

Wednesday, June 02, 2021

LHHH (12): Mutun Plus-plus Bonus

Minggu, 18 April 2021 start hash dari Pantai Mutun. Pantai yang cukup populer di Lampung. Tidak persis di tempat wisata yang biasa orang-orang datang, tapi di sisi kirinya, tempat beberapa tambak. Ada satu rumah di situ yang dulu kuingat kosong pernah untuk acara anak-anak mahasiswa Unila. Di halaman depan rumah itu cukup luas dan lantai cocok untuk parkir. 

Saat aku dan mas Hen sampai lokasi, masih sepi, belum banyak orang yang datang. Maka kami ambilbonus yang pertama, yaitu foto-foto di sekitar pantai. Di daerah itu ombak nyaris tidak ada, sangat tenang. Beberapa anak kecil sedang bermain santai di pasir dan pantai, sangat aman. Agak terganggu dengan banyaknya sampah plastik. Ini masalah paling besar dalam pengembangan wisata Lampung: sampah.

Rute jalan dimulai seperti biasa sekitar pukul 07.00. Menyusuri jalan setapak, sesekali jalan kampung, melintas jalan aspal sangat dihindari tapi sesekali terpaksa melaluinya untuk menyeberang, lalu kembali menyusuri jalan setapak. Nah di sini nih bonus kedua boleh diambil sepuasnya. Full pemandangan indah. Tak habis-habisnya. Sepanjang jalan ada spot foto yang bagus menghadap ke mana pun. Apalagi ini daerah pantai, jadi pasti sesekali bisa menyentuh air laut.

Bonus ketiga adalah cuaca cerah. Langit biru sepanjang penyusuran yang membuat suasana ikutan cerah. Jadi semangat banget untuk foto-foto. Langit berwarna biru, laut berwarna biru... Spontan rasa syukur membuncah. Memang di beberapa tempat menemui tanjakan-tanjakan tapi tidak benar-benar ekstrem, masih bisa dilalui sambil nyanyi-nyanyi. Yang agak berat ada turunan yang curam, mesti pakai tali atau mrosot pakai pantat. Tapi tetap menggembirakan.

Nah, bonus keempat, kegembiraan ini menyebar pada semua teman hiking. Jadinya di sebuah pantai berpasir putih kami semua seperti kembali menjadi anak-anak. Bermain, berfoto, lebih setengah jam kukira atau hampir satu jam. Efeknya ya ke bonus berikutnya: waktu penyusuran hash ini jadi lebih lamaaaa....

Begitu sampai tempat parkir lagi, wahhhh... kerasa banget laperrrr.... Sudah tersedia nasi bakar cumi dan ayam yang boleh dipilih sesuai selera. Dan setelah kenyang, Ci Merling memberi bonus yang kelima khas keceriaannya yaitu joget tik-tokan di lokasi parkir yang sudah sepi karena kebanyakan sudah pulang. On... on....

Thursday, May 27, 2021

Pelatihan Menulis Kreatif: Semua Bisa Menulis!

 Semua Penulis Bisa Membaca dan Semua Pembaca Bisa Menulis. Itulah tema pelatihan menulis sesi 1 pada Jumat Malam 22 Mei 2021, bersama para mahasiswa penggiat UKM Katolik Universitas Lampung. Aku menyanggupi memandu mereka sejak pertemuan dengan mereka beberapa minggu sebelumnya, dan aku koreksi sedikit tema yang mereka sodorkan. Awalnya mereka mengatakan semua penulis bisa membaca tapi tak semua pembaca bisa menulis. Kubilang: "Semua bisa menulis." 

Yes, ini harus diyakini dulu di awal, karena kalau tidak mereka tak akan pernah menghasilkan apa-apa walau ikut pelatihan menulis jutaan kali. Semua harus yakin bahwa mereka bisa menulis seperti apa pun latar belakang pengalaman dan pembelajaran yang pernah mereka alami.

Jadi pertemuan pertama sekitar 2 jam ini aku ajak mereka bersenang-senang melihat bahwa kita semua dilingkupi fakta dan imajinasi yang tiada henti, tak terbatas bisa kita ambil sebagai sumber tulisan kita. Selebihnya, mau menulis dalam bentuk apa berdasar bahan yang sudah kita dapatkan itu, ya suka-suka kita.

Para jurnalis akan menuliskan fakta-fakta dalam bentuk berita, feature. Sedang para sastrawan menuliskan imajinasinya dalam bentuk puisi, prosa. Dalam menangkap fakta pun imajinasi tetap ikut serta, pun ketika berimajinasi kita pasti berangkat dari fakta-fakta. Dah, asah dua hal itu dan belajarlah membedakannya sehingga bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan.

Sepanjang pelatihan secara online ini (ini kali pertama aku melatih menulis secara online. great.) aku minta mereka selalu siap dengan buku dan pena, atau laptop yang siap untuk menulis sesuai dengan panduanku. 

Salah satunya mereka melatih diri mengembangkan satu kalimat yang kucuplik dari Kahlil Gibran menjadi paragraf mereka sendiri. Dan itu bisa diambil sebagai pembuktian: Kalian bisa menulis.

Pada bagian akhir, aku meminta mereka menulis secara bebas sebuah tulisan yang utuh, dan dikumpulkan sebagai syarat untuk mengikuti sesi 2 latihan menulis yang akan dibuat tidak lama lagi. Tulisan-tulisan itu juga bisa menjadi bahan untuk buletin yang mereka terbitkan.

Tuesday, May 25, 2021

Januari sampai Mei Ngapain Aja Hoiiii... Yuliii, Jangan Malas.

 Tahun 2021 ini menjadi tahun yang diawali dengan banyak hal menarik. Tapi kok malah blog sepi yaaa.... Payah bener penulis yang satu ini. 

Ok, aku mau jujur saja mengawali dari permulaan untuk tanggal ini. Andai besok bisa dirutinkan lagi penulisannya pasti akan ketemu kembali alirannya. Nah, yang sudah terlewat aku akan menulis ringkasan kronologis aja sebagai catatan, kapan-kapan mungkin bisa kutulisa lebih panjang jika memang harus dituliskan.

Januari 2021

Januari dipenuhi hal-hal yang tak terduga. Misal kedatangan keluarga muda Carlo, Cicil, Patricia dan Paulin pada minggu pertama di bulan ini. Menjadi semarak karena banyak hal baru yang tak terupdate lama. Bulan ini juga menjadi bulan penuh duka. Romo Teddy meninggal karena Covid selang dua hari saja dari WA beliau yang terakhir. Orang yang penuh semangat ini tak mungkin kulupakan. Pada bulan ini juga dipenuhi dengan kesibukan karena satu ibu yang selalu kontak karena kemungkinan kekerasan yang dia alami dalam keluarga, hmmm... bukan kesibukan tapi penuh uraian airmata dan kesesakan. Doaku untukmu, ibu. Hal-hal rutin terus berjalan di bulan Januari ini. Kerja di keuskupan secara rutin tiap hari. Juga kerja pengawasan Koperasi Mekar Sai yang selalu sibuk di awal tahun karena persiapan laporan RAT dan segala sesuatunya. Rutinitas lain yang menarik adalah jalan tiap minggu bersama LHHH.

Februari 2021

Awal bulan dimulai dengan kontakan dengan Sr. Katharina FSGM tentang garapan peringatan St. Bakhita untuk korban human trafficking. Selebihnya adalah kesibukan koperasi yang semakin rapat rapet sampai akhir bulan. Untung ada hash dan kesempatan kunjungan ke Lamtim keluarga Rm. Wicak yang akan segera mengakhir masa kerja di keuskupan. Selain itu ada beberapa perjumpaan untuk Puspa, SGPP dan penggarapan modul KPP yang intensif.

Maret 2021

Kerja dengan dinas PPPA provinsi ada beberapa agenda. Selain itu ada KPP online juga dalam rangkaian komitmenku bersama suami untuk membantu KOMKEL keuskupan. Selain itu juga ada garapan mendorong Puspa Kota Bandarlampung. Pada akhir bulan ada hadiah yang kuterima dengan deraian airmata, yaitu SK ketua Puspa. Senang? Ya. Ini peluang menarik untuk dikerjakan. Sedih? Hmmm... mungkin bukan sedih. Tapi gamang, takut... ada banyak PR yang harus dikerjakan di sana. Saat menulis ini pun aku menarik nafas panjang. Aku dikuatkan oleh dukungan teman-teman, juga rangkulan Tuhan pada jiwaku.

April 2021

April diawali dengan rangkaian pekan suci. Menjadi spirit yang berkobar di hatiku walau semua dilakukan secara terbatas, lewat internet. Pengukuhan Puspa dilakukan pada kamis 15 April 2021 oleh wakil gubernur, diikuti beberapa kegiatan bulan puasa. Ada kesempatan untuk kembali bicara tentang aktif tanpa kekerasan di Unila untuk para mahasiswa FISIP. Ohya, Dardiri teman kuliah di Brawijaya tiba-tiba kontak dan mampir semalam di rumah. Bulan ini juga diwarnai wawancara dengan media bersama Alfa dan juga bersama Wahyu yang sedang mengerjakan skripsinya.

Mei 2021

Mei menarik karena ada ksempatan untuk bersama Komkel mendampingi tim keluarga di Jogjabaru. Nginep 1 malam di sana serasa piknik. Awal bulan juga ada dua kali diskusi bersama SGPP tentang pendampingan psikososial dan gereja katolik ramah anak. Lalu persis sebelum lebaran, masa lebaran dan sesudahnya menemani 3 anak dan ibunya yang 'potensial terjadi kekerasan', dan sudah terjadi sebenarnya. Moga ada pemulihan bagi mereka dan kembali sebagai keluarga yang baik. Akhir bulan ini bakal asyik karena ada beberapa even. Latihan nulis untuk mahasiswa Unila dan juga kegiatan lain.


Tuesday, February 09, 2021

LHHH (11) : Tanjung Selaki yang Santaiiii... plus Bonus-bonus...


Hash Minggu 7 Februari 2021 ini kondisi tubuhku tidak terlalu ok. Tubuhku masih berjuang menyembuhkan vertigo yang kambuh parah dari akhir bulan Januari. Jadi kubilang ke Mas Hen: Aku ikut tapi aku akan menikmati pantai saja, jalan di sekitar situ.

Tentu saja aku akan menikmati karena kebetulan rute hari itu hash dilakukan dengan start Pantai Tanjung Selaki di Lampung Selatan. Ini tak boleh dilewati begitu saja. Jadi aku ikut berangkat pagi-pagi sekali, butuh sekitar 1 jam perjalanan dari rumah menuju tempat parkir untuk memulai rute.

Kupersilakan mas Hen untuk jalan bersama para master, daripada tidak sabar nanti menghadapi aku yang lelet. Aku memilih mepet ke Pak Amir yang tahu rute dan mbisiki: Pak, rekomendasikan aku jalur tanpa tanjakan.

Yes, pak Amir pun memberikan petunjuk-petunjuk, malah bisa kuikuti, bersama dengan beberapa bapak lain yang memang mau santai. Inilah asyiknya LHHH, kita bisa memilih rute berdasar kondisi fisik yang sedang berlaku. Jadi saat ada tanjakan ke arah bukit, pak Amir menunjuk jalan ke kiri yang datar.

Eh, ternyata pilihan jalan setapak yang datar itu sangat tepat. Kami berlima yang memilih jalur itu mendapatkan bonus: 2 buah durian runtuh kelas dewa. Enak pollll... 

Foto-foto tidak banyak ambil karena biasanya kan yang motret mas Hendro. Hehehe. Foto hanya beberapa titik saja dan foto bareng mas Hen saat masih di pantai.

Di persimpangan lain, pak Amir menunjukkan lagi jalan ke kiri, kebun pisang. Ada beberapa pisang matang sisa panen yang ditinggal tercecer oleh pemiliknya. Bonus kedua, pisang matang pohon yang legitttt....

Di jalur ini nyaris tak ada tanjakan dan turunan yang cukup berarti. Jadi aku bisa menyelesaikan dengan baik. Cukup jauh juga sih, mungkin ada sekitar 1,5 jam atau nyaris 2 jam. Tapi sungguh sangat tepat pemilihan jalur ini pas sesuai dengan tubuhku.

Aku dan rombongan kecil ini sampai finish kukira paling awal, tapi ternyata ada banyak juga yang memilih rute santai suka-suka walau tidak satu jalur dengan yang kami pilih. Sebagian dari mereka sudah nongkrong duluan di pantai saat kami sampai. Sedang rombongan mas Hen paling akhirrrr dong. Mereka selalu ambil jalur lengkap yang terjauh. 

Tuesday, January 19, 2021

Wisata Lampung Barat dan Pesisir Barat (2): Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Kebun Raya Liwa


Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak. Pagi-pagi 26 Desember 2020 kami sudah nyaris siap ketika sopir travel bilang sudah dekat dengan rumah. Weih, tepat waktu bener si sopir. Pas pukul 08.00 dia menjemput sesuai janjinya. Mobil itu sudah berisi satu penumpang seorang bapak duduk di posisi paling belakang. Kami berlima itulah penumpangnya, sehingga mobil cukup longgar dan nyaman. Mobil hanya berhenti 3 kali: isi bensin, makan siang di daerah Sumberjaya dan saat menurunkan si bapak tak terlalu jauh dari tempat makan. Setelah itu hanya kami berempat plus sopir yang ada dalam mobil.

Sampai di Homestay Piknik Liwa pukul 13.00. Dan hujaannnn.... Deras pula. Waduh. Si Komenk sudah menunggi di tempat penginapan dengan wajah sedikit cemas. Kalau tetap hujan alamat kami semua tak mungkin pergi ke destinasi yang sudah direncanakan karena tempat-tempat itu wisata alam terbuka. Pasti basah kuyup dan licin.

"Kami istirahat saja dulu. Nanti jam 14.00 kita lihat cuacanya lalu kita rencanakan enaknya bagaimana."

Itulah yang kami lakukan. Sampai jam 2 siang hujan masih lebat. Aku dan mas Hendro membuat kopi. Nah wajib ini. Liwa itu daerah kopi jadi kudu ngopi. Dan cangkirnya batok-batok kelapa yang keren. Wah.

Kami membawa cangkir kopi ke bawah bertemu Komenk dan Eka Fendi pemilik homestay di ruang tamu untuk atur rencana. Hujan masih turun deras. Diselingi obrolan segala macam mulai dari wisata Liwa, budaya dan seni, makanan-makanan menarik di Lambar dan seterusnya, aku juga menyerahkan beberapa bukuku untuk ditaruh di perpustakaan mini yang mereka punyai.

Jam 15 lewat hujan mereda. Kami pun sepakat untuk segera memulai perjalanan di seputaran Liwa. Yang pertama dikunjungi adalah  Kubu Perahu, yaitu kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Perjalanan sekitar 30 menit ke arah Krui, macet beberapa menit karena ada tanah longsor yang sedang dirapikan kembali dengan alat berat.


Sampai di gapura Kubu Perahu, Komenk menawari kami jika berminat untuk pesan makanan di salah satu warung sebelah loket untuk di makan dekat sungai. Pas banget memang aku mulai kerasa lapar karena siang hanya diisi roti dan telur rebus serta beberapa suap ngincip makanan-makanan cowok-cowokku. Jadi kami pesan di Dapur Sepapah, nasi liwet, ayam goreng, lalapan lengkap. Itu menu terakhir yang mereka miliki. 

Setelah membayar biaya masuk di loket kami mengitari lokasi Kubu Perahu, sekitar sungai lalu masuk sebentar ke hutan. Sayang sekali sudah sangat sore dan usai hujan sehingga kami tak mungkin melanjutkan perjalanan hingga ke air terjun. Kami jalan masuk menanjak sampai jalan semen habis lalu balik badan. Konon untuk sampai ke air terjun membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam lewat jalan setapak tersebut. Ada dua air terjun di situ, disebut sebagai Sepapah Kiri dan Sepapah Kanan. Mas Hendro langsung mencatat: itu destinasi untuk kali berikut.

Saat kami turun, langit semakin gelap karena sudah semakin sore dan mendung. Makanan dari Dapur Sepapah sudah siap santap di salah satu pondok dekat sungai. Setelah ke toilet sebentar, berempat langsung menyerbu makanan yang tersedia. Suerrr... enak banget. Serba pas. Pas lapar, pas hujan, pas anget, .... nasi liwet yang harum, ayam goreng yang gurih masih bonus tempe tahu goreng dan sambel yang tidak terlalu pedas. Mantap pokoknya. Puas banget....


Usai makan, menyelesaikan semua tagihan di Dapur Sepapah plus beberapa obrolan pendek kami lanjut ke tujuan kedua, Kebun Raya Liwa. Tapi jelas tak mungkin masuk kebun raya karena jam sudah lewat dari jadwal kunjung. Dalam gerimis tipis kami foto-foto saja di tempat parkir, minimal kami tahu di situlah Kebun Raya Liwa. Catatan kedua Mas Hen: dikunjungi di lain kesempatan..

Usai itu kami kembali ke homestay, hawa Liwa yang sejuk mulai berubah menjadi lebih dingin. Komenk tanya apakah kami masih ingin keliling Liwa saat malam, aku sudah ndak ada niat sama sekali, Sudah pengin mandi dan berbaring. 

Malam menjelang jam 21.00 saat kami semua sudah bersih dan berbaring, si Albert yang punya ide untuk keluar cari makan. Untung si Eka Fendi punya motor yang boleh dipinjam sehingga Albert dan bapaknya bisa keluar mencari makan sekaligus mengintip suasana Liwa di waktu malam. 

Gerimis masih berlanjut, dan makan sangat malam itu terasa nikmat dengan menu nasgor dan bandrek anget. Yup, hari pertama dipenuhi rinai hujan tapi toh tetep asyik.

LHHH (10) : Perbukitan Batu Putuk Bonus Air Terjun


 Minggu 17 Januari 2021 menjadi hash pertama di tahun ini dalam komunitas Lampung Hash House Harriers (LHHH). Tidak terlalu banyak yang ikut, tapi cukup seru dengan tantangan rute yang menawan. Tim hare yang menentukan rute menentukan start dari halaman villa ko Okta di daerah Batu Putuk Bandarlampung. Villa ini masuk sekitar 300 meter dari jalan besar. Semangat tahun baru masih berkobar sehingga kegembiraanlah yang membungkus kegiatan hash pertama ini.

Tidak ada bocoran berapa panjang rute yang akan dilalui, tapi aku sudah membayangkan seperti apa yang bakal di lalui karena pernah juga jalan di sekitar lokasi ini. Namun ternyata kenyataan tak seindah bayangan. Eh memang sih rutenya melewati alam yang super indah, yang masih membuatku terkagum-kagum bahwa di daerah Kota Bandarlampung pun ada tempat seperti ini. Tapi tak menyangka bahwa rute bakal melewati tanjakan dan turunan yang terjal, keluar masuk sungai.


Tanjakan pertama sudah bikin tersengal-sengal di menit-menit awal. Lalu segera lega dengan turunan, tapi kemudian turunan begitu terjal sehingga terpeleset-peleset di jalan setapak. Lalu masuk ke sungai, yang walau tak terlalu jernih sangatlah sejuk. Sungai yang sama ini kami lewati dan susuri empat kali dalam rute ini. Sebenarnya aku sudah bersiap-siap dengan membawa sandal jepit yang biasanya akan kupakai sebagai ganti sepatu kalau melewati sungai. Aku tak suka berjalan dengan sepatu basah kuyup, kaki jadi berat dan salah-salah kedinginan membuat kram. Masalahnya, jalanan becek. Kalau aku melepas sepatu beberapa kali pasti sepatuku akan kotor luar dalam. Itu lebih tak nyaman. Kalau perjalanan dilanjutkan dengan sandal jepit pasti itu tak aman bagiku. Jadi dengan rela kulewati dan susuri sungai dengan sepatu. 


Di beberapa tempat mesti melewati lumpur sehingga akhirnya juga sepatu kotor sampai bagian dalam karena kaki terbenam ke lumpur. Usai itu jalan pasti lebih lambat dan berat.

Beberapa kali aku merasa putus asa dan ingin mencari jalan termudah ke jalan aspal lalu naik ojek atau apa pun, tapi apa asyiknya jal, lebih-lebih dikasih tahu peta lokasi itu oleh Mas Hen, jika keluar ke jalan aspal pasti harus menempuh jarak lebih jauh untuk sampai ke garis start tempat parkir kendaraan. Jadi ya sudah, menikmati jalan setapak pelan-pelan, hati-hati. Beruntung ada pak Leo bersama kami, dan mas Hen sangat sabar menemani kami yang jalan dengan pelan-pelan. Aku yakin sih mas Hen bisa 3 kali lebih cepat kalau jalan sendiri tanpa harus menemani kami yang jalan kayak siput, kalau nanjak mudah ngos-ngosan, kalau turun takut kepeleset. Haiyaaa...

Di satu titik setelah tiga perempat jalan kami sampai ke Air Terjun Batu Putuk. Tempat ini biasa jadi tempat nongkrong anak-anak muda. Minggu itu sih tak terlalu banyak yang berkunjung, hanya ada 4 orang muda berfoto-foto di situ. Kami juga ambil kesempatan untuk istirahat sambil foto-foto sebentar. Pilihan yang tepat karena setelah itu kami melewati tangga-tangga yang terjal entah berapa ratus anak tangga yang dibuat oleh pengelola air terjun untuk memudahkan pengunjung datang ke lokasi wisata itu.

Masalahnya anak tangganya dibuat sebagian besar sangat tinggi, huiiih, kukira ini rute terberat deh. Tapi juga paling semangat karena membayangkan bahwa sebentar lagi sudah sampai finish. 


"Usai ini ambil jalan yang pasti aja." Tekadku dalam hati, berniat untuk nyimpang ke jalan aspal untuk sampai ke tempat parkir.

Tenyata saudara-saudara, itu salah. Kalau nyimpang ke jalan aspal, rute akan sangat jauh dan tidak selalu bisa beruntung ketemu ojek. Jadi aku manut mas Hen dan pak Leo untuk menuruni lembah lagi dan naik bukit untuk sampai ke villa ko Okta. "Itu, villanya juga kelihatan dari sini." Gitu kata mereka.

Kami membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk turun dan naik di bagian akhir ini. Masih berlicin-licin dan ngos-ngosan, sampai kemudian kebun-kebun sayur di kompleks villa kelihatan. Yeeeee.... berhasillll.... Pukul 11 kurang sedikit kami bisa mencuci tangan dan tertawa-tawa di base lupa tanjakan dan turunan yang sudah dilalui. Dan aku lupa sama sekali kalau dalam rute aku blas ndak bikin foto dari kameraku sendiri. Oalahhhh.... jadi begitu sampai rumah langsung ngopyak HP mas Hen untuk mencuri foto-foto dari kameranya. Hhehehe.... on on....

Tuesday, January 12, 2021

Wisata Lampung Barat dan Pesisir Barat (1): Perencanaan yang Keren untuk Libur Akhir Tahun

Pemandangan pertama di Liwa: kebun wortel.

 Sebenarnya agak keterlaluan kalau tahun 2020 ini mengambil cuti tahunan 12 hari kerja. Sejak akhir Maret 2020 sampai akhir Nopember, jam kerja sungguh berantakan. Beberapa bulan malah kerja dari rumah, rencana kerja yang berubah nyaris semuanya terfokus ke Covid dan dampaknya. Beberapa kali malah harus menahan diri untuk tidak ke kantor ketika tubuh sedang tidak fit. Bukan hanya ngeri terkena paparan virus tapi juga takut membawa virus dan menyebarkannya pada orang lain yang kujumpai. Rencana untuk pulang kampung sudah gagal total dengan pertimbangan penyebaran covid ini. 

Namun aku memutuskan untuk mengambil hak cutiku dengan pertimbangan aku butuh diam saja di rumah, beberapa kali merasakan stamina naik turun, masih ada beberapa pekerjaan yang belum selesai tapi aku yakin bisa kukerjakan di atau dari rumah dan seterusnya. Jadi aku mengambil tanggal 8 Desember untuk memulai cuti dan akan berakhir pada 23 Desember. Persis 12 hari kerja, lalu dilanjutkan libur Natal dari kantor, biasanya akan berakhir pada tahun baru.

Dari mulai tanggal 8 itulah aku atur supaya aku cukup relax, eh tetap bekerja sebenarnya karena ada beberapa agenda yang sudah kubuat misalnya diskusi2 lewat zoom, pertemuan dengan satu atau dua orang dan seterusnya. Tapi karena aku tak harus ke Pahoman (Rumah - Pahoman itu sekitar 15 km, membutuhkan waktu minimal 30 menit dengan caraku membawa motor secara santai.) Sesekali aku masih ke kantor jika membutuhkan suatu bahan atau kalau janjian dengan orang yang tak mau kuterima di rumah. 

Liburan yang sesungguhnya baru mulai pada tanggal 23 Desember setelah menerima gaji. Hehehe... telat banget ya. Jadi di tanggal itulah kami mulai bebenah, membersihkan rumah, memasang gua natal dan merencanakan ini itu termasuk sedikit kue untuk menandai natal, menyiapkan sedikit angpao untuk anak-anak yang mungkin saja akan datang ke rumah, termasuk mengagendakan ikut misa natal yang pas, makan bersama keluarga.

Sembari menyiapkan natal, aku juga merayu suami dan anak-anak untuk pergi beberapa saat meninggalkan rumah. Terserah tujuannya, pokoke nginep beberapa saat tidak di rumah. Pilihannya ada tiga: Tegal Mas, Pahawang dan Liwa. Beberapa nomor kontak kami hubungi, membandingkan harga dan ongkos yang mesti kami keluarkan. Juga menimbang suasana yang mungkin di dapat dari tempat-tempat itu.

Pilihannya ke Liwa, bonus Krui. Dengan pertimbangan: tempatnya yang paling sunyi, ada banyak destinasi, biayanya murah, dan sudah lama nian tidak ke sana. Selain itu ada beberapa tempat yang belum pernah kami kunjungi di sekitaran Liwa.

Dibantu Komenk, guide tour dari Liwa yang sudah sering kontak-kontakan, kami membuat catatan rencana perjalanan:

Hari 1 kami tiba di Liwa, menginap di Homestay Piknik Liwa, sekitar jam 14.00 setelah istirahat sebentar kami akan langsung ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Kebun Raya Liwa dan malam bisa wisata kuliner.

Hari 2 pagi-pagi akan menikmati alam di Negeri Kahyangan lalu otw Suoh ke Danau Asam, Kawah-kawah yang ada di sana, dan Danau Lebar. Perjalanan ini akan membutuhkan waktu sampai sore dan malam bisa nongkrong lagi di suatu tempat.

Hari 3 perjalanan ke Krui, menikmati beberapa pantai, siang kembali ke Liwa dan sore kami balik ke Bandarlampung.

Rencana ini kami sepakati, aku mulai menghitung biaya-biaya yang diperlukan, memangkas sana-sini. Begitu beres, aku kontak Komenk lagi untuk meminta dia booking penginapan, minta no mobil travel yang bisa kami pesan, juga memastikan ada mobil yang bisa kami sewa selama di Liwa. Semuanya beres, tanggal 26 Desember kami akan memulai liburan akhir tahun 2020 di daerah yang sepi, mulai bersiap termasuk perlengkapan penangkap virus yang wajib kami bawa.

Mari berliburrrr....