Friday, July 31, 2020

Selamat Hari Raya Idul Adha

Berkah saat Hari Raya Idul Adha itu konkret. Pas hari ini Jumat 31 Juli 2020, korban dipersembahkan dalam memperingati hari istimewa ini, dan aku sekeluarga pasti juga mendapatkan cipratan berkah Idul Adha ini. Mesjid dekat rumah dalam kompleks Blok C menjadi pusat peringatan dengan tiga ekor sapi yang dipotong.

Biasanya kupon-kupon untuk seluruh warga tanpa kecuali sudah dibagikan sehari sebelumnya. Tradisi ini sudah berjalan sejak bertahun-tahun yang lalu. Selain untuk warga satu blok, daging-daging korban juga dikirimkan untuk fakir miskin. 

Yang berbeda sejak tiga tahun lalu saat perayaan Idul Adha. Dulu sejak Albert masih kecil, setiap hari Idul Adha atau beberapa hari setelahnya pasti mereka ngumpul di rumah bikin sate bebakaran di belakang rumah. Masing-masing membawa segenggam daging dari rumah masing-masing lalu dibumbui dan dibakar beramai-ramai. Biasanya aku akan menyediakan bumbu-bumbu dan nasi dalam jumlah banyak untuk mereka.

Nah, sejak tiga tahun lalu rumahku tidak lagi memakai kulkas untuk penyimpan makanan. Semua yang kami makan adalah masakan segar hari tersebut atau kalau pun sisa hari kemarin pasti karena diperpanjang umurnya dengan dikukus atau rebus atau goreng. Karena itulah aku berusaha masak dalam jumlah yang secukupnya untuk makan sehari.

Efeknya ke sate dari daging segenggam dari masing-masing rumah untuk Albert dan teman-temannya ya di situ itu. Karena tak ada kulkas maka seluruh daging dan yang menyertainya (biasanya juga ada tulang dan jerohan dalam paket daging kurban yang dibagikan) akan langsung aku rebus. Tak peduli nanti mau dimasak apa pokoknya aku rebus saja dulu. Nanti gampang membumbuinya sesuai selera.

Tadi siang pun setelah Bernard menukarkan kupon, langsung kupisahin daging dan tulang dengan jerohannya. Daging dan tulang-tulang aku rebus dalam satu panci, sedang jerohan (untuk tak banyak tadi, hanya sedikit babat dan jantung) aku rebus di panci terpisah. Selembar kulit aku buang karena tak tahu bagaimana mengolahnya.Sudah kucoba mengerok bulu-bulunya tapi tak berhasil. Coba kukupas dengan pisau juga tak berhasil karena pisau yang kupunya tak terlalu tajam.

Inilah berkah konkret Hari Raya Idul Adha, saat makan malam ada tiga jenis masakan yang tersaji : rawon tetelan dengan tulang belulang, soto babat dan jerohan kutambah dengan tulang-tulang tersisa dan terakhir daging yang masih utuh kupotong-potong jadi rendang. Wihhh, mantap to. Bisa pilih mana yang menarik selera. Daging yang dibagikan itu pas dengan porsi yang secukupnya untuk kami sekeluarga. Bukan hanya untuk malam ini, tapi bisa sampai besok aku tak perlu masak lagi. Bahkan kalau ada yang bertamu, aku yakin makanan-makanan ini masih cukup untuk beberapa orang lagi.

Selamat Hari Raya Idul Adha. Kasih yang konkret ini semoga terus hidup di dunia dan dinikmati oleh semua orang. Darah yang tertumpah dari hewan ternak itu tak akan sia-sia. 

Thursday, July 30, 2020

Selamat Jalan, Ajib Rosidi

Berita meninggalnya senior penyair dari Jawa Barat ini aku terima kemarin malam. Hari ini (Kamis 30 Juli 2020) aku tergopoh-gopoh bersiap melayat. Ah, tidak dalam artian seperti biasa yang datang secara fisik. Melayat untuk masa kini dan untuk orang-orang yang tak ada persentuhan apa pun denganku, adalah pertama, berdoa secara khusus dengan menyebut namanya supaya jiwanya berada dalam lindungan Penciptanya. Dan kedua, karena ini tentang Ajib maka melayat adalah mengingat puisi-puisinya.

Untung banget ada teman melayat. Maka aku dan Fendi Kachonk melayat bersama dengan membaca masing-masing puisi ciptaan Ajib Rosidi dan kemudian Fendi menyiarkannya lewat youtube chanelnya.

Dua puisi yang kami baca adalah:

Aku

Tinju menghantam. Belati menikam.
Seluruh dunia bareng menyerang, menerkam.
Aku bertahan. Karena diriku
Dalam badai, gunung membatu,

Lengang sebatang pinang
Di padang pusaran topan.

Segala arah menyerang. Dari luar, dalam.
Tikaman tiada henti. Siang, malam.
Aku bertahan. Karena hidup
Muatan duka nestapa
Yang kuterima ganda ketawa.

1963


Hanya Dalam Puisi

Dalam kereta api
Kubaca puisi: Willy dan Mayakowsky
Namun kata-katamu kudengar
Mengatasi derak-derik deresi.
Kulempar pandang ke luar:
Sawah-sawah dan gunung-gunung
Lalu sajak-sajak tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang terbungkus sejak pagi
Melalui hari-hari keras dan sunyi

Kutahu kau pun tahu
Hidup terumabang-ambing antara langit dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari mencari Hawa.

Tidakkah telah menjadi takdir penyair
Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga ditemuinya; Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada situasi?

Dalam lembah menataplah wajahmu yang sabar.
Dari lembah mengulurlah tanganmu yang gemetar.

Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari besi Sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir: Menjulur
ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.

Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
semuanya jelas dan pasti.

1968

Lawatan kami ke rumah puisi Ajib Rosidi bisa dinikmati 

Wednesday, July 29, 2020

Sumber Aneka Motor: Membuka Usaha di Masa Pandemi

Membuka usaha dalam situasi pandemi seperti ini? Mengapa tidak? Itulah yang kami kerjakan sekarang ini. Membuka bengkel motor dengan semua layanan standar untuk motor aneka jenis. Kami menamainya Bengkel Sumber Aneka Motor. Dikerjakan oleh 2 mekanik untuk:
1. Tambal ban
2. Ganti oli
3. Servise apa pun jenisnya
4. Modiv motor apa pun yang diinginkan
5. Dll.

Keraguan yang muncul justru dari banyak orang lain. "Semua usaha sedang lesu lho. Yakin?" Atau yang lain bilang,"Kok di situ tempatnya? Kan sepi itu di bawah fly over." Atau. "Lha gimana ngerjainnya?" Yang tahu kisah kami akan lebih kuatir. "Nanti jangan2 kayak waktu jualan bakso itu." Dan lain-lain lagi.

Hmmm, yakinlah, kalau ada banyak yang kuatir, kamilah yang paling kuatir karena kami yang akan menanggung segala resikonya. Namun ada banyak keyakinan jauh melampaui kekuatiran itu sehingga kami berjalan mantap.

1. Usaha baru memang harus dilakukan. Untuk keamanan finansial keluarga ada sebuah istilah: diversifikasi sumber penghasilan keluarga. Maka, harus mulai sekarang juga. Bukan nanti, tapi sekarang.

2. Pengalaman kegagalan bisa membuat trauma, tapi itu juga pembelajaran yang luar biasa bagi kami. Menjadi lebih hati-hati dengan membuat daftar pertanyaan2 yang segera dicari jawabnya. Misal tentang ketetapan hati mekanik yang akan bekerja. Kemampuan mereka. Dan sebagainya.

3. Beberapa perjumpaan dengan orang-orang penuh semangat menambah mantapnya niat kami itu. Di tengah kelesuan banyak orang, kita harus punya geliat usaha upaya yang lebih kuat. Dalam mawas diri dan gerak yang semangat. Kayak gitulah.

4. Kami mempunyai akses untuk mendapatkan modal. Bukaannn, bukan warisan atau tabungan yang besar. Tapi 'koperasi'. Kami anggota Koperasi Kredit Mekar Sai, yang membantu kami membentuk keyakinan supaya tidak mengkuatirkan tentang modal, asal kami punya tanggungjawab dan perilaku disiplin terhadap pilihan-pilihan.

5. Ada banyak peristiwa kebetulan yang menyertai persiapan kami. Misalnya ada teman yang punya tempat, ada orang yang menawari kompresor bekas, lokasi dekat dengan toko spare part, dan lain-lain. Kebetulan yang paling kami syukuri adalah dua orang yang datang dengan penuh harapan untuk bekerja bersama kami. Mereka mekanik yang handal, pernah menjuarai kontes mekanik nasional. Bahkan mereka bisa menjadi tutor kalau ada yang mau belajar tentang mesin motor atau mobil.

6. Meski diwarnai proses diskusi, debat bahkan berantem, kami pun sepakat berjalan untuk usaha bengkel motor ini. Namanya pun menjadi semangat bagi kami. SAM. Nama bapak tercintaku, Pak Samiran. SAM. Sumber Aneka Motor. Kami mulai membukanya minggu ini. Obyek pertama adalah motor Mioku yang sudah bertahun-tahun tak bisa jalan, sekarang menjadi sarana transportasi dua mekanik itu untuk belanja. Mengganti sparepartnya (habis 400an ribu) dan membongkarnya dengan teliti. Great.

Tribute to Sapardi Djoko Damono, Bersama Penyair Lampung

Spesial banget hari ini. Ada cara baru dalam menikmati puisi yang tidak seperti biasa. Aku terlibat dalam pagelaran puisi, Tribute to Sapardi Djoko Damono. Diadakan secara online melalui semua sarana media sosial hari ini, Rabu 29 Juli 2020.

Judul yang digunakan cukup panjang: "Kita Mungkin Memang Diciptakan Agar Ada Yang Bisa Merasa Bahagia." Even ini digagas oleh Komunitas Tapis, Kopi, dan Buku, yang berisi beberapa orang perempuan Lampung, yang tinggal di berbagai negara atau kota. Semuanya penyuka puisi, maka event pertama ini pun digelar dengan membaca puisi secara serempak lewat media sosial masing-masing dan dishare pada hari ini mulai pukul 13.00.

Aku membaca puisi Batu, karya Sapardi Djoko Damono. Puisi yang sedang-sedang saja panjangnya, dan kurasa paling bisa kubacakan dalam suasana duka sepeninggal Sapardi. Klik sini untuk melihat bagaimana aku membacanya.

Batu

1
Aku pun akhirnya berubah
menjadi batu. Kau pahatkan,
“Di sini istirah dengan tenteram
sebongkah batu,
yang pernah berlayar ke negeri-
negeri jauh, berlabuh di bandar-
bandar besar, dan dikenal
di delapan penjuru angin;
akhirnya ia pilih
kutukan, ia pilih
ketenteraman itu.
Di sini.”

Tetapi kenapa kaupahat juga
dan tidak kaubiarkan saja
aku sendiri, sepenuhnya?

2
Jangan kaudorong aku
ke atas bukit itu
kalau hanya untuk berguling kembali
ke lembah ini.
Aku tak mau terlibat
dalam helaan nafas, keringat,
harapan, dan sia-siamu.

Jangan kau dorong aku
ke bukit itu; aku tak tahan
digerakkan dari diamku ini.
Aku batu, dikutuk
untuk tenteram.

3
Di lembah ini aku tinggal
menghadap jurang, mencoba menafsirkan
rasa haus yang kekal:
ketenteraman ini,
sekarat ini.


Beberapa penyair yang terlibat adalah: 
Iin Mutmainnah,  klik sini 
Yuli Nugrahani, klik sini 
Rosita Sihombing, klik sini 
Erika Novalia Sani, klik sini 
Rilda Taneko, klik sini
Dina Susamto, klik sini
Mintarsih
Jauza Imani
Apri Medianingsih
Novi Balga
Aidira Garis Mata
dll

Saturday, July 25, 2020

Puisi Sabtu 22: SELALU BEGINI karya Yuli Nugrahani

SELALU BEGINI

Kutemukan puisi pada aroma kemangi
pikiran-pikiran sederhana seperti hujan pagi
berhenti tepat pada sesuap terakhir bubur jali.

Lalu bibirku mengeja vokal dan konsonan
mengenali yang sudah sering kurasakan
menjadi detail kata kalimat bait.

Tak lagi penting yang terbaca kemudian
karena yang tercatat sudah terlewat.
Sedangkan wangi kemangi menghambur
dalam setiap kunyahan mengiringi
masa yang akan terjadi sebentar lagi.

Dan sekarang di tempat ini,
kenikmatan menjelma kesenyapan
musim yang tak pernah berganti.
...

2020

Yuli Nugrahani, Lampung, perempuan.

Saturday, July 18, 2020

Puisi Sabtu 21: AKU INGIN KUPU-KUPU Karya Yuli Nugrahani

AKU INGIN KUPU-KUPU

 

Aku ingin kupu-kupu keluar dari rambutku

mengangkat sedikit helai uban ke arah matahari

sehingga siapa pun yang sengaja menilik kilatnya

mulai berpikir tentang kemenangan Sang Pemilik.

 

Aku ingin kupu-kupu keluar dari dadaku

meninggalkan sisa benang kepompongnya

bukan kosong kucuri tapi serat-serat berharga

siap dipintal menjadi kegembiraan, atau keheningan.

 

Aku ingin kupu-kupu keluar dari mulutku

mengepakkan hasrat di ujung-ujung kalimat

meneriakkan mantra bersepuh kebijaksanaan

sebelum hinggap di lembar catatan-catatan.

 

Aku ingin kupu-kupu keluar dari telingaku

menarik debu dari mimpi-mimpi yang tertimbun

mengupas karat dari tafsir yang kadaluwarsa.

Lalu merentangkan sayapnya yang berwarna

menangkap setiap titik cahaya sebagai petunjuk

untuk menuju pada kesempurnaan.

 

2017-2020

 

...

 


Friday, July 17, 2020

Rilis Forkomwil PUSPA Provinsi Lampung: TINDAK TEGAS PELAKU PENCABULAN ANAK


Kasus pencabulan anak di bawah umur di tanah air terjadi lagi. Mirisnya, pencabulan dilakukan oleh DA seorang pendamping dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Berdasarkan keterangan Polda Lampung, usia korban 14 tahun dan pencabulan sudah di lakukan lebih dari 20 kali dalam rentang waktu Januari-Juni 2020 dengan menggunakan modus ancaman, bahkan korban juga diperdagangkan secara seksual kepada  rekan-rekan DA. Saat ini, korban telah mendapatkan pemulihan trauma dan pendampingan dari P2TP2A dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Lampung.

Kasus ini bermula sejak korban menjalani program pendampingan dari P2TP2A dalam rangka pemulihan baik secara psikis maupun mental. Karena itu sejak akhir tahun 2019, korban harus berkomunikasi secara intens dengan DA. Namun, bukannya mendapatkan perlindungan yang layak, korban  malah menjadi pelampiasan nafsu bejat DA dan menjualnya ke rekan DA. Atas kejadian tersebut, ayah korban melaporkan dugaan pemerkosaan yang dialami anaknya itu ke Polda Lampung pada Jumat 03 Juli 2020, tertuang dalam Surat Tanda Terima Laporan Nomor: STTLP/VII/2020/LPG/SPKT. Saat ini pelaku resmi dinyatakan sebagai tersangka dan proses hukum sedang berjalan.

Apa yang telah dilakukan oleh pelaku telah mengarah pada Pasal 82 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi UU, dengan ancaman hukuman penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal 81 ayat (3) sampai dengan Pasal 81 ayat (7) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang, menyatakan bahwa jika pelaku merupakan aparat yang menangani perlindungan anak maka ancaman pidananya diperberat 1/3 dari ancaman pidananya atau maksimal 20 tahun, bahkan sampai dengan dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman identitas pelaku, tindakan berupa kebiri kimia, dan pemasangan alat pendeteksi elektronik.

Sesuai dengan mandat yang diberikan dari pemerintah kepada Forum Komunikasi Wilayah (Forkomwil) Partisipasi Masyarakat untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Lampung dengan program unggulan THREE ENDS, yaitu "Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan manusia dan akhiri kesenjangan ekonomi terhadap kaum perempuan”. Menegaskan pentingnya penanganan masalah ini, maka Forkomwil PUSPA Provinsi Lampung menyampaikan :

1.      Perlu adanya kerja bersama semua pihak sebagai upaya pencegahan untuk menangani dan menyelesaikan permasalahan perempuan dan anak;

2.      Kasus kekerasan seksual ini tidak dapat dipisahkan dengan budaya patriarki yang masih ada dan hidup di masyarakat;

3.      Mengutuk keras kekerasan dan pelecehan seksual yang terjadi di mana pun oleh siapa pun khususnya yang terjadi di Prov. Lampung;

4.      Mendesak pengusutan secara tuntas kasus-kasus tersebut dan menghukum pelaku dengan hukuman maksimal berefek jera dengan mengedepankan kepentingan terbaik bagi korban baik secak fisik, psikis maupun sosial;

5.      Mendesak Kementerian PPPA bersama Dinas PPPA Kabupaten/Kota dan Provinsi melakukan evaluasi dan pembenahan menyeluruh terhadap kerja P2TP2A mulai dari perekrutan pengurus/pendamping, kegiatan pendampingan korban, hingga monitoring dan evaluasi periodik;

6.      Mendesak Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung melaksanakan mandat Permen PPPA No.1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, dan menjalankan wewenang untuk menguatkan kelembagaan P2TP2A di wilayah masing-masing.

7.      Mengajak seluruh komponen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan serta penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

  

FORKOMWIL PUSPA PROVINSI LAMPUNG

Bandarlampung, 17 Juli 2020

 

Dr. Ari Darmastuti, MA

Ketua


Thursday, July 16, 2020

Donat Labu Kuning ala Yuli Nugrahani

Donat labu kuning

Kayaknya sekarang ini sedang musim labu kuning di beberapa daerah di Lampung. Mudah sekali menemukan labu jenis ini bahkan di tukang sayur sekalipun, dengan ukuran kecil, besar, potongan atau bentuk olahan. Beberapa waktu lalu aku dapat kirim dari Bu Tiwi yang konon mendapat kiriman dari orang lain lagi.

Baru kemarin malam labu itu akhirnya kupotong dan kukukus. Sudah sejak memotongnya itu aku sudah ndak yakin bakal bisa menghabiskan seluruh potongan labu kuning kukus, maka saat Putra datang ke rumah, kutitipkan setengah dari potongan-potongan labu kukus itu untuk Utinya.

Tak ada satu pun orang yang menowelnya dalam bentuk kukusan seperti itu. Aku memakannya sebagai pengganti nasi untuk makan malam, lalu untuk sarapan. Dan kok ya masih banyak banget itu labu ya.

Maka jadilah ini, donat labu kuning ala akuuu...

Gini cara mengolahnya:

250 gram tepung terigu serbaguna
1 sendok teh ragi
6 sendok teh gula pasir atau sesuai selera
setengah sendok teh bread improver kalau ada
Aduk semua bahan kering ini sampai merata lalu masukkan 125 gram labu kuning kukus yang sudah dihaluskan.

Uleni seluruh bahan ini hingga kalis. Lalu tambahkan sekitar 2 sendok teh mentega dan setengah sendok teh garam. Uleni sampai elastis.

Timbang seluruh adonan lalu bagi sesuai selera. Bentuk bulatan, letakkan dalam loyang yang sudah taburi terigu. Pipihkan dan beri lubang tengahnya dengan jari telunjuk. Lakukan begitu hingga semua adonan habis.

Diamkan adonan kurang lebih 45 menit. Bisa ditutup plastik, serbet bersih atau masukkan ke oven tertutup.

Udah deh, siap goreng. Pakai api kecil saja yaaa.... N jangan dibolak balik. Cukup sekali balik saat satu sisi sudah kecoklatan. Gunakan bantuan sumpit untuk mengangkat dan meniriskan donat.

Udah jadi dahhhh... Bisa dimakan begitu saja, ditaburi gula halus atau diberi topping sesuai selera. Kalau aku, cukup begitu saja. Langsung santap saat hangattt...

Labu kuning utuh

Labu kuning potong

Labu kuning kukus

Tuesday, July 14, 2020

Resep Pizza ala Yuli Nugrahani

Pizza bukan termasuk makanan favoritku. Tapi sesekali aku akan sangat ingin menyantapnya yaitu saat beramai-ramai dengan sesiapa gitu. Harganya aku tak suka dan sontan bisa kubandingkan dengan nasi padang. Harga yang sama untuk pizza hanya bisa untuk 1 orang, tapi kalau dibelikan nasi padang bisa 3 - 4 orang. Belum lagi kalau aku berharap topping-topping tambahan yang kusukai. Bisa lebih banyak lagi orang yang bisa ditraktir nasi padang ayam goreng pop yang gurih yahud itu. Nasi padangnya di Puti Minang Hajimena dunkkk...Itu termasuk warung nasi padang yang paling kusuka.

Nah, untuk mengurangi biaya, aku akan memilih membuat pizza sendiri. Asalkan dalam kondisi waras sehat walafiat secara apa pun. Untuk bahan-bahan aku gunakan yang paling minimal saja.

Bahan kering, aduk rata :
375 gram tepung terigu cakra kembar
6 gram ragi instan
30 susu bubuk
15 gram gula pasir.
Air matang: 175 ml, tambahkan sedikit-sedikit sambil diuleni.

Jika sudah kalis, tambahkan 50 mentega dan sesendok teh peres, uleni sampai elastis. Tandanya, kalau ditarik tidak mudah putus, dan tidak lengket di tangan.

Diamkan adonan dalam wadah tertutup sekitar 30 menit.

Kempiskan dan bagi adonan dalam 3 bagian. Diamkan lagi sekitar 10 menit.

Siapkan loyang. Tak usah diolesi mentega. Pipihkan adonan di loyang itu. Biasanya bentuk lingkaran tipis. Tusuk-tusuk dengan garpu. Tutup dengan serbet bersih dan diamkan kurang lebih 30 menit.

Beri toping. Aku biasanya memberi toping:
Pertama, olesi dengan saus bolognese yang biasa untuk spageti tipis-tipis.
Kedua, beri irisan daging ham atau sosis.
Ketiga, taburi dengan irisan bawang bombay dan paprika kalau suka.
Bisa ditambah lain-lain seperti jamur, kacang polong, dll.

Terakhir beri taburan keju mozarella sebanyak-banyaknya. Hehehe....
Udah, panggang kurang lebih 30 menit. Aku selalu meletakkan secangkir air di salah satu pojok oven biar adonan tidak telalu kering. Pakai cangkir tahan panas lho yaaa....

Udahhhh jadiiii.... Nikmati dengan saus tomat dan cabe. N kalau suka mayones aneka rasa. 

Saturday, July 11, 2020

Puisi Sabtu 20: PESAN BIJI GAYAM karya Yuli Nugrahani

PESAN BIJI GAYAM

 

Iman menyematkan sebisik pesan pada biji gayam

mengikat takdir perjanjian tak terbantahkan.

Dikirimnya cuaca menyertai persiapan-persiapan

hingga matang bakal buahnya dan tunai calon tunasnya.

Kitab yang sama menyebut juga pengharapan.

 

Tersimpanlah kekayaan itu dalam tubuh

dirapikan oleh kemarau penisik cangkang

dan hujan sang penghibur tak terabaikan:

Kita bisa mengatakan:

                Biji yang hidup, biji yang menghidupkan.

 

Angin mengiringnya menancap tanah sendang

menghela nafas pertama ketika kulitnya retak.

Saat itu, sepasal demi sepasal mulai terurai

geliat keabadian, sendirian sekaligus serentak

menyatu harmoni dalam kalimat semesta.

 

Pada pasal yang kesekian, pesan itu tumbuh mekar

menjalari sepasang kekasih yang sepakat:

Dari fajar hingga petang selalu bersama

menyesap segala cahaya tak peduli nama

tak melihat angka, tak mendengar beda,

tak merasa kurang, tak pongah berlimpah.

 

Tak ada lagi kisah perempuan kesepian

memeram senyum sendirian di bawah bantal.

Tak lagi juga laki-laki menutupi tawa

merana di teras mengibas debu lahan gersang.

 

Iman menyiramkan ingatan pada pangkal tunas gayam

membocorkan cerita masa depan, mendesakkan pesan.

Laki-laki dan perempuan memupuk pengharapan,

berdandan dengan cucuran keringat dan air mata.

 

Ketika ada waktu senggang mereka berdendang.

Melantunkan pangkur sembari meniupi putik gayam

menerjemahkan mantra dari pasal selanjutnya:

Walafiatlah seluruh semesta:

Air, air, air, air, …

          Di Utara, di Selatan, di Timur, di Barat

 

Dalam rangkulan manusia, akar gayam bekerja

menarik air dan memenuhi sendang   

merejang waktu bagi generasi mendatang.

 

Demikianlah para kekasih berlaku

bukan lagi dua, melainkan satu.

Puncak segala adalah cinta  

meledak berdaya sepenuh purnama.

 

Dari sudut itulah gayam mengingat keseluruhan

hingga lunas sampai arah yang paling renta.

Saat mulai terlihat halaman paripurna

dia kibas segala warna pada keturunannya.

Mengamanatkan keringat untuk menyeka bumi

dan ruh penghiburan turun menjadikan suci.

Bahasa lain lebih lugas member perintah:

Segarlah perempuan dan laki-laki oleh airmu

biarkan tawa mekar meredam keluh tergumam.

 

Gayam menjalankan pesan kelahirannya

terus berbisik:

Menjaga air, menjaga bumi, alam.

 

Tanjungkarang, 11 September 2019

Lukisan oleh Seno





Yuli Nugrahani, penulis dari Lampung. Buku-buku fiksi yang ditulisnya antara lain: Kumpulan Puisi Pembatas Buku (Indepth Publishing 2014), Kumpulan Cerpen Daun-daun Hitam (Indepth Publishing 2014),  Kumpulan Cerpen Salah Satu Cabang Cemara (Komunitas Kampoeng Jerami, 2016), Kumpulan Puisi Sampai Aku Lupa (Komunitas Kampoeng Jerami, 2017) dan Cerita Rakyat Lampung Sultan Domas, Pemimpin yang Sakti dan Baik Hati (Kantor Bahasa Provinsi Lampung 2017). Buku antologi bersama yang terakhir dilibati adalah buku 'Negeri Para Penyair: Antologi Puisi Mutakhir Lampung' dan 'Negeri yang Terapung: Antologi Cerpen Mutakhir Lampung yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Lampung 

Thursday, July 09, 2020

STOP KEKERASAN SEKSUAL DAN PERDAGANGAN MANUSIA

Tindak pemerkosaan terhadap gadis berusia 14 tahun, yang diduga dilakukan oleh oknum Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Lampung Timur  bukan hanya menunjukkan ketimpangan relasi gender di  Provinsi Lampung, namun juga memperlihatkan rendahnya kesiapan aparat pemerintahan dalam perlindungan terhadap korban kekerasan, dalam pembentukan lembaga perlindungan, maupun dalam pengawasan operasionalnya.  

Kasus dugaan pemerkosaan dan perdagangan manusia yang sekarang sudah beredar luas lewat media itu menggugah kemarahan banyak orang. P2TP2A yang mestinya menjadi tempat perlindungan bagi perempuan dan anak yang menjadi korban malah menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap korban. Tugas utama mereka adalah sebagai tempat pengaduan, menindaklanjuti laporan tindak kekerasan, rehabitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, pelayanan bantuan hukum, pemulangan bahkan upaya reintegrasi sosial saat korban sudah kembali ke masyarakat.

Tugas-tugas itu tidak dijalankan dengan benar, malah menambah penderitaan korban.

1.       1. Usut tuntas kasus ini dengan memberikan perlindungan dan keamanan bagi korban dan keluarganya, termasuk keamanan emosional dan sosial.

2.     2.  Mengevaluasi kerja P2TP2A di Kabupaten Lampung Timur dan juga daerah lain, dan memastikan prosedur pembentukan dan rekruitmen karyawan/pekerja yang memenuhi kapasitas yang dibutuhkan dalam pendampingan terhadap perempuan dan anak.

3.    3. Tidak menoleransi tindakan apa pun untuk membenarkan peristiwa kekerasan dan perdagangan manusia.

Dalam glossary perlindungan perempuan pada website Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak disebutkan bahwa:

“Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, yang selanjutnya disebut P2TP2A adalah pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan, termasuk perdagangan orang, yang dibentuk oleh pemerintah atau berbasis masyarakat, dan dapat berupa: pusat rujukan, pusat konsultasi usaha, pusat konsultasi kesehatan reproduksi, pusat konsultasi hukum, pusat krisis terpadu (PKT), pusat pelayanan terpadu (PPT), pusat pemulihan trauma (trauma center), pusat penanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat pelatihan, pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (PIPTEK), rumah aman (shelter), rumah singgah, atau bentuk lainnya.”

Keterbatasan sarana prasarana serta sumberdaya manusia tidak bisa dipakai sebagai alasan untuk menoleransi tindakan kekerasan khususnya terhadap kelompok rentan termasuk perempuan dan anak. Pemberdayaan kepada perempuan dan anak harus dilakukan supaya tidak ada seorang pun dari perempuan dan anak Lampung ketakutan oleh ancaman dan iming-iming orang lain dan membuat mereka menjadi korban kekerasan dan perdagangan manusia. Masyarakat harus terus menerus berjuang untuk mewujudkan relasi yang adil dan setara gender, tidak takut menolak kekerasan dan ketidakadilan karena memandang ada kuasa atau uang.

Dalam proses hukum, jangan sampai prinsip kehati-hatian dan kerahasiaan disalahgunakan untuk menghindarkan pelaku kekerasan dari hukuman yang setimpal dan menyebabkan peristiwa serupa dapat terulang atau terjadi lagi.

 

Ch. Dwi Yuli Nugrahani

Ketua

Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau

(KKPPMP) Keuskupan Tanjungkarang


Tuesday, July 07, 2020

Masyarakat Mandiri Pangan (4): Panen untuk Keluarga

Dari Gerakan Pangan dari Pekarangan, aku terhubung ke banyak mitra jaringan. Beberapa minggu ini kabar yang masuk adalah kabar-kabar menggembirakan. Benih-benih itu sudah berubah menjadi makanan. Kangkung dapat dipanen setelah 4 - 5 minggu. Cepat banget. Dari antara semua benih, kayaknya kangkung inilah yang paling bandel dan cepat. Tanpa disemai pun kangkung bisa tumbuh bagus, asal tanahnya cukup lembab dan terkena sinar matahari yang cukup.

Sawi dan bayam juga begitu. Bayam pun tidak perlu disemai dulu. Langsung cabut saat panen. Sedang sawi, ya kalau malas langsung sebar juga pasti tumbuh. Tapi daunnya tak sebagus kalau disemai dulu dan ditanam dengan jarak yang tepat. Tiga sayur ini cukup bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan akan daun hijau sehari-hari. Sebelum wabah pun kami sudah melakukan hal itu dan menyenangkan karena bisa panen sesuai kebutuhan saja. Rumah kami tak memiliki kulkas, jadi tanahlah yang menjadi penyimpan alami untuk keluarga kami. Sehat dan segar.

Tanaman lain yang bandel adalah cabai. Dari dulu kusebut cabai itu tanaman anti miskin. Asal ada cabai (dan nasi) sudah amanlah periuk dapur. Kasarnya begitulah. Dan cabai bisa panen berkali-kali. Tanaman cabai yang ada di depan dan belakang rumah kami sudah berumur 4 - 5 bulan, dan cabainya masih bisa kuambil kalau membutuhkan. Tapi kata suamiku, itu cabai setan yang sudah bertobat. "Ndak pedas lagi." Entah level lidah kami yang sudah meningkat atau karena memang cabainya tidak lagi pedas, setiap memasak dadar telur yang dulu cukup dengan 2 atau 3 cabai saja, sekarang butuh 10 cabai. Hehehe....

Buncis menjadi kesukaanku juga. Memanennya butuh waktu yang agak lama sekitar 6 - 8 minggu sejak ditanam. Dan karena tanah di rumah kami tidak terlalu bagus, buahnya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk membuat tumis atau campuran sop atau campuran sayur apa pun. Dengan demikian, aku tidak lagi pernah membuang kelebihan buncis yang lupa dimasak karena hanya ambil di pohon sesuai kebutuhan.

Yang sekarang ini jadi favoritku (tapi bukan anak-anak dan suami) adalah telang. Bunganya menjadi sumber minuman sehat tiap pagi, dan daunnya bisa kulalap setiap ingin. Cowok-cowokku hanya geleng-geleng saja kalau ditawari.

Tanaman lain yang juga bergantian panennya adalah daun kelor. Karena hanya ada 2 batang di depan rumah, maka beberapa minggu sekali baru bisa mengambilnya untuk campuran sayur bening labu siam. Yang sedang menunggu panen adalah terong, rampai dan pare. Hehehe... memang berapa hektar tanahku? Ndaakkkk, hanya seucrit itulah. Hasilnya juga tidak optimal karena nafsu menanam apa pun di situ. 

Tapi senenggg.... lebih lagi menerima kabar dari teman-teman, bukan hanya foto, kadang juga hasil panen yang konkret. Bayam merah, sawi dan sebagainya... Senenggg....