Tuesday, January 28, 2020

Libur Pergantian Tahun 2019 (2): Gua Selomangleng di Kaki Gunung Klotok Kediri

Hari kedua di rumah Kediri, ibu mengeluhkan selang air kamar mandi untuk air panas. Ibu dan bapak tak tahan mandi dengan air terlalu dingin dan juga susah mengangkat sepanci air panas dari dapur ke kamar mandi. Nah, pemanas air yang ada itu selangnya bocor sehingga tak bisa lagi digunakan oleh mereka dalam waktu beberapa hari. Jadi mumpung mas Hen sedang ada di rumah kugangguin untuk memperbaikinya juga memperbaiki kran air cuci piring yang sudah rusak.

Jadi selepas makan siang, kami pergi ke kota bersama anak-anak dengan niat mencari selang dan keran air. Mencari di beberapa toko, barang yang dimaksud tidak ditemukan. Keran air akhirnya dapat di Mojoroto. Mau pulang kok masih terang benderang.

"Bablas ke Selomangleng yuk."

Sepakat dan kami pun pergi. Gua Selomangleng ini merupakan salah satu obyek wisata di Kediri yang cukup populer sejak jaman dahulu kala. Tapi, herannya, kok aku ndak inget pernah masuk di lokasi ini ya. Payah. Jadi kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Memang sih karena sudah sore kami jadinya tidak bisa mengeksplor Museum Airlangga yang ada di dalam kompleks wisata ini. Tapi minimal kami bisa naik ke gua, bahkan cowok-cowokku bisa naik di atas gua-gua yang ada di situ, lalu nongkrong beberapa saat menikmati angin Kediri yang sedang kuat.



Untuk masuk ke kompleks ini ada tiket yang harus dibayar, plus parkir kendaraan. Aku cari-cari sobekan tiket itu entah nyelip di mana. Tapi aku ingat harganya sangat murah walau lupa persisnya.

Setelah parkir, kami ngikuti saja jalan utama, ada patung Dewi Kilisuci ukuran besar di bagian depan. Di persimpangan ada museum. Ambil jalan ke kiri untuk menuju gua. Banyak penjual jajanan di jalan situ dan rupanya itu yang pertama-tama menarik perhatian Albert dan Bernard. Dasar, jauh2 sampai Selomangleng malah beli bakso tusuk. Jadinya malah nenteng plastik bakso sambil jalan ke gua.

Di kompleks itu ada kolam renangnya juga, persis di samping jalan masuk gua. Niatnya sih foto-foto jadi kolam renang tidak menarik perhatian. Ada juga tempat peribadatan umat Hindu. Taman kebun juga asyik untuk ditongkrongin.

Tapi tentu saja seperti judulnya, bagiku yang paling menarik ya ngunjungi guanya. Yang tampak olehku gua yang ada adalah gua buatan dengan beberapa lorong yang tak berani kumasukin. Hanya sampai pelatarannya saja. Ada patung dan dengan dupa yang masih menyala. Mungkin ada orang yang baru 'semedi' di situ. Lembabnya gua tetap saja terasa apalagi kalau meraba bebatuan kukuhnya.

Dinas Pariwisata Kediri setahuku sering mengadakan event di lokasi gua di kaki Gunung Klotok ini sejak dulu. Pentas seni digelar di depan gua. Lokasinya memang tinggi kayak panggung sedang penonton pun ada di sekitarnya bisa duduk nyaman karena luas dan teduh oleh pepohonan. Saat kami ke sana sih tak ada pementasan apa-apa, tapi bisa cek lewat internet soal pentas-pentas itu.

Friday, January 10, 2020

Libur Pergantian Tahun 2019 (1): Rencana Perjalanan yang Tanpa Target

Dalam seluruh situasi finansialku dan keluarga kecilku, yang sedang fokus pada kuliah Albert, aku tak membayangkan akan merencanakan pulang kampung atau rekreasi sepanjang libur pergantian tahun 2019/2020. Tapi ketika Mas Hen lihat jadwal kereta ekonomi dari Bandung ke Kediri di pertengahan Nopember, aku tergoda. Maka aku pun mendesak untuk memesan tiket kereta api Kahuripan seharga Rp. 83 ribu per orang, berangkat 21 Desember 2019 dan pulang tanggal 2 Januari 2020.

Ketika tiket untuk 4 orang itu sudah terpegang, aku jadi sangat fokus dan semangat untuk liburan santai di rumah ortuku di Kediri. Kubilang ke Mas Hen dan anak-anak :"Kita hanya di rumah uti akung. Tak ada agenda jalan-jalan bahkan tidak ke Lumajang. Mas Hen kontak Ninik dan Atik supaya mereka merapat di Kediri. Kasih aja jadwal kepulangan kita."

Aku memasukkan uang-uang tertentu dalam tabungan liburan, tapi minimalis, pokoke hanya untuk menemani bapak ibu di Kediri saat natal dan tahun baru. Selebihnya mengalir mengikuti situasi.

Sampai kami berangkat tanggal 21 Desember pagi, dengan naik bis dari terminal Rajabasa, lalu oper kapal eksekutif menyeberang selat Sunda, dan juga ketika naik bis menuju Bandung, bahkan saat kami sudah lengkap di kereta Kahuripan (Albert nyusul naik di Lempuyangan Jogja), aku masih berpikir seperti itu, tanpa menutup kemungkinan lain-lain untuk kami nikmati selama liburan.

Yang terjadi kemudian sungguh luar biasa. Ternyata kami berempat bisa menikmati liburan 2 minggu dengan puas, mampir sowan ke beberapa sesepuh dari keluargaku maupun keluarga mas Hen, bahkan bisa tidur semalam di Senduro. Juga mengunjungi beberapa tempat rekreasi seperti Gua Selomangleng, Gua Maria Pohsarang, Bukit Doho Indah, Candi Penataran, Gua Tretes, Gunung Kelud, Kampung Anggrek dan malah menikmati wisata kuliner asyik dari Soto Bok Ijo, sego pecel Mbak Siti, rawon Pring Kuning, rujak cingur Bandar dan sebagainya.

Tidak semua ada fotonya, tapi aku punya ceritanya. Entar kutulis pelan-pelan di awal tahun ini. Tapi supaya aku tetap menjalankan kebiasaanku di awal tahun, aku mesti menuliskan satu misi untuk tahun 2020. Tahun lalu aku menulis kesaksian sebagai misiku sepanjang tahun. Hasil evaluasi personalku, aku belum optimal menjalankannya walau rasanya tubuhku sudah hancur lebur melakukan banyak hal. Huh. Maka, tahun ini aku masih akan melanjutkan kesaksian itu dengan revisi cara-cara yang kugunakan. Aku mau tubuhku menjadi merdeka, jiwaku sehat dan hatiku gembira. Itu yang akan kulakukan sepanjang tahun. Mari kita lihat apa yang bisa kuperbuat di tahun Tikus ini. Macan siap mengaummm....