Friday, April 22, 2016

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 6 Tamat (Bonus Jakarta - Lampung)

Pagi-pagi setelah puas and pulas tidur di karpet Changi Airport, kami bersiap di Gate 23, tempat Tiger akan menerbangkan kami ke Jakarta pada pukul 8.20. Dari Jakarta menuju Lampung kami akan naik bis Damri dari Gambir. Nah, ada waktu sekitar 7 jam yang kami bisa gunakan di Jakarta. Itulah bonusnya!

Pertama, usai dapat tiket bis di Gambir, bawaanku cuma pengin makan tempe. Dapatnya di warung Es Teler 77, dan bukan tempe. Hehehe... tapi bebek penyet. Wis ra popo, yang penting makan sambel trasi. Lalu kami naik taksi ke Senayan. Kebetulan hari itu hari menjelang penutupan pameran outdoor Indofest. Jadinya, gempor kaki menyusuri pameran yang super ramai itu. Untungnya : aku dapat sandal jepit sebagai pengganti sepatu yang mulai menghimpit kaki yang sudah bengkak. Karena mas Hendro ndak tahan lihat aku jalan sambil nyeker, dibelikanlah aku sepasang sandal jepit tanda cinta. Hahahha... Keuntungan kedua, aku bisa membelikan rompi hitam yang diidam-idamkan Albert. Lalu, kami dapat alat masak untuk ke gunung dengan harga super murah. Wis. Mantap.

Masih di area pameran, aku sudah kagak tahan lagi untuk jalan kaki. "Kutunggu di sini. Mas Hendro jalan aja." Jadi aku ngelesot di depan stand yang cukup longgar. Nongkrong dan melamun. HP tak ada baterai lagi sejak dari Singapore.

Masih ada waktu 3 jam. "Ke TIM aja yuk. Makan di sana." Usulku. Mas Hendro setujuh. Jadi kami naik taksi ke TIM, dan kebetulan di sana ada International Language and Culture Festival, sehingga kami meniatkan diri menyusup ke dalamnya, dan Mas Hendro ketemu pacar lamanya, si Sarah. Hehehe...kugodain habis dia.

Menjelang jam keberangkatan bis, kami nyetop bajaj untuk kembali ke Gambir. Mengambil ransel yang kami titipkan di sana, dan tidur dengan sukses di kursi bis Damri menuju Lampung. Wuahhh...kayak mimpi saja perjalanan ini.

HP bisa kucharge di bis dan aku bisa telpon Albert. "Jemput besok pagi ya, Bert."

Di Lampung aku dapat bonus jalan-jalan lagi di Ramayana karena aku berjanji membelikan celana panjang untuk Bernard. Dia akan pentas pada hari Senin dan membutuhkan celana itu. Yukkk...ditambah lagi jalannya kakiku masih kuat. Maka bonus terakhir perjalanan kali ini adalah jalan bertiga, aku, Albert dan Bernard mencari celana panjang lalu nongkrong di KFC Ramayana sampai puuaaasss.

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 5 (Orchard, Merlion dan Marina Bay dalam satu tarikan)

Merlion Park
Jumat 8 April kami mesti terbang balik ke Indonesia dengan Tiger pagi-pagi banget. Taksi 800 bath dari Patong sebenarnya agak tak bisa direlakan. Tapi ya udah deh...

Nah, berhubung pesawat transit di Singapore cukup lama, dan memang kami sengaja ambil waktu transit yang lama (bukan paling lama sebenarnya) sekitar 20 jam, kami meniatkan untuk menyusuri Singapore dalam waktu itu. Kami beli kartu tourist pass untuk satu hari, satu orang 10 dollar Singapore, ditambah deposit 10 dollar yang bisa diambil kembali. Dengan kartu ini, kami bisa gunakan MRT dan bis umum bebas sepanjang hari. Sip.

Awalnya, tujuan kami yang pertama adalah daerah Little India untuk mencari penginapan. Mas Hendro usul di MRT,"Kayaknya kita ndak perlu tempat penginapan deh. Kan besok pagi-pagi kita udah harus ke bandara jam 5 pagi. Ndak bakal sempat tidur." Ya, aku setuju. Tapi akibatnya kita harus manggul ransel selama di Singapore. Hehehe...

Tiduran menikmati cahaya.
Jadi tujuan pertama Orchard Road. Mas Hendro mesti tahu tempat ini. Dan karena yang kutahu Takashimaya Mall, ke situlah kaki melangkah. Tidak jauh dari stasiun MRT. Dan waktunya makan siang. Aku tahu di dalamnya ada foodcourt dengan makanan yang terjangkau, walau mau tak mau harus diakui tetap saja mahal untuk kantong kami. Nasi bebek 4,5 SGD, mi goreng 5 SGD, minum air putih 2 SGD. Bangkrut dah.

Setelah makan wajib hukumnya makan es krim potong Singapore. Persis di depan mall ada si bapak tua yang sama yang pernah kujumpai tahun lalu. Sepotong es krim aneka rasa 1,2 SGD. Menikmatinya sambil menikmati lalu lalang orang di jalan yang terkenal itu. Sambil foto-foto narsis.

Puas dengan Orchard kami kembali ke MRT, mencari rute ke Merlion Park. Tanya sana sini, jalan sana sini, ketemulah dengan singanya Singapore itu. Aku ndak terlalu berminat ke tempat ini tapi mas Hendro wajib ke sana. Hehehe... jadi juga narsis berdua di tempat ini. Aku beberapa waktu duduk saja menikmati semua bahasa yang bercampur baur di lokasi ini. Indonesia, China, Korea, Jepang, dll, huaahhh, ini tempat pavorit berikutnya rupanya di Singapore.

Berbekal peta, kami bisa menyusuri pinggiran Marina Bay untuk sampai di sisi lain. Aku ingin menunjukkan bagian yang menarik untuk dinikmati di malam hari saat di Singapore. Atraksi Wonder Full yang menyajikan paduan air muncrat dan cahaya. Aku yakin mas Hendro pasti terpikat.

Sembari menunggu pertunjukan yang baru dimulai jam setengah 8 malam, kami ketiduran di pinggir danau buatan itu. Cukup pulas walau hanya beberapa menit. Orang-orang tak peduli di sekitar kami pun menikmati sore itu dengan cara masing-masing. Satu orang saja yang tersambung di malam itu, Andy, seorang Singapore yang sangat cinta Indonesia, seorang fotografer. Kami bertiga ngobrol hingga pertunjukan yang pertama selesai, lalu pertunjukan kedua selesai... Hehehe... ya. Aku sudah tak punya energi lagi untuk jalan ke mana-mana. Jadi di situ saja sambil ngobrol.

Setelah seharian berjalan tanpa mandi dan sikat gigi. Di MRT.
MRT terakhir jam 11 jadi jam 10 lewat dikit kami cabut, cari toilet, cari air dan menuju stasiun setelah say goodbye ke Andy yang baik hati. Di stasiun bandara uang deposit tourist pass bisa kudapat kembali. Kukibar kibarkan ke mas Hendro,"Makan malam kita." Kataku sambil tertawa. Sialnya, pada malam hari yang kelewat malam itu restoran-restoran sudah banyak yang tutup. Pilihan dikit dan jatuh pada Burger King. Duh, mahal selangit dan ndak nendang.

Maka malam itu tanpa mandi tanpa apapun, kami ngelesot tidur di bandara. Air minum tersedia di kran-kran air minum di sepanjang Changi. Karpet empuk. Ruang yang lebar. Toilet bersih. Cukup untuk tempat nginep. Hehehe... Jelas irit toh. Besok paginya kami pun siap di gate Tiger sejam sebelum berangkat untuk kembali ke Jakarta. Perjalanan di Singapore 20an jam yang menghabiskan 60 SGD untuk transport dan makan. Hehehe... hemat juga untuk tempat semahal Singapore. Great.

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 4 (Bukit di Phuket)

Saat aku ketemu Uncle Rungrote di hari pertama di Takuapa, uncle baik hati ini bercerita banyak hal tentang daerah sekitar penginapan. Ketika sempat disebut nama Phuket, dia bilang ada kemungkinan nama Phuket itu diambil dari kata 'bukit' dari bahasa Melayu. Nyatanya memang pulau Phuket itu berupa tanah perbukitan yang naik turun dan subur.

Di area Calong Temple
Ini bisa kulihat pada perjalanan berikutnya pada 7 April. Hari ini niatnya kami sebenarnya kami check out dari Days Inn Hotel, menitipkan barang di resepsionis lalu jalan di sekitar Patong sampai siang. Sorenya kami akan cabut ke daerah dekat bandara Phuket, nyari tempat nginap di sekitar Naiyang Beach sebelum besoknya kami terbang pagi-pagi banget.

Yang mengubah rencana itu adalah tawaran Siriwan, petugas resepsionis yang ramah yang bisa bahasa Inggris, Thai dan Melayu. Dia menawarkan paket tour setengah hari (sepanjang pagi mas Hendro menghabiskan waktu di kolam renang di atap hotel yang kutungguin sambil membaca.) Tour dimulai jam 13.00. Ada waktu sekitar satu jam untuk makan siang. Setelah menghitung-hitung, menimbang-nimbang, okey, kami ikut tour itu. Masalahnya pulangnya jam 18, terlalu sore untuk jalan ke bandara dan cari hotel. Kalau pun dilakukan, kami tak akan bisa menikmati pantai Naiyang dan tidak ada daerah lain yang bisa dikunjungi di dekat bandara. Maka kami manut pada Siriwan. Booking satu malam lagi di Days Inn, pesan taksi untuk besok subuh dan ikut tour setengah hari.
Karon point view

Tidak menyesal. Hari itu kami melihat bahwa Phuket memang bukit. Mendapat pemandangan-pemandangan pantai dari atas bukit seperti di Karon, lalu Phuket Safari, Big Budha, Calong Temple, pabrik kacang mente, toko dan pabrik perhiasan, bangunan tua di kota Phuket, dll. dll. dll. Satu mobil kami ber 8 orang (dari Amerika, Eropa dan kami berdua) ditemani seorang guide tour yang cantik dan sopir yang ramah.


Malamnya kembali pantai Patong dan mencari sesuatu untuk anak-anak. Dapatnya tahu ndak? Hehehe... jajanan di 7 Eleven yang pasti ada juga di Indonesia, namun tulisannya dunkkkk, huruf Thai. Hehehe... maafkan, memang tak ada budget untuk membeli oleh-oleh dalam perjalanan ini. Malam malam pun kembali ke pantai Patong setelah membeli nasi beku yang dipanaskan dari 7 Eleven seharga 35 an bath.

Thursday, April 21, 2016

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 3 (Paket satu hari Phi Phi Island Tour)

Setelah menikmati malam hingar bingar di Patong, 6 April kami berusaha bangun pagi dengan susah payah. Malam sebelum tidur kami sudah pesan ke hotel untuk membangunkan kami sekitar pukul 6 pagi supaya kami sempat mandi dan sarapan sebelum dijemput mobil untuk tour satu hari ke Phi Phi Island. Huaaa...masih luar biasa ngantuk kami keluar cari sarapan di sekitar jalan dekat hotel.

Dikerubuti ikan-ikan di Khai Island. Hasil jepretan Isa (?).
Telat 10 menit dari jam 7, sopir tour berteriak di lobi hotel dan hal yang sama diteriakkan saat menjemput wisatawan lain di hotel-hotel lain. Perjalanan ke Phi Phi Island akan menggunakan waktu sepanjang hari ini dari pagi sampai sore. Yang tidak kubayangkan adalah perjalanan ke sana itu rupanya melalui Rassada Harbour, sisi lain dari pulau Phuket dan pelabuhan itu dekat banget dengan tempat aku live in untuk program acaraku beberapa hari yang lalu. Jadilah aku sibuk bercerita ke Mas Hendro karena aku sudah sangat familier dengan tempat itu. Lha iya lah, la wong 3 hari aku tinggal di situ.

Nah, pas di pelabuhan Rassada menunggu kapal yang akan membawa kami mengelilingi pulau-pulau, kami bertemu sepasang pengantin baru dari Indonesia, Ade dan Pipit. Ini menarik karena sehari kemudian kami masih bertemu lagi beberapa kali secara tidak sengaja dengan mereka. Selain mereka kami juga berkenalan dengan satu keluarga dari Indonesia yang ikut dalam pesiar ini.

Jadi urusan hari itu adalah pantai, berenang, laut, dan shoping. Pulau pertama adalah Khai Island. Kami sudah dibekali alat snorkeling bisa menyaksikan kerennya pantai di pulau ini. Tidak lama waktu kami, hanya sekitar satu jam. Perahu kecil membantu kami untuk sampai di pantainya karena kapal terlalu besar tidak bisa bersandar.

Usai Khai Island, kapal memutari beberapa pulau. Asyiknya sambil menikmati makan siang di kapal. Ya, mereka menyediakan makan siang dan juga beberapa jenis minuman sebagai bagian dari paket tour satu hari ini. Dan boleh makan sepuasnya.

Sayang di pulau yang kedua kami ndak bisa nyemplung karena banyak ubur-ubur beracun. Beberapa orang yang sudah terlanjur nyemplung mesti merasakan sengatan binatang itu untuk beberapa saat.

Main pasir dan cahaya di pantai Patong.
Pulau terakhir yang dikunjungi adalah pulau Phi Phi yang terkenal itu. Namun aku sedikit kecewa. Waktu yang singkat di pulau ini hanya memungkinkan untuk jalan di sekitar pantai dan pertokoan. Tidak bisa mengeksplore lebih jauh lagi.

Nah, untuk harga 1.500 bath satu hari tour dari pulau ke pulau dari pantai ke pantai termasuk minuman, makanan, guide tour yang bagus dan perlengkapan pinjaman, ini sangat okey deh. Baliknya mobil sudah menunggu di Rassada Harbour untuk mengantar masing-masing ke hotel. Pilihan paket tour ini sangat praktis untuk orang-orang yang waktu jalan-jalannya terbatas, terlebih mengingat sulitnya transportasi umum di Phuket.

Aku dengan mas Hendro melanjutkan sore itu dengan sunset di Patong Beach, makan malam di situ juga, dan karena mas Hendro penasaran banget dengan Bangla Road kami melangkah pelan-pelan di jalanan itu menikmati malamnya kota internasional yang ...hmmm... tak bisa kupahami atau nikmati. Musik berdentam, minuman-minuman, perempuan-perempuan, rayuan untuk datang melihat sexy show, lady boy yang sangat cantik, dan atraksi-atraksi. Wuah.

Wednesday, April 20, 2016

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 2 (Patong yang hiruk pikuk.)

Sore usai acara, aku diantar Noon ke Bandara Phuket. Denmas Hendro menunggu di bandara dari pukul 16.00. Dan saat kutemukan di terminal kedatangan, dia baru saja menghabiskan nasi bungkus yang dibawa dari Lampung. Yailah, padahal aku lapar polll dan berharap bisa makan berdua dengan denmas tersayang ini. Senyum ajah dia mah. Payah...
Ramai 24 jam.

Kami beli tiket minibus di dekat pintu kedatangan Bandara Phuket. Untuk satu orang dikenai biaya 180 bath bandara - Patong. Ya, kami memutuskan untuk tinggal di Patong untuk 3 malam dengan pertimbangan :
1. Patong memiliki beberapa destinasi yang berdekatan.
2. Ini tempat yang sangat populer di kalangan wisatawan.
3. Memiliki pantai-pantai di sekitarnya yang bisa dijangkau dengan mudah.
4. Dan, dari surveyku sebelumnya saat diajak jalan oleh Michael, Patong menyediakan fasilitas-fasilitas umm yang mudah dijangkau dan dibandingkan tempat lain seperti Kata atau Karoen, Patong katanya lebih murah (sebenarnya lebih murah kalau di kota Phuket, tapi transportasi sulit. Jadi lebih baik di Patong, cari hotel yang dekat dengan pantai, kalaupun tidak kemana-mana bisa langsung lari ke pantai untuk bersantai.)
5. Patong adalah kota wisatawan yang ramai dengan toko-toko, hotel dan restoran yang beragam.

Jadi itulah pilihannya. Perjalanan menggunakan minibus sangat okey (dibanding taksi yang sangat mahal, 800 bath) membutuhkan waktu sekitar 1 - 1,5 jam. Kita akan diantar sampai ke tempat nginap kita. Kalau belum booking hotel, minibus ini akan berhenti di kantornya (aku menduga itu macam kantor agen tour) yang menawari kita paket-paket penginapan tour dan sebagainya. Sarah yang menerima kami di kantor itu berhasil membujuk kami untuk ikut tour ke Phi Phi Island dengan harga 1.500 bath per orang untuk keesokan harinya. Mesti cermat, karena mereka memasang harga paket-paket ini di brosur dengan harga yang lebih mahal, lalu si agen akan menawarkan harga spesial, seolah-olah spesial di bawah harga aslinya, padahal mah ya segitu itu normalnya.
Patong di latar belakang.

Kami menginap di Days Inn, hotel yang sangat strategis. Letaknya tidak jauh dari Patong Beach, tidak jauh dari Bangla Road (idih), dekat 7 Elevan (yang bakal membuat irit untuk belanja kebutuhan-kebutuhan), dan asyiknya walau di tengah keramaian, saat berada di dalamnya terasa sepi. Suara-suara tidak menembus ke kamar. Jadi sangat oke.

Tapi jika mau cari hotel-hotel murah meriah, di sekitar Patong Beach sangat banyak pilihannya. Kami sempat nyasar-nyasar sengaja di hari pertama dan mendapati banyak penginapan murah dengan harga 500 - 600 bath atau bahkan yang lebih murah lagi. Cocok untuk para backpacker.

Tuesday, April 19, 2016

Perjalanan Singkat Dari Kesempatan Kilat : Phuket - Singapore 1 (Rencana yang mendadak, rencana yang menghendak.)

Wajah capek di hari pertama Phuket.
Awalnya memang impian-impian setahun lalu untuk melakukan perjalanan berdua dengan suami ke beberapa destinasi piliham. Tapi tahun 2015 tidak memberikan kesempatan untuk impian itu. Malah kemudian awal tahun 2016 memberikan kejutan-kejutan pahit manis yang mesti dicicip sekaligus saat ditawarkan. Maka, ketika rencana kegiatan bersama ACPP terealisasi di Phang Nga, Thailand, aku bilang ke Den Mas Hendro,"Cepat urus paspor Mas Hen. Kita akan pergi ke Phuket."

Wajahnya yang selalu tak terduga pun tidak menampakkan keterkejutan. Tapi esoknya beliau pergi ke kantor imigrasi (dengan segala masalahnya. Hehehe. Tampaknya kerumitan sedang disodorkan pada lelakiku ini setiap kali. Hehehe... Puk puk puk. Sabar...)


Nah. Begitu paspornya bisa diperpanjang, kusodorkan beberapa tawaran rute perjalanan. Aku tahu si tersayang ini pasti akan setuju.

"Acaraku selesai tanggal 6 April. Mas Hendro nyusul tanggal itu, kita ketemu di suatu tempat di Phuket lalu kita akan jalan sekitar 3 hari di akhir pekan. Pulangnya kita pakai kesempatan transit di Singapura untuk jalan-jalan sehari atau setengah hari. Okey?

Mantuk-mantuk saja si boss. Maka kucari tiket dibantu Indri untuk menentukan perjalanan yang paling murah bagi kami. Aku akan berangkat lebih dulu, 29 April memakai penerbangan pagi dari Lampung, menuju Jakarta, lalu Singapura dan Phuket. Sampai di Phuket aku akan dijemput panitia untuk menuju Phang-nga.

Mas Hendro berangkat tanggal 5 April dengan rute dan jam penerbangan yang sama hingga sampai Phuket. Nah, kami belum tahu dimana kami akan bertemu, tapi aku menggampangkan urusan itu. "Asal kita masih bisa berkabar, aman." Kataku.

Tanggal 6 - 8 April kami akan berkeliaran sekitar Phuket, kemungkinan menginap di Patong lalu tanggal 8 April jalan ke Singapura. Ada waktu sekitar 20 jam untuk mengunjungi Singapura sebelum balik ke Indonesia pada 9 April. Sipp. Tiket pun tercetak. Beberapa hari kemudian diketahui kalau pada tanggal 9 dan 10 April adalah hari terakhir pameran outdoor Indofest di Senayan. Maka 9 April kami rencanakan melihat pameran sebelum balik ke Lampung pada 9 April, malam hari.

Itu rencana awal dan selebihnya mengalir. Di kisah selanjutnya yakk...