Wednesday, June 20, 2012

Stop The Violence!

Sekali lagi, terus dan terus digaungkan. Stop kekerasan! Kali ini dalam pelatihan dasar Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan (GATK) di Kridawisata, 18 - 22 Juni 2012. Belasan orang dari berbagai tempat, berbagai latar belakang, bertemu di tempat ini. Lihat banyak kekerasan terjadi, secara personal dan struktural. Belajar, bergulat, refleksi, ... dari Yesus, dari Gandhi, dari Mandela, dari siapa saja,... Dibantu Koko, Pr., Wawan, CM., Cicuk, Indro, Pr., Bara, Hani, Efrial, Tiwi, Okky, Laila, ... Aku selalu menaruh harapan pada moment seperti ini. Mungkin nanti akan lupa, akan surut, akan hilang... Tapi saat seperti ini saat untuk bersuara lantang segar : Stop Kekerasan! Tidak dengan pasif diam, tapi dengan aktif tanpa kekerasan. Suara yang perlu bagiku sendiri dalam upaya untuk meyakininya.

Saturday, June 16, 2012

Nasi Pedas, Kerja Pedas, dan Weekend Pedas

Baru saja aku makan seperti kesurupan. Seporsi nasi pedas (dari Pondok Puas, Jl. Sudirman, Pahoman). Pertama, memang pedas. Bukan sangat pedas, hanya pedas saja. Tapi kan semua juga tahu aku tidak terlalu doyan pedas maka nasi dengan sayur gori pedas, tumis tempe pedas, oseng buncis pedas, ayam goreng plus sambel yang pasti pedas, menjadi begitu pedasnya.
Kedua, karena sangat lapar jadi aku makan tanpa jeda. Mulut penuh, berkurang dikit aku jejel lagi, dan hanya hitungan menit, ludes semuanya. Tersisa sambel yang tidak mungkin kupaksa jejal ke mulut. Biasanya aku suka makan pelan-pelan, sambil ngobrol membaca atau melamun.
Ketiga, memang aku sedang kesurupan. Mana mungkin orang dengan tinggi badan sekitar 160 cm, berat sekitar 55 kg, umur 38 tahun, punya suami, dan dua anak, di hari Sabtu malah terpuruk di kantor dengan tiga meja kerja yang penuh, yang semuanya harus selesai hari ini! Hari yang mestinya di rumah, memasak bolu coklat, membaca kedua kalinya Dodolit Dodolit Dodolibret, main monopoli dengan Bernard, sambil nonton TV sepuasnya, tiduran...
Hah, bahkan aku janji untuk nonton The Song of Dayang Rindu jam 16 nanti di Taman Budaya! Aku sudah putus asa di detik ini tak mungkin mengejar waktu untuk itu!
(Dan aku masih akan ada di sini sebelum semuanya selesai, mungkin nanti sore, malam...ditemani suara Gie, Slank, Mr. Big, The Corrs, Anggun, ...bergantian. Semuanya menyulutkan sepi sekeras apapun aku pasang.)

Wednesday, June 13, 2012

Berusaha Keras untuk Positif

Jika ada yang namanya Rabu Abu, hari ini adalah Hari Rabu Kelabu. Aku sekuat tenaga berusaha positif. Sungguh-sungguh berusaha. Bangun pagi. Menyiapkan sarapan. Menyiapkan anak-anak. Menyapa suami, tetangga, segala makluk. Tapi kadang memang kesialan sulit dihindari.
1. Merpati cancel penerbangan untuk tanggal 28 Juni nanti. Dimajuin pagi. Ya ndak mungkin. Ini penerbangan lanjutan. Saat itu aku masih di Touyuan. Lalu telepon ke mereka, mesti ganti 4 nomor, 1 nomor rusak, 2 bukan wewenangnya, 3 sama juga, dan nomor terakhir ok, aku diminta nunggu. Hasilnya? Mereka balikin seluruh biaya, dan penerbangan batal. Mereka enak tapi aku pasti akan dapat penerbangan yang lebih mahal. Harus ngurus lagi ke agen perjalanan. Tambah uang, waktu, tenaga, dan pusing.
2. Printer ngadat. Ok, isi tinta. Tapi tetap masalah. Balik ke Veneta. Mereka bersihkan ini itu bagian dalamnya, mereka bilang beres, tapi gak bisa nyoba. Dan aku gak bawa CD drivernya. Sampai di kantor, tetap gak bisa. Waduh, jengkel di ujung kepala.
3. Surat undangan ketinggalan. Mestinya hari ini hari konfirmasi undangan pelatihan GATK untuk tanggal 18 nanti. Aku nargetin hari ini kelar urusan peserta sebelum besok rapat terakhir persiapan. Rupanya di tasku masih ada satu undangan tertinggal yang harusnya aku kirim untuk para suster CB di Tanjungseneng. Gimana mereka mau konfirm kalau undangan saja belum mereka terima. Wah.
4. Nuntius Juni belum beres, yang Juli apalagi. Yang Juni sangat bukan kesalahanku. Mestinya sudah naik cetak lamaaa...yang lalu, baru akan cetak hari ini. Yang Juli harusnya selesai dalam minggu ini, tapi dengan fokusku yang pecah kemana-mana, mana tahan. Lalu, mati lampu. Hmmm, lengkap sudah.
5. Janjian ketemu beberapa orang, tidak ada. "Aku masih di teluk. Pertemuan para pastur muda." Nah ya, aku harus paham kalau Vikjen sangat sibuk, dan aku bikin janji mendadak. Jadi ok ada masalah, ok gak bisa ketemu, ok harus nunggu. Tapi kok ya jengkel juga.
Aku tetap tersenyum. Hayo, siapa yang bisa menemuiku dengan wajah cemberut, aku akan menggantinya dengan senyum berkali lipat. Berusaha keras untuk positif. Susahnya.... Menulis di blog seperti ini juga salah satu bentuk usaha untuk positif. Come on, Yuli....

Tuesday, June 12, 2012

Specially June for Albert

 
Juni ini bulan istimewa untuk Albert. Dia genap berusia 11 tahun pada 8 Juni lalu. Saat yang bersamaan dia menerima Sakramen Tobat untuk pertama kalinya, dan dua hari kemudian terima komuni pertama. Di hari gembiranya, dia meminta kue ulang tahun white forest, yang full coklat putih. Ayam goreng tepung kesukaannya. Dan juga sekilo jambu air, kesukaanku. Itulah menu makan malam kami sekeluarga, dengan doa-doa istimewa untuk Albert, dengan segala lambang cinta. Juga untuk menutup segala dinamika hari itu yang cukup padat. Kebetulan juga hari terakhir ulangan semesternya.
Secara khusus aku membuatkan sarapan telur rebus untuk kami berempat menandai hari itu.
"Telur tanda pengharapan." 
Jelasku pada Albert.
Makan siang ada ikan emas goreng.
"Tanda kejayaan."
Ujarku pada Albert.
Dan seluruh rangkaiannya menjadi doaku untuk Albert. Semoga dia semakin dewasa belajar tentang dunia. Always love you, Albert.

Monday, June 11, 2012

Nonton Soegijanya Nanti ya, Anak-anak!

Hari Sabtu, 9 Juni 2012, aku bersama suami nonton Soegija di Central Plaza, Tanjungkarang. Dapat tiket gratis yang tidak boleh disia-siakan walau kami harus duduk terpisah (Thanks, pak Har.). Pada anak-anak yang kami tinggal malam mingguan berdua di rumah aku bilang,"Kalau film ini bagus untuk anak-anak juga, kita nonton hari Senin atau Selasa mendatang." Mereka setuju.
Nah, apakah film ini bagus? Aku berpikir sepanjang perjalanan pulang usai nonton. Pada suami aku bilang spontan saat kami bertemu di lobby teater,"I have more expectations for this movie. I cann't get it all. It 's very much symbol and art. I need more naturally Soegija, not like as a symbol. I need more Soegija." 
Di beberapa hal suamiku setuju tapi juga tidak setuju. Ya, maklum, ukuran penilaian kami berbeda. Jadi biar saja. Dan aku kira penilaianku juga belum final. Mesti direnungkan lagi, jadi gak perlu ngotot. Tapi tentu aku tidak bisa bilang begitu pada anak-anak. Apakah film ini bagus? Di suatu titik aku memutuskan akan bicara pada anak-anak seperti ini.
"Wah, sayang sekali, ibu tidak bisa mengatakan film ini bagus atau tidak. Hmm, soal gambar-gambar yang di sana, ya bagus. Banyak yang lucu, banyak anak-anak juga. Ibu suka di beberapa, eh di banyak bagian. Ada anak yang sangat senang bisa mengeja m-e-r-d-e-k-a, dan ingin sungguh-sungguh merdeka. Ada lagu-lagu yang bagus, seperti kalian pernah dengar, itu Ndherek Ibu Maria, atau lagu dolanan Jawa. Ada cerita perang juga. Ndak, bukan perang seperti yang kalian kira walau ada pistol, bambu runcing...ndak ada yang berkelahi, eh dikit mungkin. Ada perawat-perawat, orang sakit,...
Dan tentu ada Sugiyo, hmmm, ini yang harus kalian ketahui, Sugiyo adalah Uskup pertama di Indonesia yang asli Indonesia. Tapi film ini tidak banyak bercerita tentang dia. Hmmm ya, walau judulnya tentang orang ini, tapi dia diceritakan sedikit. Ada, tentu saja ada. Apa yang dilakukan? Hmmm, banyak.
Dia membela orang Indonesia saat perang melawan Jepang dan Belanda. Dia berjuang untuk orang Indonesia, bukan hanya orang Katolik. Dia orang yang berani. Hmmm, tapi di film ini baru diceritakan sedikit, seperti menyediakan Gereja untuk tempat pengungsian, menulis surat untuk pemimpin bangsa. Uskup ini dekat dengan Sukarno. Tahu Sukarno itu siapa? Ya, dan Uskup ini pun diangkat jadi pahlawan Nasional. Sungguh, masa ibu berbohong. Ada fotonya. Pasti ada dong. Di buku pelajaran? Mestinya ada. Nanti kita lihat. Tapi memang tidak banyak diceritakan di film ini.
Mungkin ibu akan menyarankan kalian membaca buku tentang Uskup ini dulu. Ada, ibu punya dua bukunya. Lupa, nanti ibu carikan. Satu karangan Anhar Gonggong, satu lagi siapa ya. Pasti ada di bagian atas itu letaknya. Lama tidak ibu baca. Ya, nanti ibu carikan. Kalau sudah membaca buku tentang kisahnya lebih mudah kalian mengerti saat melihat film ini. Jika belum, hmmm ya, bisa saja menonton. Tapi ibu kuatir kalian nanti menangkap apa. Ya ndak apa-apa kalau mau tetap nonton. Tapi benar lo ya, ibu tidak bisa bilang film ini film bagus atau tidak. Ibu bisa bilang ini film yang sulit. Jadi, kalian baca dulu deh tentang Soegijapranata, setelah itu kita akan menontonnya bersama. Eh, ya, ibu janji. Kalau kalian bilang film ini tidak bagus setelah membaca bukunya, ibu akan beliin tiket nonton lagi, film Ambilkan Bulan! Kalian bisa nyanyi-nyanyi di film ini. Ya, janji."
Itu percakapan yang kurancang untuk anak-anak. Begitulah... Moga mereka paham.

Thursday, June 07, 2012

Musik Anak-anak



Setiap anak punya irama musiknya sendiri
ada yang begitu genius melampaui banyak anak lain
itu pun dengan ukuran tertentu yang tidak sama
antara aku dan kau dan dia dan mereka.
Anak-anakku pun punya irama musiknya sendiri
aku adalah teman bagi mereka supaya iramanya semakin kaya
tapi bukanlah maksudku menjadi perusak mereka
biarlah mereka menikmati irama musik mereka sendiri.
Aku hanya ingin memastikan
bahwa apapun irama mereka
mungkin jauh dari nilai yang kuharapkan
mereka tahu bahwa aku mencintai mereka.
Dan aku akan selalu belajar
untuk tahu selalu ada sisi
yang indah untuk kunikmati.
Mereka tak perlu mengkuatirkan aku
maupun memperdulikan ukuran
yang aku punya.
Mereka indah untuk dinikmati
apa adanya.

Tuesday, June 05, 2012

Kelengkeng / Lengkeng Sugiri di Belakang Rumah

Di samping ini foto buah kelengkeng di pohon kami di belakang rumah, yang panen dari bulan April - Juni. Bagus ya? Dan rimbun. Ini panen pertama yang bagus sejak pohon ini ditanam pada tahun 2006 yang lalu. Konon namanya adalah Kelengkeng / Lengkeng Sugiri. Varietas lokal Lampung yang cukup unggul dan dijadikan unggulan oleh Propinsi Lampung.
Waktu kami beli di pameran, penjualnya menyertakan sertifikat jaminan setahun sudah berbuah. Memang setelah setahun waktu itu berbuah, 7 biji! Hehehe.. Usai itu gak pernah berbuah lagi sampai tahun lalu Den Hendro memberikan ancaman serius ke pohon lengkeng ini.
"Kalau tahun ini tidak berbuah, potong habis!"
Ancaman itu disertai dengan memangkas beberapa cabang, menguliti semua cabang yang tersisa sekitar 10 - 20 cm panjangnya pada bagian kulit batangnya. Mengurangi air yang menyiramnya, dan tiap sore diingatkan terus,"Awas kalau gak berbuah!"
Alhasil, jadilah. Akhir tahun lalu (Desember 2011) bunga-bunga bermunculan, dan disertai bulatan-bulatan imut. Buanyak menutupi bagian atas pohon, di tiap pucuknya. Dan masuk bulan April, setiap kali kami di belakang rumah, kami akan ambil sebutir untuk diincip, sudah mateng belum ya.
Bulan Mei -Juni adalah puncak kematangan buah. Panen raya, makan lengkeng tiap hari, dan membagikannya ke tetangga sekitar rumah. Kebanyakan heran. "Panen lengkeng? Ada pohonnya ta? Cuma satu pohon bisa berbuah?" Dst., pertanyaan-pertanyaan.
Itulah keunggulan Lengkeng Sugiri asal Lampung. Cukup satu pohon, bisa optimal buahnya. Satu tahun usai tanam pun bisa berbuah. Kasus khusus pohon kami, konon kata ahli karena terlalu subur, maka daun lebat, cabang berlimpah tapi buah tidak muncul di tahun kedua dan ketiga. Jadi, ancaman Den Hendro itulah yang manjur. Bukan omongannya, tapi bacokannya ke dahan itulah yang mengurangi asupan nutrisi ke seluruh pohon dan membuatnya tidak nyaman sehingga memaksa reproduksi. Yang akan membuatnya regenerasi seharusnya. Nah buah-buah manisnya menjadi hadiah untuk manusia sebelum bijinya kesebar di seluruh dunia meneruskan generasi Lengkeng Sugiri. Hehehehe, mungkin gitu ya? Ndak ngerti teorinya.
Dan lagi sekarang buahnya sudah habis, tinggal sisa-sisa dikit saja untuk dikunyah-kunyah saat sore. Jadi jangan datang ke rumah! Cukup lihat saja foto yang kupasang di sini! Bagus kan?

Saturday, June 02, 2012

What's indicator of my success?

Mengalami kegagalan adalah hal biasa bagiku. Bukan perkara yang luar biasa. Ada banyak contoh kecil besar. Tapi yang harus aku akui, semua kegagalan-kegagalan itu aku rasakan dengan cara yang berbeda-beda. Kadang dengan dominan sedih, marah, kecewa. Namun anehnya ada juga peristiwa kegagalan memberikan kelegaan. Kegembiraan.
Sepanjang pagi ini aku berpikir tentang hal ini.
Pertama, aku kira ini terkait dengan indikator di tiap momen dimana aku menilai suatu peristiwa. Kadang aku memakai indikator yang tidak masuk akal dengan melibatkan orang-orang lain, yang sama sekali tak mungkin ada di dalam kendaliku. Sama sekali bukan hakku.
Kedua, juga terkait dengan kesiapanku menerjemahkan masa depan. Untuk yang ini aku kira cocok dengan peribahasa yang mengatakan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Jadi lewat kegagalan aku masih punya waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan diri menghadapi yang tak terduga suatu ketika nanti.
Ketiga, ketika otak dan hati kompromi secara positif. Ya, iyalah. Orang hidup kan ada naik turunnya. Apa salahnya turun tangga kali ini? Toh tangga itu masih tersedia, jadi suatu saat pasti naik. Atau tangganya hancur? Gak soal. Kan masih ada nafas untuk membangunnya lagi. Nafas, itu modal utama. Selama ada nafas berarti masih ada daya untuk berjuang.
Keempat, mau gak mau harus bicara tentang iman. Ada Hyang Ilahi yang mengatasi segalanya. Kadang-kadang susah dipercaya karena tak kelihatan, tak terdengar, tak terasa,... Tapi biar saja dinamikanya seperti itu. Kadang penuh percaya, kadang mengabaikan, kadang tak percaya. Kan aku bukan Maha. Aku adalah hanya. Tidak lebih!