Mengalami kegagalan adalah hal biasa bagiku. Bukan perkara yang luar biasa. Ada banyak contoh kecil besar. Tapi yang harus aku akui, semua kegagalan-kegagalan itu aku rasakan dengan cara yang berbeda-beda. Kadang dengan dominan sedih, marah, kecewa. Namun anehnya ada juga peristiwa kegagalan memberikan kelegaan. Kegembiraan.
Sepanjang pagi ini aku berpikir tentang hal ini.
Pertama, aku kira ini terkait dengan indikator di tiap momen dimana aku menilai suatu peristiwa. Kadang aku memakai indikator yang tidak masuk akal dengan melibatkan orang-orang lain, yang sama sekali tak mungkin ada di dalam kendaliku. Sama sekali bukan hakku.
Kedua, juga terkait dengan kesiapanku menerjemahkan masa depan. Untuk yang ini aku kira cocok dengan peribahasa yang mengatakan kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Jadi lewat kegagalan aku masih punya waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan diri menghadapi yang tak terduga suatu ketika nanti.
Ketiga, ketika otak dan hati kompromi secara positif. Ya, iyalah. Orang hidup kan ada naik turunnya. Apa salahnya turun tangga kali ini? Toh tangga itu masih tersedia, jadi suatu saat pasti naik. Atau tangganya hancur? Gak soal. Kan masih ada nafas untuk membangunnya lagi. Nafas, itu modal utama. Selama ada nafas berarti masih ada daya untuk berjuang.
Keempat, mau gak mau harus bicara tentang iman. Ada Hyang Ilahi yang mengatasi segalanya. Kadang-kadang susah dipercaya karena tak kelihatan, tak terdengar, tak terasa,... Tapi biar saja dinamikanya seperti itu. Kadang penuh percaya, kadang mengabaikan, kadang tak percaya. Kan aku bukan Maha. Aku adalah hanya. Tidak lebih!
No comments:
Post a Comment