Thursday, July 27, 2006

Lampung masih sering gempa. Tapi dasar aku orang gak peka, jarang sekali terasa gempa-gempa seperti itu. Anakku yang kecil yang paling sensitif. Dalam tidur pun ketika ada gempa dia pasti loncat memeluk aku. Saat aku bangun udah lewat gempanya, tertinggal suara gesekan kaca atau genting beradu. Suaranya saja yang terdengar. Tidak tahu sampai kapan akan berakhir.
Hari ini nganter anakku yang besar ke sekolah. Sesudahnya aku ke kantor menerobos pasar Pasir Gintung yang super semrawut. Nemu ada yang jualan nasi pecel khas Kediri or Malang or Jawa Timur. Nasi dengan 'kulupan', diberi sambel pecel, lauk peyek dan ditambah kering tempe. Mbayangin nikmat bener. Tiba di kantor langsung disantap. Ahhh...tidak seenak di kampung halamanku itu. Bumbunya amburadul gak ngalor gak ngidul. Menjengkelkan.

Monday, July 24, 2006

Hari ini permulaan Albert masuk sekolah setelah libur panjang. Sebenarnya aku ingin nungguin di hari pertama, tapi aku kadung janji dengan mas Budi untuk ngurus ijin ke BKSDA. Jika aku tidak kesana hari ini alamat pekerjaanku yang lain akan tertunda. Jadi si Albert biar sama bapaknya saja.

BKSDA pukul 09.30 masih sepi. Yang mestinya ngurus surat ijin itu pun belum datang. Jadi ngobrol beberapa jenak dengan Pak Zainul, polhut situ. Tidak berbelit. Proses perijinan itu sudah prosedural mudah diikuti apalagi dengan Bu Darti yang manis. Penuh cerita tentang Krakatau dan sekitarnya. Katanya dua minggu terakhir ini ada 'pesta' tidak kelihatan di Anak Krakatau. Orang-orang yang shift patroli di sana setiap hari mendengar gending-gending mengalun seperti orang sedang ada gawe. Padahal tidak kelihatan ada keramaian semacam itu. Toh tempat itu jauh di tengah laut, tidak kelihatan mana-mana. Ini dikaitkan oleh orang-orang dengan terjadinya bencana alam di sekitaran Lampung. Isu dan kejadian bencana alam di Indonesia sekarang ini membuat penafsiran beragam tentang fenomena aneh ini. Jangan-jangan akan ada apa gitu di Lampung, khususnya Kalianda. Moga sih tidak terjadi apa-apa.
Tidak perlu ditakuti, tapi toh gejala-gejala alam yang sekarang ini terjadi di Lampung seperti gempa tiap hari di Bandarlampung dan sekitarnya perlu dicermati dan diwaspadai.

Nah ijin keluar jam 11 aku langsung ke kantor SW. Melihat beberapa surat yang datang lalu mem fax ijin itu ke mas Budi. Sayang aku gak bisa menghubunginya lewat telpon. Mau laporan keuangan ke Pater Zwaard, beliau sudah pulang. Jadi aku di depan komputer saja.

Aku ingat kemarin pertemuan FKSPL untuk melihat agenda pelatihan jurnalistik bagi para buruh Agustus mendatang, selain sharing kegiatan masing-masing serikat. Pertemuan agak 'kering' tapi untung ada beberapa teman FMN yang hadir memberikan warna lain ke FKSPL. Kami berharap pelatihan jurnalistik itu akan menjadi awal yang baik untuk komunikasi FKSPL.

Thursday, July 20, 2006

Hari ini aku coba untuk membuat blog ini. Tergagap-gagap. Bener kata si Indro bahwa aku 'wong ndeso', sing gaptek. Tapi tidak apa-apa aku akan coba membuatnya sedikit demi sedikit.

Nah, hari ini Lampung terasa tenang. Setelah kepanikan akibat gempa yang berpotensi menjadi Tsunami kemarin sore. Aku bisa merasakan orang-orang disekitarku selalu merasa takut dan cemas. Gempa terjadi tiap hari tiap saat. Bagi warga Kemiling dan sekitarnya ini sungguhan menakutkan apalagi rumah bisa retak-retak begitu. Kemarin aku pulang dari Klender ketika gempa 6,2 ricther itu terjadi. Mbak Lis yang pertama nelpon,"Kamu sudah sampai mana?" Lalu pesan dengan sangat,"Hati-hati." Lalu orang-orang lain kerabatku juga nelpon, khususnya suami tercinta. Nada suara mereka sama, sangat cemas. Aku yo gak tahu! Mana terasa ada gempa jika aku sedang ada di atas kapal ferry. Apalagi ombak sangat tenang. Agak mencekam ketika ternyata kapal yang aku tumpangi itu sangat sepi. Di dek 3 bagian kelas 1 hanya ada tiga orang termasuk aku. Lalu dua orang itu, sepasang 'backpacker' aku kira, cowok-cewek masih muda dengan ransel berat, pindah kelas karena tidak mau membayar 6 ribu yang ditarik petugas untuk masuk ruang kelas 1 itu. Alhasil aku sendiri. Lebih seram lalu si Rena sms ada gempa baru saja terjadi di selat Sunda. Na, aku kan ada di sana? Baru ngeh rupanya itu yang menyebabkan orang-orang terkasih pada kuatir. Tapi tidak ada apa-apa dalam perjalanan itu selain .... sepi.....
Tiba di Bakauheni aku naik travel Purnagama. 40 ribu sampai rumah. Aku tidak minat untuk menawar harga itu (standar 30 ribu). Aku tahu rumahku di ujung jauh sana, dan itu sudah malam (jam 10 malam). Lebih baik manut saja dan aku akur.
Perjalanan ke rumah diwarnai hujan lebat. Setelah mengantar semua penumpang, aku jadi yang terakhir. setengah satu dini hari mencapai pintu rumahku dengan sambutan suami yang 'syukur bojoku slamet' dalam wajahnya yang mengantuk.
Tidur hingga setengah 8 lalu sarapan nasi goreng dengan dua buntutku, albert dan bernard. Berangkat ke kantor untuk ngurus percetakan Nuntius.

Yuli Nugrahani
Hidup Bersama untuk Adil dan Damai