Thursday, January 26, 2012

Finding Windows


udara lembut tak bergerak
penguasa suasana itu tak hendak beranjak
tak sadar sekitarnya
bahwa daun batang terpaku menunggu
matahari merapat dengan enggan
dan suara-suara memadat dalam hening

aku tahu itu sedang terjadi
tapi tak ada jendela
dimana bisa melihatnya
dengan mata
kaki
sendiri

rumah
membekukan
bising

Tuesday, January 24, 2012

Resensi Buku : Tantri, Perempuan yang Bercerita


Jika Perempuan Bercerita

Judul : Tantri Perempuan yang Bercerita
Penulis : Cok Sawitri
Penerbit : Kompas Media Nusantara, Jakarta
Cetakan : I, Mei2011
Tebal : vi + 362 halaman; 14 cm X 21 cm
ISBN : 978-979-709-574

Eswaryadala, adalah seorang raja muda, tampan, tahu seni sastra dan berkuda, hidup satu masa dengan banyak pertanyaan.

Apa bedanya raja dengan rakyat
rumahnya disebut istana
perintahnya adalah kuasa
tak beda dengan saudagar kaya
rumahnya bagai istana
perintahnya juga kuasa
pasar tunduk padanya
Apa bedanya...
Sayang, ketika pertanyaan-pertanyaan membuatnya gundah, para pegawal dan pembesar kerajaan terbagi dalam dua kepentingan. Ada yang murni memang untuk mengabdi negara, namun justru yang dekat dengan sang raja, mempunyai kepentingan lain. Mereka menjilat dan memberi pengaruh yang justru menambah kegelisahan raja sehingga langkah salah yang diambil. Raja jatuh dalam pesta pora dan ratusan perempuan.
Ni Diah Tantri, adalah tokoh yang disodorkan penulis untuk memberi perubahan. Tantri datang sebagai wanita persembahan ayahnya yang juga Mahapatih di negara itu, namun memakai situasi itu sebagai peluang bijaksana, walau perasaannya terus-menerus harus dikendalikan supaya tetap tertuju pada niatnya.
Tantri menceritakan dongeng-dongeng, kisah-kisah berlapis-lapis tentang negeri dimana binatang bisa berbicara. Dia bercerita tanpa kenal lelah, siang dan malam, berhari-hari, dan teguh bertahan pada cerita itu apapun yang terjadi dan apapun yang dirasakannya.
Sang raja menanggapi kisah itu dengan santai, penuh jenaka, pada awalnya. Seperti mendengarkan dendang merayu seorang gadis kesukaannya. Namun cerita Tantri bukan cerita biasa. Dia memberikan sindiran tanpa menyindir. Dia memberikan pengajaran tanpa mengajar. Dia memberikan hiburan tanpa menghibur. Dan pasti, dia memberi pemikiran baru pada sang raja sehingga mampu melihat situasi yang sebenarnya dan di posisi mana seorang raja harusnya berada. Dia sama dengan semua rakyat, tapi dia juga berbeda dengan semua rakyat. Dia bisa melakukan perubahan dengan kekuatan kebijaksanaannya itu.
Penulis novel ini memakai ingatannya akan cerita klasik Bali, yang dia rangkai menjadi runtut, berlapis, menawan. Seringkali pembaca harus mengulang kembali kisah sebelumnya karena kisah-kisah berlapis yang menyertainya. Tokoh-tokoh binatang yang ditampilkannya, membuatnya menjadi fabel yang penuh dengan pesan moral tentang perilaku manusia. Bagaimana cara berelasi, bagaimana menempatkan diri secara tepat dimana dan kapan. Serta cara berkomunikasi dengan siapa saja.
”Lanjutkan ceritamu, biarlah tak ada kantuk di mata, biarlah tak ada lagi siang dan malam dalam hidupku,” bisik Sang Raja pada pencerita ulung itu.*** (dyn/Dimuat pada Majalah Nuntius, Pebruari 2012)

Very Hot Beach

Pantai Klara, kependekan dari Kelapa Rapet, terletak di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Pantai yang dikelola oleh TNI-AL ini memanjang di pinggir jalan. Tidak usah repot mencari karena dari jalan sudah terlihat. Hanya sekitar 1 jam dari Bandarlampung, ke arah Lempasing, lewat Mutun, Hanura, terus saja. Jalan akan berkelok-kelok seksi, tapi cukup bagus beraspal. Bis dan mobil besar pun bisa menembusnya.
Nah, menjelang Imlek lalu kami ke sana, serombongan, sekeluarga. Indah. Dan ternikmati dari pagi sampai sore dengan 'nganyut'. Berenang atau diseret sampai ke batas aman yang ditandai dengan bola-bola pelampung. Lalu diam-diam saja ngambang menghanyut ngikuti ombak, hingga ke arah Barat agak ke tepi. Kalau sudah lumayan dekat bibir pantai, berusaha ke tengah lagi, lalu menghanyutkan diri lagi. Begitu berulang-ulang. Airnya begitu hangat dan enak. Matahari panas karena memang tengah hari, tidak terlalu terasa kalau berendam. Tapi begitu keluar, aduh, seperti dipanggang.
Diselingi makan siang yang rakus bekal dari rumah di bawah pohon kelapa yang memang rapat tumbuh di sepanjang pantai, minum air vitamin dan kembali ke tengah dan menghanyutkan diri lagi. Berulang-ulang, hingga sore memanggil pulang. Hingga gosong seluruh badan. Saat membilas diri sudah terasa perih di bagian-bagian muka, pundak, lengan dan kaki bawah. Anak-anak perih di bagian punggung karena mereka tidak pakai kaos. Kini sudah dua hari gosong masih terlihat dengan pekat dan rupanya masih perih juga. Tapi aku kira walau tidak enak terasa, menghanyut di pantai tidak akan berhenti. Tidak kapok. Pasti akan diulang lagi. Apalagi di Lampung masih buanyak pantai yang harus didatangi. Yang sudah dikunjungi baru Pasir Putih, Mutun, Kalianda Resort, Blebuk, Hanura, Ringgung, Klara, ...

Wednesday, January 18, 2012

All Dreams

Aku rutin mimpi dalam beberapa malam belakangan ini. Mimpi yang hampir mirip. Mimpi yang bikin capek. Mimpi yang menggambarkan aku dalam perjalanan. Aku kira pasti ada artinya. Tapi aku baru menduga-duganya. Sebagian mimpi sudah hilang, lupa. Tapi mimpi yang semalam jelas sekali tergambar. Wajah-wajah yang muncul, percakapan, kegelisahan,... semua teringat hingga percakapan detail, kota, dan semua.

Friday, January 13, 2012

Unidentified Message

Dari dua bulan lalu, hingga kini aku kerepotan dengan pesan-pesan tanpa identitas yang masuk ke HPku. Banyak jenis pesan/SMS macam begitu.

1. Pesan yang memang harus-harus-harus dicuekin begitu saja karena pesan itu sama sekali memang berniat jahat. Macam minta pulsa, minta uang dikirim ke rekening tertentu, bilang dalam posisi darurat, dikatakan aku memenangkan uang atau rumah atau mobil jutaan rupiah, pesan berantai (kadang ini dari orang yang dikenal juga) dll. Pesan-pesan macam gini otomatis kuhapus. Tidak masuk ke otak.

2. Pesan yang salah alamat. Pesan begitu serius, urusan bisnis, keluarga, dll, beberapa kali, dan karena tidak kutanggapi biasanya mereka akhirnya nelpon, karena memang untuk urusan serius, dan berakhirnya ternyata,"Maaf, salah sambung, bu." Jika tidak cukup sopan, seringnya ya langsung ditutup saja lalu sudah, tidak pernah ada SMS lagi.

3. Pesan yang salah paham. Pesan ini mulai muncul pada akhir Nopember, gara-gara no HPku dipasang di Nuntius untuk kepentingan iklan, dan dikira banyak orang aku adalah penyampai pesan. Sehingga muncul SMS : "Salam dari Keluarga Sugito di Metro untuk kerabat di Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Bandarlampung. Spesial untuk Aak, jangan lupa dibagi kue tahun barunya ya." Ini cukup merepotkan karena banyak sekali, dan awalnya aku gak mudeng apa maksudnya. Setelah ada satu dua ada yang telpon, baru aku ngeh dan membuka kembali kalimat yang ada di Nuntius. Jadi dikiranya aku menyediakan jasa untuk menyampaikan pesan. Hehehe. Asem.

4. Pesan yang ingin mengganggu secara SARA. Aku mencurigai pesan-pesan ini muncul karena no HPku yang disebar secara umum di halaman belakang Nuntius. Gangguan itu muncul dengan menyertakan ayat-ayat KS, menggugat keyakinan, mempertanyakan ajaran agama, bahkan memintaku bertobat dengan cara si pemberi pesan dengan ditekankan ayat-ayat KS tertentu. Dan mereka ini ngotot, mengirim SMS saban hari. Bahkan sehari bisa berkali-kali.

5. Pesan bodoh. Ini aku katakan karena pengirimnya adalah orang bodoh. Sudah tidak pasang identitas, tidak bisa paham kata-kata balasanku lagi. Biasanya jika ternyata si pengirim pesan tahu namaku aku agak kelimpungan untuk membalas, dengan sedikit ragu terlebih kalau mereka sudah mengatakan nama tapi tetap tak kuingat siapa dia ini. Nah kasus terakhir, beberapa hari lalu, pesan macam itu aku balas,"Maaf, ini siapa? Tks."
Eh, dia ini telepon. Aku angkat, belum apa-apa sudah mendamprat,"Apa maksudnya sms seperti? Beraninya ngatain aku tikus. Bangs**, anj*** kowe!!!" Aku sampai gemeteran mendengarnya.
"Maaf, ini siapa?"
"Widodo."
"Mau bicara dengan siapa?"
"Mbak Yuli, siapa lagi?!!"
"Maaf, Pak Widodo, kapan saya ngatain tikus?"
"Itu, sms bilang tks. Tikus!"
Gedubrak!!! Hampir semaput aku. Aku jelasin dengan emosi yang ditekan,"Tks itu thanks, artinya terimakasih." Dia masih pakai ngancam akan ke rumah. Ya monggo. Tapi ternyata tidak datang.
Hingga sekarang aku tetap tidak ingat itu Widodo yang mana dan sejak itu dia juga tidak sms lagi. Syukur! Karena smsnya sangat-sangat ngawur, gak mencerminkan mengenal diriku.

6. Pesan yang sok misterius. Ini pasti dari orang-orang yang kenal aku tapi sok misterius menyembunyikan identitas. Lalu berlagak memberi perhatian. "Sudah sembuh jeng Yuli?"
Haik, sampai berkali-kali pun ya sulit ramah dengan orang tanpa identitas walau dia kasih perhatian, sok kasih perhatian. Hehehe, tapi asal masih ramah ya aku masih rela nanggapi, dengan standar biasa asal santun saja. Ya, karena tak tahu siapa. Aku ini kan ular berkepala 1000, bertindak tergantung alasan yang melekat pada siapa aku harus bertindak. Hehehe... Ngoten.

Wednesday, January 11, 2012

Start to Grow


Mulai segar kembali setelah beberapa hari lemas, mriyang, tidak bisa menjadi normal. Aku lawan dengan tetap beraktifitas. Tetap makan. Tetap bergerak. Tetap berpikir. Tetap berolahraga. Minum vitamin C berbotol-botol. Air oksigen berliter-liter. Tidur berjam-jam. Hehehe. (Jagoan lebay!) Aku lawan rasa sakit dengan sekuat tenaga.
Hari ini sudah mulai segar. Ada sedikit ingus di hidung. Ada sedikit dahak di tenggorokan. Ada sedikit berat di kepala. Ada kelebihan suhu dikit di ketiak, tengkuk, dan mulut.
Tapi semuanya okey. Tidak ada yang perlu dikuatirkan. Siap untuk tumbuh di tahun ini, lebih baik, lebih menyenangkan. Lebih tulus. Siap menerima kunjungan siapapun yang merasa spesial di hatiku. Kau!

Saturday, January 07, 2012

My Sons

Bicara tentang anak-anak tidak pernah membosankan. Mereka memiliki dinamika luar biasa yang tidak habis-habisnya mengalirkan emosi. Lihat foto ini. Mereka sudah besar, semakin menjadi remaja dan terus dewasa. Sedang aku semakin uzur, tua, dan renta.

Thursday, January 05, 2012

New Year

Aku melintasi tahun dengan perjalanan panjang mulai 21 Desember. Beberapa post perhentian adalah Borobudur, Muntilan, Jogjakarta, Malioboro, Surabaya, Lumajang, Kediri, Pohsarang, Sedudo, Nganjuk, Kulonprogo, Bandung dan Lampung terakhir, di sinilah aku akhirnya.
Sebuah refleksi panjang sudah kubuat, tapi tak akan aku taruh di blog ini. Karena panjang dan belum selesai. Susah untuk diselesaikan.
Tahun 2011 aku menetapkan untuk jadi SERIUS. Aku berusaha keras untuk serius. Jadinya, ya sungguh-sungguh serius, tapi sekaligus jadi terlalu cerewet menggali dalam terlalu dalam.
Nah, untuk tahun 2012 aku sudah tentukan, tapi sedikit ragu. Sedang kumantapkan sambil menulis blog ini. Yang jadi kata kunci untuk aku pakai sebagai misi di tahun 2012 ini agak susah diputuskan. Sejujurnya terus terngiang-ngiang kata : KUDUS. KUDUS. KUDUS.
Karena kubayangkan itu sangat susah kucapai dan kulakukan jadi aku tidak dulu mengupayakan ini. Kutunda dulu. Sekarang aku mulai dengan TULUS. Tulus. Menjadi tulus. Mulai dari sekarang. Ini pertama-tama untuk mengurangi cerewetku pada hal-hal yang gak perlu dan yang utama untuk memurnikan motivasiku. Begitu. Detail aku tulis di laptopku, untuk kuingat sepanjang tahun.