Sunday, March 31, 2013

3

batumu telah berguling
kau buka pintumu lebar
dimana jenasah kemarin
yang kau peluk dalam perutmu?

minyak wangi dan dupa di tanganku
ingin membalur tubuh mayat tuanku
kau membiarkannya hilang

aku bersimpuh membakar dupa
meminyaki tubuhku sendiri

"tak perlu kau tangisi aku
tapi tangisilah dirimu sendiri
dan anak-anakmu"

tak pernah aku bisa menambah kemuliannya
tuanku yang hilang darimu
punya kemuliaan abadi

Friday, March 29, 2013

Pieta

1

di pangkuanku
adalah anak tanpa detak
kehidupan berpakaian rajutan darah 
sekujur pembuluh terbuka luka tak terhingga

kalvari merajam tubuhnya
jadi semata jasad terkulai
cuka meleleh dari bibirnya
menganga mengata : bapa

mustahil dia bukan manusia
rahimku telah merawatnya
tanganku telah menandunya

kini di pangkuan
dia rupa manusia
lebih dari segala


2

...
berbaring berpeluh berkafan
lusa batu akan terguling
pada bangkitnya
jika tidak
sia -
sia


Wednesday, March 27, 2013

Menstruasi

Perempuan sudah dilatih menerima luka sebagai bagian hidupnya saat mengalami menstruasi/haid pertama kalinya. Menstruasi adalah adalah proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi karena luruhnya lapisan dinding rahim bagian dalam yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur yang tidak dibuahi.  Selain peluruhan itu sendiri, juga terjadi kontraksi otot perut ketika mengeluarkan darah dari dalam rahim. Sebagaimana kontraksi otot pada bagian tubuh yang lain, otot rahim yang telah bekerja sangat intens ini pun akan mengalami ketegangan (kram), dan kondisi ini menyebabkan rasa nyeri. Pada beberapa perempuan, rasa sakit ini bisa sangat luar biasa bahkan bisa pingsan.
Ini adalah siklus yang dipengaruhi oleh hormon, maka ketika seorang wanita sedang menstruasi, khususnya di hari-hari pertama dimana perdarahan paling kuat terjadi, akan sangat menjengkelkan yang sedang mengalami. Rasanya sangat tidak nyaman, sakit dan lembab di bagian intim.  Ketika tidak bisa mengatasi, yang muncul adalah malas untuk berbuat apa saja, mudah marah atau sedih, tidak bergairah, tidak untuk berbuat apapun. Belum lagi kalau ditambah pengaruhnya ke fisik seperti jerawat, infeksi alat reproduksi, dan konon menstruasi juga bisa mempengarui suara. Kualitas, modulasi, dan pitch  suara akan lebih rendah jika dibandingkan dengan hari biasa.
Sayang tidak semua orang memahami situasi ini. Cuti haid dianggap tidak penting. Dianggap hanya sesuatu yang rutin saja, yang biasa saja. Perempuan yang mengalaminya pun tidak menganggap hari-hari menstruasi ini saat-saat rawan bagi tubuhnya. Malu untuk menceritakan pada orang lain. Sering kali orang terdekatpun tidak bisa menganggap bahwa saat menstruasi ini saat yang rentan bagi perempuan sehingga sering terjadi suami memaksa istrinya bercinta saat menstruasi padahal jelas ini beresiko tinggi bagi kesehatan perempuan.

Sunday, March 24, 2013

Senja pada Jarak

pada jarak ada senja
siapa yang bisa membantah,
bahwa senja adalah indah?

hanya,
senja pada jarak
membuat mata beriak
menenggelamkan kenangan
di pupil belum tidur

kau akan pergi, katamu
aku harus pergi, kataku

kuda ditambatkan di halaman depan
telah disikat kulit dan surainya
pun pelana dan sepatu besi

aku akan memulai perjalanan
dengan pantat lekat

di atas punggung kudaku
sang pelari



Saturday, March 23, 2013

Bandrek

Bandrek merupakan minuman malam. Hehehe, aku menyebut seperti itu. Cocok disajikan panas-panas membuatnya sangat pas disruput saat malam, saat dingin mulai menyelimuti. Rasanya juga hangat pedas karena ramuan rempah-rempah dan herbal yang terkandung di dalamnya. Cukup simple cara membuatnya. Rebus air hingga mendidih, masukkan jahe bakar yang sudah dikeprek, lalu tambahkan sere keprek, sedikit kayu manis, sedikit kapulaga, cabe jawa, cengkeh, dan gula aren. Saring dan tambah dengan gula juga susu jika suka. Hmm, hangat legit berkhasiat.
Bagi yang gak mau repot, sekarang banyak yang menjualnya dalam bentuk instan tinggal seduh atau silakan datang di Angkringan Mbah Jo, gang Ratu (Jalan Purnawirawan) Gedungmeneng. Di sana disediakan dengan harga sangat murah karena masih masa promosi. Hanya Rp. 3.000,- per cangkir lengkap dengan susu. Jika suka ditambah telur mentah, silakan bawa sendiri. Mbah Jo belum menyediakan. Hehehe... Jika mau pesan dalam jumlah banyak atau minta diantar silakan kontak nomer HP Mbah Jo, 085279499844. Siap antar sampai rumah, tentu dengan tambahan ongkos kirim. Lebih lengkap jika ditambah camilan : nasi kucing, sate usus, sate telur puyuh, sate ati ampela, dsb.

Wednesday, March 13, 2013

Matematika dan Bernard

Bernard akan ulangan matematika hari ini. Semalam dia memintaku untuk memberikan tebak-tebakan matematika.
"Kasih pertanyaan seterah (dia selalu bilang 'seterah' untuk kata 'terserah') ibu yang kira-kira sesuai dengan pelajaran kelas 3 di sekolahku."
Mana aku tahu, Nard. (Gaya kalimat seperti ini sering kali dia ucapkan. Misalnya kalau aku mau belanja aku tanya nitip apa dia akan bilang,"Beliin jajan. Seterah ibu tapi yang aku suka." Nah lo!)
Bernard suka matematika. Itu tidak bisa disangkal. Dari kecil belum bisa bicara dia sudah bermain memasukkan kelereng ke botol, tidak serta merta tapi satu per satu. Atau benda-benda dia jajarkan secara teratur di lantai. Nah, begitu masuk sekolah, urusan pelajaran berhitung matematika dia akan bilang,"Cemen!" Juga kalau ada PR matematika dia akan menantang pasang timer, 10 menit atau 15 menit untuk 10 soal yang harus dikerjakan.
Untuk ulangan mingguan kali ini dia tidak belajar aku pun tidak kuatir. Sambil berbaring, aku melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
"7 dibagi 2."
"3 1/2."
"4 / 16."
"2/8, atau 1/4."
Dst.
"Ibu beli kelengkeng sekilo. Dihitung sama Bernard ada 52 buah. Pandu datang dikasih kelengkeng 2. Sisanya dibagi untuk bapak, ibu, Bernard dan mas Albert. Setiap orang mendapat berapa kelengkeng?"
"12 1/2."
"Ibu akan membungkus nasi kucing. Setiap bungkus butuh daun pisang selebar 10 cm. Setiap ikat daun isinya 2 lembar, tiap lembar daun panjangnya 1 m. Karena akan membuat 50 bungkus nasi kucing, berapa ikat daun pisang yang harus ibu beli?" Hehehe. Dia menghitung selalu tanpa kertas.
"2 1/2 ikat!"
"Harga per ikatnya 3000 rupiah. Berapa yang harus dibayar? Memakai uang 10 ribuan, berapa kembaliannya? Untuk parkir 1000 rupiah, dan tiba-tiba ban motor ibu meletus. Berapa kurangnya uang ibu?"
Dia bisa menjawab semua pertanyaan.
Terakhir setengah mengantuk, dia mendengarkan pertanyaanku.
"Sekarang yang paling sulit. Om Bejo membuat bandrek di teko. Satu teko bisa untuk 17 gelas. Semalam habis 1,5 teko. Berapa gelas yang sudah terjual? Berapa uang yang harus disetorkan kalau harga per gelasnya 3000 rupiah?"
"Ah, udah ah. Capek. Gak mau lagi. Good night, ibu. Selamat malam. Mimpi yang indah. Bangun pagi-pagi sekali."
"Lalu, bandreknya? Uangnya?"
"Biarin..."
Dan dia pun tertidur dalam hitungan detik. Mungkin dia membawa hitungan-hitungan itu dalam mimpinya.

Thursday, March 07, 2013

Mesra

Adakalanya, mesra itu hanyalah ujung jari yang bermain di atas pundak. Mesra bukanlah bibir yang menyatu dalam ciuman atau pelukan erat dua tubuh telanjang atau bahkan bukan kata-kata berlebihan yang mengatakan cinta.
Mesra bisa berupa mainan ujung jari di atas pundak. Iya, aku ingat sekitar 17 atau 18 tahun yang lalu, di awal relasi kami berdua, aku dan Hendro sering berada dalam perjalanan bersama, ke Jember, Lumajang, Bandung, Jakarta dan sebagainya. Bukan hanya berdua tapi mungkin juga dalam rombongan-rombongan atau bersama para sahabat atau kerabat. Kami lebih sering kali tidak duduk berdampingan saat berada dalam mobil. Bisa jadi dia di depan aku di belakang, atau sebaliknya.
Dalam percakapan yang ramai sesekali aku akan menumpangkan tangan di pundaknya. Menekan pundaknya sesekali dengan ujung jari. Aku bisa merasakan sekilas gesekan kerah bajunya, atau sesekali rahangnya, pada tanganku tanda dia menanggapi gerakan kecilku. Itulah mesra. Dan semua orang bisa melihatnya, karena kami tidak sembunyi-sembunyi. Tapi mungkin juga semua orang tak bisa melihatnya, karena yang kami lakukan sangat biasa.
Sampai sekarang pun aku tetap melakukannya. Dan aku selalu merasakan nuansanya sebagai mesra. Hmmm...

Wednesday, March 06, 2013

Kencan Dengan Albert

Makan berdua sama Albert, si sulung selalu jadi saat yang adem. Itulah saat di mana kami berdua bisa ngobrol dengan santai rilex segar ringan. Akhir-akhir ini hubungan kami agak berat. Dia sudah menginjak remaja dengan segala permasalahannya. Aku kadang tidak cukup sabar menghadapinya, sehingga di beberapa titik, suara kami saling meninggi.
Kali ini kesempatan makan berdua dengannya kami lakukan di kantinnya Robinson saat dia menemaniku belanja. Sangat menyenangkan lebih-lebih karena terakhir-terakhir ini aku sangat sibuk segala urusan. Yang rutin dan tidak rutin, termasuk merawat bayi yang baru beberapa hari lahir, Angkringan Mbah Jo kami. Yang asyik sebenarnya bukan soal makan, tapi kami bisa ngobrol tentang apapun.
Salah satu obrolan tentang sikapnya yang masih kolokan. Dia menolak disebut kolokan manja, tapi dia gak berkutik ketika aku tunjukkan beberapa bukti misal masih harus disuruh untuk segala urusan, merengek saat bangun tidur dan sebagainya.
"Ah, apa Albert nanti bisa dapat pacar kalau masih kayak gitu?"
"Bapak saja yang jelek gitu bisa dapat ibu, apalagi aku yang ganteng ini."
"Weh! Awas kalau bapak sampai dengar. Memang gantengnya Albert dari mana kalau bapak jelek?" Aku cemberut, dan berhasil ngetok kepalanya yang cengengesan.
"Hahaha..." Dia ketawa ngakak.
"Jaman ibu dulu, baru pacaran ketika sudah SMA."
"Itu jaman dulu, bu. Kalau sekarang, teman-temanku saja sudah ada yang punya pacar."
"Ohya?"
"Iya. Billi pernah nembak si anu. Si Yuda waktu valentine kemarin ngasih coklat ke si anu, juga ngasih boneka. Si Theo pernah jadian sama si anu, lalu putus lagi."
"Ooo? Albert juga pernah?"
"Nggak ah. Aku kan masih kecil." Mulutnya penuh dengan suapan besar nasi dan sayur brokoli.
Itu salah satu bagian percakapan. Ya ya ya, rupanya dia memang masih kecil. Tapi dia juga sudah remaja. Dan sebentar lagi aku punya anak yang sudah dewasa.

Saturday, March 02, 2013

Wisata Merapi dengan Jeep

Kaliurang basecamp.

Aku baru ingat ada file yang kusimpan dari perjalanan ke Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Di sela-sela rapat Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKPPMP) KWI yang pertama untuk periode tahun 2012 - 2015, anggota badan pengurus menyempatkan diri untuk berkunjung ke Merapi. 

Lewat Kaliurang, kami memakai jasa tour dengan jeep-jeep yang memang disediakan untuk kepentingan ini.
Satu jeep bisa diisi sampai 5 orang, dengan menempuh beberapa rute. Salah satu rute standar 1 - 1,5 jam seharga Rp. 250.000,- yaitu melalui : Basecamp di Kaliurang — Kali Opak — Dusun Petung — Batu Alien — Kali Gendol — Dusun Kaliadem — Hamparan Material erupsi Merapi Kaliadem — Gumuk Petung— Musium bekas erupsi Merapi.

Beberapa benda di musium.
Ini bukan perjalanan biasa. Jeep yang kami pakai itu pun sudah luar biasa. Sopirnya menjelaskan bahwa jeep-jeep itu mulai digunakan setelah beberapa saat usai meletusnya Merapi, banyak reporter media datang ke Merapi dan ingin diantar sampai ke tempat yang paling tinggi di Merapi. 

Wajah di Batu Alien. Bisa lihat mata, hidung, mulut?
Kemudian pengunjung-pengunjung lain pun rupanya meminati tour berkeliling melihat langsung bagaimana Merapi sudah meluluhlantakkan beberapa desa. 
"Mulai banyak yang kemudian mencari jeep. Jika dulu jeep semacam ini harganya hanya 6 juta pun tidak ada yang berminat, sekarang harganya sudah di atas 20 juta." Jelasnya.

Sopir tidak hanya menyetir, tapi dia juga semacam guide tour yang menjelaskan tempat-tempat yang kami lalui. Balai desa tempat mengungsi, rumah hunian baru, makam massal, dan sebagainya.

Merapi tertutup awan.
Salah satu makam massal.
Di beberapa tempat juga disediakan kotak untuk sumbangan bagi korban, tempat penjualan souvenir seperti kaos, topi, dan sebagainya. Juga ada beberapa warung yang menyediakan makanan ringan dan minuman seperti yang ada di Kaliadem.
   
Yang menarik, di kanan kiri jalan terlihat tumbuhan-tumbuhan yang mulai subur, bertunas. Dan sebagian diantaranya adalah edelweis!

Si sopir jeep bilang,"Jenis-jenis tumbuhan ini dulunya tidak ada di tempat ini. Mereka ini biasanya tumbuh di puncak Merapi. Tapi benih-benih yang terbawa saat erupsi itu rupanya masih hidup walau dibawa dalam suhu tinggi, dan sekarang sudah mulai tumbuh."

Wah!