Bernard akan ulangan matematika hari ini. Semalam dia memintaku untuk memberikan tebak-tebakan matematika.
"Kasih pertanyaan seterah (dia selalu bilang 'seterah' untuk kata 'terserah') ibu yang kira-kira sesuai dengan pelajaran kelas 3 di sekolahku."
Mana aku tahu, Nard. (Gaya kalimat seperti ini sering kali dia ucapkan. Misalnya kalau aku mau belanja aku tanya nitip apa dia akan bilang,"Beliin jajan. Seterah ibu tapi yang aku suka." Nah lo!)
Bernard suka matematika. Itu tidak bisa disangkal. Dari kecil belum bisa bicara dia sudah bermain memasukkan kelereng ke botol, tidak serta merta tapi satu per satu. Atau benda-benda dia jajarkan secara teratur di lantai. Nah, begitu masuk sekolah, urusan pelajaran berhitung matematika dia akan bilang,"Cemen!" Juga kalau ada PR matematika dia akan menantang pasang timer, 10 menit atau 15 menit untuk 10 soal yang harus dikerjakan.
Untuk ulangan mingguan kali ini dia tidak belajar aku pun tidak kuatir. Sambil berbaring, aku melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
"7 dibagi 2."
"3 1/2."
"4 / 16."
"2/8, atau 1/4."
Dst.
"Ibu beli kelengkeng sekilo. Dihitung sama Bernard ada 52 buah. Pandu datang dikasih kelengkeng 2. Sisanya dibagi untuk bapak, ibu, Bernard dan mas Albert. Setiap orang mendapat berapa kelengkeng?"
"12 1/2."
"Ibu akan membungkus nasi kucing. Setiap bungkus butuh daun pisang selebar 10 cm. Setiap ikat daun isinya 2 lembar, tiap lembar daun panjangnya 1 m. Karena akan membuat 50 bungkus nasi kucing, berapa ikat daun pisang yang harus ibu beli?" Hehehe. Dia menghitung selalu tanpa kertas.
"2 1/2 ikat!"
"Harga per ikatnya 3000 rupiah. Berapa yang harus dibayar? Memakai uang 10 ribuan, berapa kembaliannya? Untuk parkir 1000 rupiah, dan tiba-tiba ban motor ibu meletus. Berapa kurangnya uang ibu?"
Dia bisa menjawab semua pertanyaan.
Terakhir setengah mengantuk, dia mendengarkan pertanyaanku.
"Sekarang yang paling sulit. Om Bejo membuat bandrek di teko. Satu teko bisa untuk 17 gelas. Semalam habis 1,5 teko. Berapa gelas yang sudah terjual? Berapa uang yang harus disetorkan kalau harga per gelasnya 3000 rupiah?"
"Ah, udah ah. Capek. Gak mau lagi. Good night, ibu. Selamat malam. Mimpi yang indah. Bangun pagi-pagi sekali."
"Lalu, bandreknya? Uangnya?"
"Biarin..."
Dan dia pun tertidur dalam hitungan detik. Mungkin dia membawa hitungan-hitungan itu dalam mimpinya.
No comments:
Post a Comment