Adakalanya, mesra itu hanyalah ujung jari yang bermain di atas pundak. Mesra bukanlah bibir yang menyatu dalam ciuman atau pelukan erat dua tubuh telanjang atau bahkan bukan kata-kata berlebihan yang mengatakan cinta.
Mesra bisa berupa mainan ujung jari di atas pundak. Iya, aku ingat sekitar 17 atau 18 tahun yang lalu, di awal relasi kami berdua, aku dan Hendro sering berada dalam perjalanan bersama, ke Jember, Lumajang, Bandung, Jakarta dan sebagainya. Bukan hanya berdua tapi mungkin juga dalam rombongan-rombongan atau bersama para sahabat atau kerabat. Kami lebih sering kali tidak duduk berdampingan saat berada dalam mobil. Bisa jadi dia di depan aku di belakang, atau sebaliknya.
Dalam percakapan yang ramai sesekali aku akan menumpangkan tangan di pundaknya. Menekan pundaknya sesekali dengan ujung jari. Aku bisa merasakan sekilas gesekan kerah bajunya, atau sesekali rahangnya, pada tanganku tanda dia menanggapi gerakan kecilku. Itulah mesra. Dan semua orang bisa melihatnya, karena kami tidak sembunyi-sembunyi. Tapi mungkin juga semua orang tak bisa melihatnya, karena yang kami lakukan sangat biasa.
Sampai sekarang pun aku tetap melakukannya. Dan aku selalu merasakan nuansanya sebagai mesra. Hmmm...
No comments:
Post a Comment