Wednesday, March 06, 2013

Kencan Dengan Albert

Makan berdua sama Albert, si sulung selalu jadi saat yang adem. Itulah saat di mana kami berdua bisa ngobrol dengan santai rilex segar ringan. Akhir-akhir ini hubungan kami agak berat. Dia sudah menginjak remaja dengan segala permasalahannya. Aku kadang tidak cukup sabar menghadapinya, sehingga di beberapa titik, suara kami saling meninggi.
Kali ini kesempatan makan berdua dengannya kami lakukan di kantinnya Robinson saat dia menemaniku belanja. Sangat menyenangkan lebih-lebih karena terakhir-terakhir ini aku sangat sibuk segala urusan. Yang rutin dan tidak rutin, termasuk merawat bayi yang baru beberapa hari lahir, Angkringan Mbah Jo kami. Yang asyik sebenarnya bukan soal makan, tapi kami bisa ngobrol tentang apapun.
Salah satu obrolan tentang sikapnya yang masih kolokan. Dia menolak disebut kolokan manja, tapi dia gak berkutik ketika aku tunjukkan beberapa bukti misal masih harus disuruh untuk segala urusan, merengek saat bangun tidur dan sebagainya.
"Ah, apa Albert nanti bisa dapat pacar kalau masih kayak gitu?"
"Bapak saja yang jelek gitu bisa dapat ibu, apalagi aku yang ganteng ini."
"Weh! Awas kalau bapak sampai dengar. Memang gantengnya Albert dari mana kalau bapak jelek?" Aku cemberut, dan berhasil ngetok kepalanya yang cengengesan.
"Hahaha..." Dia ketawa ngakak.
"Jaman ibu dulu, baru pacaran ketika sudah SMA."
"Itu jaman dulu, bu. Kalau sekarang, teman-temanku saja sudah ada yang punya pacar."
"Ohya?"
"Iya. Billi pernah nembak si anu. Si Yuda waktu valentine kemarin ngasih coklat ke si anu, juga ngasih boneka. Si Theo pernah jadian sama si anu, lalu putus lagi."
"Ooo? Albert juga pernah?"
"Nggak ah. Aku kan masih kecil." Mulutnya penuh dengan suapan besar nasi dan sayur brokoli.
Itu salah satu bagian percakapan. Ya ya ya, rupanya dia memang masih kecil. Tapi dia juga sudah remaja. Dan sebentar lagi aku punya anak yang sudah dewasa.

No comments:

Post a Comment