Tuesday, July 07, 2020

Masyarakat Mandiri Pangan (4): Panen untuk Keluarga

Dari Gerakan Pangan dari Pekarangan, aku terhubung ke banyak mitra jaringan. Beberapa minggu ini kabar yang masuk adalah kabar-kabar menggembirakan. Benih-benih itu sudah berubah menjadi makanan. Kangkung dapat dipanen setelah 4 - 5 minggu. Cepat banget. Dari antara semua benih, kayaknya kangkung inilah yang paling bandel dan cepat. Tanpa disemai pun kangkung bisa tumbuh bagus, asal tanahnya cukup lembab dan terkena sinar matahari yang cukup.

Sawi dan bayam juga begitu. Bayam pun tidak perlu disemai dulu. Langsung cabut saat panen. Sedang sawi, ya kalau malas langsung sebar juga pasti tumbuh. Tapi daunnya tak sebagus kalau disemai dulu dan ditanam dengan jarak yang tepat. Tiga sayur ini cukup bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan akan daun hijau sehari-hari. Sebelum wabah pun kami sudah melakukan hal itu dan menyenangkan karena bisa panen sesuai kebutuhan saja. Rumah kami tak memiliki kulkas, jadi tanahlah yang menjadi penyimpan alami untuk keluarga kami. Sehat dan segar.

Tanaman lain yang bandel adalah cabai. Dari dulu kusebut cabai itu tanaman anti miskin. Asal ada cabai (dan nasi) sudah amanlah periuk dapur. Kasarnya begitulah. Dan cabai bisa panen berkali-kali. Tanaman cabai yang ada di depan dan belakang rumah kami sudah berumur 4 - 5 bulan, dan cabainya masih bisa kuambil kalau membutuhkan. Tapi kata suamiku, itu cabai setan yang sudah bertobat. "Ndak pedas lagi." Entah level lidah kami yang sudah meningkat atau karena memang cabainya tidak lagi pedas, setiap memasak dadar telur yang dulu cukup dengan 2 atau 3 cabai saja, sekarang butuh 10 cabai. Hehehe....

Buncis menjadi kesukaanku juga. Memanennya butuh waktu yang agak lama sekitar 6 - 8 minggu sejak ditanam. Dan karena tanah di rumah kami tidak terlalu bagus, buahnya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk membuat tumis atau campuran sop atau campuran sayur apa pun. Dengan demikian, aku tidak lagi pernah membuang kelebihan buncis yang lupa dimasak karena hanya ambil di pohon sesuai kebutuhan.

Yang sekarang ini jadi favoritku (tapi bukan anak-anak dan suami) adalah telang. Bunganya menjadi sumber minuman sehat tiap pagi, dan daunnya bisa kulalap setiap ingin. Cowok-cowokku hanya geleng-geleng saja kalau ditawari.

Tanaman lain yang juga bergantian panennya adalah daun kelor. Karena hanya ada 2 batang di depan rumah, maka beberapa minggu sekali baru bisa mengambilnya untuk campuran sayur bening labu siam. Yang sedang menunggu panen adalah terong, rampai dan pare. Hehehe... memang berapa hektar tanahku? Ndaakkkk, hanya seucrit itulah. Hasilnya juga tidak optimal karena nafsu menanam apa pun di situ. 

Tapi senenggg.... lebih lagi menerima kabar dari teman-teman, bukan hanya foto, kadang juga hasil panen yang konkret. Bayam merah, sawi dan sebagainya... Senenggg.... 

No comments:

Post a Comment