PESAN BIJI
GAYAM
Iman menyematkan sebisik pesan pada biji gayam
mengikat takdir perjanjian tak terbantahkan.
Dikirimnya cuaca menyertai persiapan-persiapan
hingga matang bakal buahnya dan tunai calon tunasnya.
Kitab yang sama menyebut juga pengharapan.
Tersimpanlah kekayaan itu dalam tubuh
dirapikan oleh kemarau penisik cangkang
dan hujan sang penghibur tak terabaikan:
Kita bisa mengatakan:
Biji yang
hidup, biji yang menghidupkan.
Angin mengiringnya menancap tanah sendang
menghela nafas pertama ketika kulitnya retak.
Saat itu, sepasal demi sepasal mulai terurai
geliat keabadian, sendirian sekaligus serentak
menyatu harmoni dalam kalimat semesta.
Pada pasal yang kesekian, pesan itu tumbuh mekar
menjalari sepasang kekasih yang sepakat:
Dari fajar hingga petang selalu
bersama
menyesap segala cahaya tak peduli nama
tak melihat angka, tak mendengar beda,
tak merasa kurang, tak pongah
berlimpah.
Tak ada lagi kisah perempuan kesepian
memeram senyum sendirian di bawah bantal.
Tak lagi juga laki-laki menutupi tawa
merana di teras mengibas debu lahan gersang.
Iman menyiramkan ingatan pada pangkal tunas gayam
membocorkan cerita masa depan, mendesakkan pesan.
Laki-laki dan perempuan memupuk pengharapan,
berdandan dengan cucuran keringat dan air mata.
Ketika ada waktu senggang mereka berdendang.
Melantunkan pangkur sembari meniupi putik gayam
menerjemahkan mantra dari pasal selanjutnya:
Walafiatlah
seluruh semesta:
Air, air,
air, air, …
Di Utara, di Selatan, di Timur, di
Barat
Dalam rangkulan manusia, akar gayam bekerja
menarik air dan memenuhi sendang
merejang waktu bagi generasi mendatang.
Demikianlah para kekasih berlaku
bukan lagi dua, melainkan satu.
Puncak segala adalah cinta
meledak berdaya sepenuh purnama.
Dari sudut itulah gayam mengingat keseluruhan
hingga lunas sampai arah yang paling renta.
Saat mulai terlihat halaman paripurna
dia kibas segala warna pada keturunannya.
Mengamanatkan keringat untuk menyeka bumi
dan ruh penghiburan turun menjadikan suci.
Bahasa lain lebih lugas member perintah:
Segarlah perempuan dan laki-laki oleh
airmu
biarkan tawa mekar meredam keluh
tergumam.
Gayam menjalankan pesan kelahirannya
terus berbisik:
Menjaga air, menjaga bumi, alam.
Tanjungkarang,
11 September 2019
Lukisan oleh Seno |
No comments:
Post a Comment