R E S E S I
Kita
akhirnya sama seperti orang-orang lain
memelihara belati-belati pada carang terserak
melesatkannya secara acak sebagai
penanda
mengoyak lembar-lembar daun waru, kelopak-kelopak alamanda
dan batang-batang petai cina tersebar memecah :
Lupa pada kegembiraan janda
dari Nain
yang bersorak dipenuhi airmata
melihat anaknya
sembuh dari kematian.
Sebelumnya, kalian telah melihat perempuan itu tak henti berjalan
mengitari rumahnya meratap membungkus angin di dada :
Oh, bagaimana hidup nanti bisa
disiasati
tanpa anakku?
Aku membayangkan serupa :
Gadis-gadis yang beriktiyar dengan tangan mencengkeram
merontokkan daun ketapang merah
dalam mulut garang cupang-cupang kecil penuh girah.
Dan anak-anak yang setia duduk dekat tungku dapur
dengan mata setengah terpejam
menanti lipatan senyum ibunya dalam semangkuk
bubur.
Lalu harapan sebentuk lembaran
kitab
menyembuhkan bisu tuli,
menggandakan roti :
Anakku hidup lagi!
(Janda Nain bergembira!)
Tapi kini
Saat cerobong asap di timur
dan barat semakin menderu
berbaur bau mulut memaki.
Semua lupa perihal sederhana itu.
2015-2017
No comments:
Post a Comment