Saturday, July 04, 2020

Puisi Sabtu 19 : RESESI Karya Yuli Nugrahani

R E S E S I

 

Kita

akhirnya sama seperti orang-orang lain
memelihara belati-belati pada carang terserak
melesatkannya secara acak
sebagai penanda
mengoyak lembar-lembar daun waru, kelopak-kelopak alamanda
dan
batang-batang petai cina tersebar memecah :

Lupa pada kegembiraan janda dari Nain

yang bersorak dipenuhi airmata melihat anaknya

sembuh dari kematian.

 

Sebelumnya, kalian telah melihat perempuan itu tak henti berjalan
mengitari rumahnya meratap membungkus angin di dada :

Oh, bagaimana hidup nanti bisa disiasati

tanpa anakku?

 

Aku membayangkan serupa :

 

Gadis-gadis yang beriktiyar dengan tangan mencengkeram
merontokkan daun ketapang merah
dalam mulut garang cupang-cupang kecil penuh girah.

 

Dan anak-anak yang setia duduk dekat tungku dapur
dengan mata setengah terpejam

menanti lipatan senyum ibunya dalam semangkuk bubur.

Lalu harapan sebentuk lembaran kitab

menyembuhkan bisu tuli, menggandakan roti :

Anakku hidup lagi!

(Janda Nain bergembira!)

 

Tapi  kini

Saat cerobong asap di timur dan barat semakin menderu

berbaur bau mulut memaki.

Semua lupa perihal sederhana itu.

 

2015-2017

 ---------

Yuli Nugrahani, cerpenis dan penyair, Lampung. 


No comments:

Post a Comment