Yes, ini harus diyakini dulu di awal, karena kalau tidak mereka tak akan pernah menghasilkan apa-apa walau ikut pelatihan menulis jutaan kali. Semua harus yakin bahwa mereka bisa menulis seperti apa pun latar belakang pengalaman dan pembelajaran yang pernah mereka alami.
Jadi pertemuan pertama sekitar 2 jam ini aku ajak mereka bersenang-senang melihat bahwa kita semua dilingkupi fakta dan imajinasi yang tiada henti, tak terbatas bisa kita ambil sebagai sumber tulisan kita. Selebihnya, mau menulis dalam bentuk apa berdasar bahan yang sudah kita dapatkan itu, ya suka-suka kita.
Para jurnalis akan menuliskan fakta-fakta dalam bentuk berita, feature. Sedang para sastrawan menuliskan imajinasinya dalam bentuk puisi, prosa. Dalam menangkap fakta pun imajinasi tetap ikut serta, pun ketika berimajinasi kita pasti berangkat dari fakta-fakta. Dah, asah dua hal itu dan belajarlah membedakannya sehingga bisa dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
Sepanjang pelatihan secara online ini (ini kali pertama aku melatih menulis secara online. great.) aku minta mereka selalu siap dengan buku dan pena, atau laptop yang siap untuk menulis sesuai dengan panduanku.
Salah satunya mereka melatih diri mengembangkan satu kalimat yang kucuplik dari Kahlil Gibran menjadi paragraf mereka sendiri. Dan itu bisa diambil sebagai pembuktian: Kalian bisa menulis.
Pada bagian akhir, aku meminta mereka menulis secara bebas sebuah tulisan yang utuh, dan dikumpulkan sebagai syarat untuk mengikuti sesi 2 latihan menulis yang akan dibuat tidak lama lagi. Tulisan-tulisan itu juga bisa menjadi bahan untuk buletin yang mereka terbitkan.
No comments:
Post a Comment