Wednesday, November 22, 2017

Radical Forgiveness

Menjelang sore di Bangsak Beach, Takua Pa, Thailand.
Tiba-tiba aku inget aku pernah membaca buku Radical Forgiveness yang ditulis oleh Colin Tipping. Bukan bentuk buku sih sebenarnya tapi hasil print out dari PDF hasil download di internet. Hehehe... Mmm suatu ketika aku akan tulis ringkasan atau resensinya, tapi untuk kali ini aku ingin menuliskan point yang kuingat dari radical forgiveness ini.

Hmmm... piye ya menuliskannya? Aku mendasarkan ini pada teori yang dari dulu kuyakini yaitu bahwa pikiran manusia mempunyai kekuatan yang besar. Itu biasa kusebut kekuatan visi. Kalau aku berpikir bahwa anak-anakku akan menjadi orang hebat dengan caranya masing-masing, pikiran itu sudah menjadi satu langkah untuk percaya bahwa anak-anakku memang hebat. Seturut waktu dengan melihat berbagai kecenderungan, kehebatan itu akan semakin terlihat detailnya. Aku hanya akan sibuk dengan kehebatan-kehebatan anakku dan membangun kepercayaannya dengan menyodorkan bukti-bukti bahwa memang anakku hebat. Aku akan berusaha membuktikan hal itu dengan segala upaya, sekuat tenaga.

Demikian juga pengampunan yang radikal ini bekerja. Misalnya, aku berpikir negatif tentang seseorang : "Dia nanti pasti akan menjelek-jelekkan aku di depan umum." Dimanakah posisiku? Jika aku berharap dia nanti tidak akan menjelekkan aku di depan umum, maka aku harus berupaya meyakini bahwa pikiranku itu salah. Dengan demikian aku tidak perlu berupaya apa pun untuk membuktikan kebenaran pikiran itu. Munculnya upaya untuk membuktikan kebenaran pikiranku itu akan terlihat saat kita bilang :"Tuh, benar kan. Dia pasti menjelekkan aku di depan umum."

Kalau kita mau melakukan pengampunan yang radikal, kita mestinya rela berharap bahwa pikiran kita salah, bahwa kita salah. Kita akan membangun kepercayaan positif, dan itulah langkah awal untuk membangun situasi yang positif : "Dia tidak akan menjelekkan aku di depan umum." Karena aku percaya maka saat aku bertemu dia di pintu gerbang sebelum bersama masuk dalam pertemuan, aku akan menjabat tangannya, tersenyum dan membangun kepercayaan bahwa tindakan ini akan mendukung bukti : Dia tidak akan menjelekkan aku di depan umum.

Kalau pun terjadi ternyata dia menjelekkan aku, bagaimana radical forgiveness ini dilakukan? Aku akan berpikir : Dia tak akan melakukannya lain kali. Jadi aku mendatanginya, kembali tersenyum, menjabat tangan dan bicara tentang hal-hal lain untuk membangun kepercayaan itu.

Contoh lain misalnya seorang pacar bilang : "Kau pasti mengirim foto-foto ke cowok itu." Itu karena suatu waktu dulu si pacar pernah memergoki kekasihnya itu mengirim foto-foto ke orang lain. Kalau hal itu menjadi keyakinan, pikiran si pacar akan berusaha membuktikan bahwa dirinya benar. Dia akan mencari segala bukti untuk menunjukkan : "Nah, benar kan kataku. Kau memang mengirim foto-foto ke cowok lain." Kira-kira apa jawaban pasangannya? Marah. "Kalau benar memangnya kenapa? Apa salahku?" Ini sudah jadi pertengkaran. "Kau tidak cinta aku." Hmmm... "Memang. Aku tidak cinta. Kita putus."

Radikal forgiveness berarti merelakan diri bahwa pikirannya bisa salah. Bahkan membuktikan bahwa pikiran negatifnya adalah salah. Dalam hidup sehari-hari sering muncul kalimat : "Nah, kan sudah ibu bilang, jangan lari-lari. Jatuh." Duh. Lari-lari kan tidak selalu berakhir dengan jatuh. Tapi pikiran ibu yang ingin selalu benar ingin membuktikan kata-katanya memang benar menjadi sugesti juga bagi terjadinya jatuh itu.  Padahal kan dia juga tak ingin anaknya jatuh toh?

Bagaimana seharusnya kalimat yang lebih positif? "Kalian boleh lari-lari. Tapi hati-hati saat dekat genangan air itu ya." Atau,"Hati-hati. Ibu kadang kuatir kalau kalian lari-lari di sana. Tapi tak masalah." Radical forgiveness menampakkan cinta. Ingin membuktikan bahwa yang akan terjadi adalah yang terbaik. Dengan demikian akan melakukan segala upaya untuk sampai pada yang terbaik itu, walau harus rendah hati berharap : semoga aku salah. Semoga pikiran jelekku salah. Dan engkaulah yang benar.

Bisakah hal ini diterapkan pada urusan yang lebih umum untuk kepentingan umum? Misalnya pikiran-pikiran jelekku terhadap Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sekarang ini. Tentang Habib Risiek? Tentang Setnov? Tentang ... Karena kalau pikiran jelekku ini terbukti, kasihan betul orang Jakarta, orang Indonesia, kasihan betul aku ini... duh. Lebih baik aku salah dan nanti Anis - Sandi bisa pongah juga tak apa, asal gambaran jelek itu tak terjadi.

Nah, itu baru satu point dalam radical forgiveness. Selebihnya yo ndak cukup hanya pasif. Ini tentang sesuatu yang aktif, yang hidup,... Bukan yang diem mandeg. Nah... sulit banget, saudara-saudara. Kecenderunganku ya : Aku benar. Kau salah. Kalau kau main-main, habis hidupmu!

Huft...

No comments:

Post a Comment