Sunday, November 26, 2017

Puncak B-29 Lumajang : Negeri di Atas Awan

Sayangnya memang aku bangun kesiangan, jam 04.00 baru bangun, masih harus urusan perut dan lain-lain sehingga setengah 5 aku dan Mas Hendro baru bisa melaju dari Senduro, Puri Dewi Rengganis, menuju Puncak B-29, Argosari, Lumajang. Malam sebelumnya kami sudah bertemu dengan beberapa orang yang menyarankan kami untuk berangkat pukul 02.00, sehingga bisa merasakan sensasi negeri di atas awan di puncak B-29. Menurut pengalaman Mas Hendro sendiri juga begitu. Tapi akunya ini nih... Hehehe...baru bisa bangun ketika penggorengan di dapur sebelah kamar tidur mulai berteriak saat ada potongan-potongan ayam dimasukkan di dalamnya. Jadi mohon maklum.

Aku dan Mas Hendro meminjam motor trail milik Inu melaju dalam gelap dan dingin di arah atas. Di persimpangan tertentu, kami memilih ke kiri. Kalau ke kanan akan menuju perkebunan teh Kertowono. Mengikuti jalan itu, kalau pun ada pertigaan, atau perempatan pasti ada penanda yang membantu kita ke jalan yang benar untuk sampai ke Puncak B-29. Puncak ini sangat populer jadi akan mudah sekali menemukannya.

Kira-kira satu jam memakai trail dengan kecepatan yang hmmm... kisaran 40 - 50 km/jam mungkin, kami sampai di post rest area yang sedang dibangun. Mulai jalan sempit yang akan susah dilalui oleh mobil. Ada jasa ojek dari sini, jadi jangan kuatir. Tapi karena kami memakai motor trail yang oke punya, kami bisa melanjutkan sampai atas.

Seperti dirangkai.
Ada tempat parkir di puncak B-29 yang lalu bisa dilanjutkan ke atas dengan jalan kaki atau ojek sampai ke puncak B-30. Tapi kami memilih tetap menyusuri jalan setapak memakai trail hingga di puncak. Matahari sudah agak tinggi, sunrise sudah lewat saat kami masih di ladang-ladang bawang prei dan kentang. Tapi aku masih melihat awan-awan menyelimuti ketinggian itu. Pelan-pelan awan-awan mulai menyingkir sehingga saat di puncak B-30 aku dapat melihat pucuk Semeru dan Bromo. Wah.

Aku tahan banget berada di tempat seperti ini. Aku dan Mas Hendro membuka jaket, berlari, menari, membuat video dan sebagainya. Beberapa kelompok lain mulai menyusul seperti mahasiswa-mahasiswa dari Brawijaya, Hehehe... kita satu almamater, nak. Juga ada kelompok lain yang tak sempat komunikasi.

Belum puas juga walau sudah berjam-jam di situ. Bunga edelweis, bunga-bunga aneka ragam, suara satwa, huaaa....

Waktu turun aku dan Mas Hendro nongkrong sebentar di Puncak B-29 menikmati mi rebus. Ini memang tempat yang cocok untuk semangkok mi rebus instan. Walaupun setengah matang pun terasa nyaman lezat. Hehehe.

Dan, guys, perjalanan pulang pasti lebih cepat. Kalau pakai motor ndak usah nyalain mesin. Ngglinding saja sampai bawah. Dengan angin yang mengibar-ngibarkan rambut dan selendang, tanpa bising bunyi motor, serasa naik kuda. Eh.


No comments:

Post a Comment