TUKANG KEBUN KECIL
:untuk kekasih kebunku
1
Di rimbunan rumput, Tukang Kebun
Kecil berbaring. Matanya menatap langit. Tempat Tuhan duduk mengawasi malaikat belajar menari
bersama Bibi Angin. Kabar yang sampai di bumi, Tuhan akan berulang tahun.
Langit akan berpesta.
Tukang Kebun Kecil membiarkan Ibu
Tanah mengelus punggungnya.
Sesekali Tukang Kebun Kecil tertawa melihat
malaikat menari dengan susah payah. Seringkali mereka terjatuh, bangun lagi,
terjatuh, bangun lagi. Bibi Angin kadang-kadang sangat galak. Beberapa malaikat
menangis hingga turun hujan deras. Sehari semalam.
Tukang Kebun Kecil tetap berbaring. Sesekali
ia melambai, berusaha menghibur malaikat. Tapi toh, lambaiannya lebih sering berhenti
di pucuk pinus. Tak sampai ke langit. Ke rumah Tuhan.
Malaikat masih menangis. Tukang Kebun
Kecil tak bergerak. Air merembes masuk lewat celah bibirnya. Bersama hujan hanyut
beberapa bayi malaikat. Masuk ke tenggorokannya dan mulai bertumbuh seiring degup
jantungnya. Perlahan ia menguat seperti pohon, lembut seperti cacing, keras kepala
seperti batu dan rapuh seperti ranting kering.
2
Tukang Kebun Kecil tenggelam di
antara ribuan tanaman yang tumbuh tinggi dan lengan kuat menguasai langit.
Tukang Kebun Kecil ikut terbangun ketika
Bapak Matahari mencium ubun-ubun bunga. Segera ia mengambil topi jerami, baju berkantong
banyak tempat menyimpan sekop kecil, dan setoples cacing.
Satu tanaman ia hadiahi seekor cacing
pendoa. Cacing itu suka menyanyikan kidung sepanjang hari, sepanjang malam.
Siang hari, kalau Bibi Angin sedang beristirahat,
nafas lembutnya sering membuat Tukang Kebun Kecil yang kelelahan tertidur. Dalam
mimpinya ia berharap bisa member makan semua orang dari kebun kecilnya. Dari
sepotong singkong. Beberapa lembar daun selada yang tak habis dimakan ulat. Setandan
pisang. Juga pepaya yang separuhnya sudah dimakan kalong.
Ia bermimpi semua orang tidur dengan
perut kenyang. Namun terkadang ia lupa kalau ia hanya Tukang Kebun Kecil. Baju kebunnya
masih kebesaran. Kakinya masih belajar berdiri. Telapak tangannya terlalu mungil.
Bahkan hanya untuk menampung remahan pesta ulang tahun Tuhan.
Sore hari kalau si cantik Senja datang
menyinari kebun, Tukang Kebun Kecil baru sadar kalau kebunnya dipagari orang
dewasa. Mereka tak akan membiarkannya pergi. Mereka juga tak akan percaya cerita
tentang malaikat yang belajar menari bersama Bibi Angin. Kabar kalau Tuhan akan
merayakan ulang tahun pun tak sampai ke telinga mereka. Sayang sekali.
Yessy Sinubulan adalah penulis dan pendongeng, tinggal di Bandung.
Bermimpi menyembuhkan semua anak-anak di dunia lewat cerita. Buku dongeng terbarunya
adalah Seri Petualangan Pula dan Pili bekerjasama
dengan Departemen Ilmu Gizi Universitas Indonesia.
Pernah menjadi juara pertama lomba cerpen mini Dewan Kesenian Lampung. Karyanya tersebar di beberapa media dan juga buku.
No comments:
Post a Comment