Thursday, November 30, 2017

Buletin Insan Agustus 2017 : Kotak Keinginan

Mulai beberapa edisi yang lalu, aku rutin menulis untuk setiap Buletin Insan. Buletin ini diterbitkan oleh Kopdit Mekar Sai sebagai media informasi, komunikasi dan pendidikan bagi anggota atau jaringannya. Rubriknya antara lain Sajian Utama, Berita, Pendidikan, Motivasi, Ruang Anggota, dan sebagainya.

Biasanya yang kutulis masuk pada Artikel Lepas dan Cermin. Salah satu yang kutulis untuk edisi ini adalah Cermin, cerita mini, fiksi mini yang berisi kisah-kisah dari berbagai inspirasi. Judul yang kutulis untuk edisi ini adalah Kotak Keinginan. Para guru TK Fransiskus Pasirgintung atau mungkin di TK yang lain pasti paham istilah ini, karena inspirasi tulisan ini kuambil dari mereka.

Yang ingin mendapatkan versi cetaknya, silakan datang ke Kantor Mekar Sai di Jalan Juanda, Pahoman. 

KOTAK KEINGINAN

Rike biasa mempunyai kotak keinginan yang diletakkan di rak paling atas lemari baju. Setiap hari dia menyisihkan uangnya untuk dimasukkan dalam kotak tersebut. Kalau ditanya sejak kapan dia punya kebiasaan membuat kotak keinginan, Rike mengingat sejak masih di Taman Kanak-kanak (TK) dia sudah memilikinya.
“Dulu guru TK meminta kami menyebutkan satu benda yang paling diinginkan. Aku bilang ingin memiliki boneka yang matanya bisa berkedip.”
Nah, setelah itu guru meminta dia dan kawan-kawannya membawa kotak bekas dari rumah. Rike membawa kotak susu ukuran sedang. Guru mengajari mereka menghias kotak itu dengan kertas kado dan kertas warna-warni yang dimiliki.
“Lalu bu guru bilang, itu namanya kotak keinginan. Bu guru membantu membuat lubang kecil yang cukup untuk memasukkan uang. Aku menuliskan namaku di kotak itu lalu meletakkan di rak kelas berjejer dengan kotak teman-teman yang lain. Setiap hari setelah mengantar ibu belanja aku boleh mendapatkan beberapa uang koin dari ibu. Kadang 500 rupiah, kadang 1000. Kadang aku mendapat tambahan di jalanan. Orang seringkali mengabaikan uang recehan koin, entah 100 atau 200 rupiah. Kalau aku menemukan uang koin seperti aku akan ambil. Uang itu aku bawa ke sekolah dan dimasukkan ke dalam kotak.”
Rike mengisahkan pada saat menjelang menerima raport, gurunya mengajak mereka semua membongkar kotak keinginan itu.
“Aku senang sekali waktu itu. Bunyi uang receh itu terdengar indah banget saat dihitung. Hehehe. Ada 31.500 rupiah yang ada di dalam kotak. Bu guru memberi kantong plastik pada kami untuk membawa koin itu pulang. Hari itu aku mendapatkan boneka yang kuingin. Mungkin mama memberi tambahan karena aku ndak tahu persisnya harga boneka itu.”
Sejak itu, Rike selalu membuat kotak keinginan yang diisinya sepanjang tahun. Dia akan membongkarnya pada akhir tahun untuk memberi hadiah bagi dirinya sendiri atau orang-orang yang disayanginya. Bahkan dia bisa melakukan travelling ke berbagai tempat sebagai backpacker karena kotak keinginan itu. Sekarang bukan lagi uang koin yang dimasukkan walau jika dia menemukan uang yang disepelekan orang dan dibuang di jalanan tetap dia ambil dan dimasukkan dalam kotak.  *** (Yuli Nugrahani)



No comments:

Post a Comment