Beberapa saat yang lalu aku ketemu Bu Dokter Agneta, karena pernah lihat postinganku tentang nasi kuning, Bu Dokter tanya:"Hari ini masak apa, mbak?"
Spontan aku tertawa. "Sedang libur, bu. Aktifitas di sekitar rumah, kalau tak ada ide tulisan yang lain saya nulis resep masakan saja. Hehehe."
"Jadi boleh dong mampir tempat Pak Hendro ngincip-incip."
"Mari, bu. Silakan. Rumah terbuka untuk siapa saja, langsung masuk dapur saja." Hehehe...
Malam ini Lampung sedang dingin. Lauk sisa siang tinggal dikit lagi, jadi aku racik segala sayuran dan bahan yang ada, jadilah Capcay Mie ala Yuli Nugrahani.
Bahan :
10 biji bakso sapi, iris.
satu ikat daun sawi, cuci dan potong-potong
beberapa lembar daun kol, cuci dan potong-potong
satu batang wortel yang besar, potong serong
satu biji telur ayam, bikin orak arik
kekian (resep terpisah, di bawah nanti)
minyak untuk menggoreng
mi instan rasa ayam bawang rebus
Bumbu halus:
3 siung bawang putih
2 biji kemiri
Bumbu lain:
5 siung bawang merah (atau bisa diganti satu bawang bombay) iris
1 buah tomat ukuran sedang, iris
lada bubuk
saos cabe
kecap
sedikit garam
Cara membuat kekian:
- Lebih baik kalau kekian disiapkan dulu. Ini yang kubuat kekian kw, hehehe, kekian yang palsu
- Campur sekitar 4 sendok makan terigu dengan 1 bawang putih yang sudah dihaluskan. Beri setengah dari bumbu mie instan, tambahkan air dan telur.
- Aduk adonan sehingga mirip dengan adonan bakwan.
- Goreng sedikit-sedikit, tiriskan.
- Iris memanjang.
Nah, bagaimana cara memasak cap cay? Mari ikuti:
- Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan tomat, lada bubuk, garam. Kalau sudah matang, tambah kecap dan saos, lalu tuang air secukupnya, didihkan.
- Jika air sudah mendidih, masukkan wortel, tutup hingga setengah matang.
- Masukkan kol dan sawi, aduk hingga layu. Cicip keasinannya. Aku suka rasa manis, maka kecapnya agak banyak. Ohya, jangan lupa tambahkan sisa bumbu mie instan.
- Terakhir, masukkan irisan bakso, kekian, telur orak-arik dan mie instan. Aduk hati-hati hingga matang.
- Sudah deh, siap disajikan.
Sayuran bisa diganti apa saja, seperti brokoli, sawi putih, daun selederi, daun bawang dan sebagainya. Enak juga ditambah suwiran ayam, sosis dan sebagainya. Cocok untuk makan malam yang dingin usai hujan.
Friday, May 31, 2019
Resep Semur Ayam Tahu Hati ala Yuli Nugrahani
Aku memasak tiap hari bukan soal kewajiban. Suamiku ter-mbois tak pernah menuntut aku masak. Malah kalau aku sedang capek, dia bilang:"Yang paling nyaman aja, say. Kalau tak mau masak yo tuku. Kene duite, taktukoke." Aman to.
Dasarnya aku suka makan dan suka masak. Kubilang berkali-kali, kalau memasak itu bisa jadi terapi. Kutulis juga kemarin: Dapur itu penyembuh. Nah, inilah pilihan yang menyenangkan bagiku. Maka aku sangat menikmati liburan (kadang pekerjaan-pekerjaan yang menghimpitku itu membuatku tak punya kesempatan memasak yang sedikit heboh. Hanya memasak yang praktis cepat saja)
Hari kedua libur lebaran tahun ini, untung banget aku bisa bangun pagi sehingga warung Sari masih memberikan banyak pilihan untuk dibeli. Ini salah satu menu yang kumasak dari hasil belanja, semur.
Bahan semur:
setengah ayam, bersihkan, potong menjadi 6, goreng hampir matang
10 buah tahu putih, goreng setengah matang
5 buah hati ayam, goreng hampir matang
Bumbu halus:
3 siung bawang putih
5 siung bawang merah
1 ruas jari jahe
1 ruas jari kunyit
lada secukupnya
ketumbar secukupnya
2 butir kemiri
setengah sendok teh garam
setengah sendok teh gula pasir
Bumbu lain:
1 lembar daun jeruk purut
3 lembar daun salam
1 batang sereh
2 ruas jari laos
1 buah tomat diiris kasar
kecap manis
air secukupnya
Cara memasak:
- Haluskan bumbu-bumbu dan siapkan bumbu yang lain dengan dicuci bersih. Laos dan sereh digeprek.
- Tumis semua bumbu yang sudah dihaluskan hingga harum.
- Masukkan bumbu lain, termasuk air. Jangan banyak-banyak air yang ditambahkan. Kecap tambah sesuai selera. Tutup wajan, dan biarkan mendidih hingga matang.
- Masukkan ayam, tahu dan hati, aduk pelan-pelan. Tutup lagi dan biarkan bumbunya merasuk ke bahan hingga merata.
- Sudah, beres dah. Sajikan dengan taburan bawang goreng dan irisan timun. Kalau di rumah, aku sajikan bersama dengan kering tempe dan peyek kacang sisa kemarin. Karena tak ada sayur hijaunya, mesti ditambah dengan buah-buahan supaya cukup imbang.
Ada yang mau request masakan tertentu? Boleh. Silakan kontak aku sehari sebelumnya, dan mari datang langsung untuk mencicip setelah masakan siap. Untuk beberapa menu dikenakan biaya tambahan. Hehehe...
Dasarnya aku suka makan dan suka masak. Kubilang berkali-kali, kalau memasak itu bisa jadi terapi. Kutulis juga kemarin: Dapur itu penyembuh. Nah, inilah pilihan yang menyenangkan bagiku. Maka aku sangat menikmati liburan (kadang pekerjaan-pekerjaan yang menghimpitku itu membuatku tak punya kesempatan memasak yang sedikit heboh. Hanya memasak yang praktis cepat saja)
Hari kedua libur lebaran tahun ini, untung banget aku bisa bangun pagi sehingga warung Sari masih memberikan banyak pilihan untuk dibeli. Ini salah satu menu yang kumasak dari hasil belanja, semur.
Bahan semur:
setengah ayam, bersihkan, potong menjadi 6, goreng hampir matang
10 buah tahu putih, goreng setengah matang
5 buah hati ayam, goreng hampir matang
Bumbu halus:
3 siung bawang putih
5 siung bawang merah
1 ruas jari jahe
1 ruas jari kunyit
lada secukupnya
ketumbar secukupnya
2 butir kemiri
setengah sendok teh garam
setengah sendok teh gula pasir
Bumbu lain:
1 lembar daun jeruk purut
3 lembar daun salam
1 batang sereh
2 ruas jari laos
1 buah tomat diiris kasar
kecap manis
air secukupnya
Cara memasak:
- Haluskan bumbu-bumbu dan siapkan bumbu yang lain dengan dicuci bersih. Laos dan sereh digeprek.
- Tumis semua bumbu yang sudah dihaluskan hingga harum.
- Masukkan bumbu lain, termasuk air. Jangan banyak-banyak air yang ditambahkan. Kecap tambah sesuai selera. Tutup wajan, dan biarkan mendidih hingga matang.
- Masukkan ayam, tahu dan hati, aduk pelan-pelan. Tutup lagi dan biarkan bumbunya merasuk ke bahan hingga merata.
- Sudah, beres dah. Sajikan dengan taburan bawang goreng dan irisan timun. Kalau di rumah, aku sajikan bersama dengan kering tempe dan peyek kacang sisa kemarin. Karena tak ada sayur hijaunya, mesti ditambah dengan buah-buahan supaya cukup imbang.
Ada yang mau request masakan tertentu? Boleh. Silakan kontak aku sehari sebelumnya, dan mari datang langsung untuk mencicip setelah masakan siap. Untuk beberapa menu dikenakan biaya tambahan. Hehehe...
Thursday, May 30, 2019
GELANG KESAYANGAN DARI CENTRAL MARKET KL
Ini adalah gelang kesayanganku. Aku mendapatkannya di Central Market, Pasar Seni Kuala Lumpur akhir tahun 2012 (klik sini untuk mengingat kisah tahun itu di Malaysia). Sejak tahun itu sampai sekarang, gelang inilah yang paling sering aku pakai walau aku punya gelang-gelang lain dari berbagai tempat. Rasanya pas, dengan ukuran dan ukiran yang pas juga.
Aku biasa menggunakannya di tangan kiri pas di pergelangan. Rasanya pas melingkari pergelanganku. Kalau pun bergeser dia hanya bergeser beberapa mili ke atas atau ke bawah. Di kulit rasanya dingin karena memang bahan logam. Ukirannya halus tidak membuat sakit.
Gelang yang ini ringan walau dia cukup lebar dan besar. Umurnya sudah lebih dari 6 tahun, warnanya sedikit memudar tapi aku malah suka karena warnanya menjadi lebih gelap, hitam, abu-abu gelap. Awet untuk ukuran barang sekecil ini eh sudah lebih 6 tahun.
Hiasannya selain ukiran yang berwarna senada, ada 'mata-mata' dengan ukuran satu centimeter warna abu-abu kecoklatan dengan urat-urat warna hitam berjumlah 7 mata. Di dekat mata yang besar ini ada mata yang lebih kecil warna hitam masing-masing 2 mata hitam kecil di sekitar mata besar.
Beberapa kali aku mencoba beli gelang yang mirip, tapi tak ada yang secocok ini. Aku punya jenis lain dengan mata warna merah yang waktu itu kubeli di Jogja. Bentuknya sangat mirip, tapi lebih kecil. Namun rasanya lebih berat dan di kulit terasa sakit kalau bergeser-geser, jadi jarang aku pakai juga. Kembali lagi ke gelang kelabu ini.
Jenis gelang lain yang kupunya pun hanya sesekali kupakai sesuai dengan baju atau kesempatan. Sedang gelang yang ini rasanya kok cocok dengan semua jenis baju, entah T-shirt atau kebaya, pakai sarung atau celana jeans, pakai make up rapi atau awut-awutan tanpa sisiran. Jadi sementara ya gelang inilah yang paling setia menemaniku di berbagai kesempatan. Cek saja beberapa fotoku yang beredar di beberapa media, pasti yang paling sering pergelangan kiriku dihiasi gelang ini.
Aku lupa waktu itu kubeli dengan harga berapa. Seingatku sih tak terlalu mahal (iyalah, memang aku mau beli kalau mahal). Bahwa mungkin gelang ini pun buatan Jogja ya mungkin saja walau dia kutemui di Kuala Lumpur. Tapi aku aku ndak tahu gelang ini buatan mana. Pokoke pas untuk tanganku dan membuatku lebih percaya diri daripada memakai perhiasan jenis yang lainnya di tubuhku.
Aku biasa menggunakannya di tangan kiri pas di pergelangan. Rasanya pas melingkari pergelanganku. Kalau pun bergeser dia hanya bergeser beberapa mili ke atas atau ke bawah. Di kulit rasanya dingin karena memang bahan logam. Ukirannya halus tidak membuat sakit.
Gelang yang ini ringan walau dia cukup lebar dan besar. Umurnya sudah lebih dari 6 tahun, warnanya sedikit memudar tapi aku malah suka karena warnanya menjadi lebih gelap, hitam, abu-abu gelap. Awet untuk ukuran barang sekecil ini eh sudah lebih 6 tahun.
Hiasannya selain ukiran yang berwarna senada, ada 'mata-mata' dengan ukuran satu centimeter warna abu-abu kecoklatan dengan urat-urat warna hitam berjumlah 7 mata. Di dekat mata yang besar ini ada mata yang lebih kecil warna hitam masing-masing 2 mata hitam kecil di sekitar mata besar.
Beberapa kali aku mencoba beli gelang yang mirip, tapi tak ada yang secocok ini. Aku punya jenis lain dengan mata warna merah yang waktu itu kubeli di Jogja. Bentuknya sangat mirip, tapi lebih kecil. Namun rasanya lebih berat dan di kulit terasa sakit kalau bergeser-geser, jadi jarang aku pakai juga. Kembali lagi ke gelang kelabu ini.
Jenis gelang lain yang kupunya pun hanya sesekali kupakai sesuai dengan baju atau kesempatan. Sedang gelang yang ini rasanya kok cocok dengan semua jenis baju, entah T-shirt atau kebaya, pakai sarung atau celana jeans, pakai make up rapi atau awut-awutan tanpa sisiran. Jadi sementara ya gelang inilah yang paling setia menemaniku di berbagai kesempatan. Cek saja beberapa fotoku yang beredar di beberapa media, pasti yang paling sering pergelangan kiriku dihiasi gelang ini.
Aku lupa waktu itu kubeli dengan harga berapa. Seingatku sih tak terlalu mahal (iyalah, memang aku mau beli kalau mahal). Bahwa mungkin gelang ini pun buatan Jogja ya mungkin saja walau dia kutemui di Kuala Lumpur. Tapi aku aku ndak tahu gelang ini buatan mana. Pokoke pas untuk tanganku dan membuatku lebih percaya diri daripada memakai perhiasan jenis yang lainnya di tubuhku.
Resep Nasi Kuning ala Yuli Nugrahani
Hari libur, bangun siang, ke warung tak udah tak kebagian apapun yang sudah direncanakan. Niatnya kalau dapat ikan emas akan bikin ikan bakar, kalau dapat ayam akan bikin ayam geprek. Huhuhu, cuma dapat tempe, cabai, timun dan santan. Bikin apa dong untuk hari raya penuh syukur seperti hari ini?
Tarraaa... inilah hasilnya. Nasi Kuning ala Yuli Nugrahani, yang lezattt...
Bahan nasi kuning:
4 canting beras (sekitar 0,5 kg) dicuci bersih
250 cc santan kental + air secukupnya sesuai takaran untuk beras
satu batang sereh yang segar
satu tangkai daun pandan
3 cm laos segar
7 lembar daun salam
5 cm kunyit
0,5 sendok teh garam
Cara memasak:
- Haluskan kunyit untuk mengambil warnanya (tak punya parutan, jadi dihaluskan saja pakai ulekan)
- Geprek laos dan sereh
- Didihkan air, masukkan kunyit halus, laos dan sereh yang sudah digeprek, daun salam, daun pandan, beri garam. Setelah mendidih dan tercampur, masukkan santan. Aduk pelan-pelan supaya tidak pecah. Jika sudah wangi matang, matikan kompor dan saring.
- Keluarkan daun salam, pandan dan sereh, masukkan ke dalam beras. Tuang santan yang sudah berbumbu, tambah dengan air jika airnya kurang, lalu aron seperti biasa. Aduk sesekali biar tidak lengket di dasar panci.
- Jika sudah kering airnya, matikan kompor dan siapkan dandang.
- Tanak nasi sekitar 45 menit atau sampai matang harum. Bisa dicek soal kematangannya.
- Siap dahhhh... (Jangan lupa buang daun salam, pandan dan sereh sebelum dihidangkan.)
Nah, untuk pelengkapnya aku bikin yang sederhana saja. Aku sudah punya peyek, itu cocok banget. Lalu bikin dadar telur yang tipis, plus timun segar diiris tipis. Satu lagi yang wajib, kering tempe ala Yuli Nugrahani. Mau tahu resepku?
Bahan kering tempe:
- 1 Tempe ukuran sedang
- Kacang tanah
- 5 siung Bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 15 cabe keriting (atau menurut selera)
- 3 sendok makan irisan gula aren/merah
- 1 sendok teh gula pasir
- 2 cm laos
- 2 biji asam jawa
- 1 lembar daun jeruk purut
- 0,5 sendok teh garam
- sedikit air
- sedkit minyak goreng
Cara memasak:
- Goreng garing tempe yang sudah diiris, juga kacang tanah
- Haluskan bawang, cabe, gula pasir dan garam. Geprek laos.
- Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan laos, asam jawa dan daun jeruk. Tambah dengan sedikit air.
- Jika sudah mendidih, masukkan gula aren yang sudah diiris, aduk hingga matang dan merata, masukkan tempe dan kacang goreng. Aduk dengan baik.
- Siap dihidangkan.
Nah, siap deh. Untuk menghidangkannya, bisa ditambah juga dengan bawang goreng, tapi karena anak-anakku tak terlalu suka ya sudah begitu saja. Sebenarnya mereka bisik-bisik karena tak ada ayam goreng, tapi entar aja kalau ada tukang sayur yang bawa ayam, baru ditambahkan. Kalau tidak, begitu pun sudah cukup.
Tarraaa... inilah hasilnya. Nasi Kuning ala Yuli Nugrahani, yang lezattt...
Bahan nasi kuning:
4 canting beras (sekitar 0,5 kg) dicuci bersih
250 cc santan kental + air secukupnya sesuai takaran untuk beras
satu batang sereh yang segar
satu tangkai daun pandan
3 cm laos segar
7 lembar daun salam
5 cm kunyit
0,5 sendok teh garam
Cara memasak:
- Haluskan kunyit untuk mengambil warnanya (tak punya parutan, jadi dihaluskan saja pakai ulekan)
- Geprek laos dan sereh
- Didihkan air, masukkan kunyit halus, laos dan sereh yang sudah digeprek, daun salam, daun pandan, beri garam. Setelah mendidih dan tercampur, masukkan santan. Aduk pelan-pelan supaya tidak pecah. Jika sudah wangi matang, matikan kompor dan saring.
- Keluarkan daun salam, pandan dan sereh, masukkan ke dalam beras. Tuang santan yang sudah berbumbu, tambah dengan air jika airnya kurang, lalu aron seperti biasa. Aduk sesekali biar tidak lengket di dasar panci.
- Jika sudah kering airnya, matikan kompor dan siapkan dandang.
- Tanak nasi sekitar 45 menit atau sampai matang harum. Bisa dicek soal kematangannya.
- Siap dahhhh... (Jangan lupa buang daun salam, pandan dan sereh sebelum dihidangkan.)
Nah, untuk pelengkapnya aku bikin yang sederhana saja. Aku sudah punya peyek, itu cocok banget. Lalu bikin dadar telur yang tipis, plus timun segar diiris tipis. Satu lagi yang wajib, kering tempe ala Yuli Nugrahani. Mau tahu resepku?
Bahan kering tempe:
- 1 Tempe ukuran sedang
- Kacang tanah
- 5 siung Bawang merah
- 3 siung bawang putih
- 15 cabe keriting (atau menurut selera)
- 3 sendok makan irisan gula aren/merah
- 1 sendok teh gula pasir
- 2 cm laos
- 2 biji asam jawa
- 1 lembar daun jeruk purut
- 0,5 sendok teh garam
- sedikit air
- sedkit minyak goreng
Cara memasak:
- Goreng garing tempe yang sudah diiris, juga kacang tanah
- Haluskan bawang, cabe, gula pasir dan garam. Geprek laos.
- Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan laos, asam jawa dan daun jeruk. Tambah dengan sedikit air.
- Jika sudah mendidih, masukkan gula aren yang sudah diiris, aduk hingga matang dan merata, masukkan tempe dan kacang goreng. Aduk dengan baik.
- Siap dihidangkan.
Nah, siap deh. Untuk menghidangkannya, bisa ditambah juga dengan bawang goreng, tapi karena anak-anakku tak terlalu suka ya sudah begitu saja. Sebenarnya mereka bisik-bisik karena tak ada ayam goreng, tapi entar aja kalau ada tukang sayur yang bawa ayam, baru ditambahkan. Kalau tidak, begitu pun sudah cukup.
Nonton Godzilla 2: King of The Monsters
Bernard menikmati liburnya yang panjang usai ujian akhir untuk SMP. Ke sekolah hanya sesekali selebihnya dia menikmati sekitar rumah, dengan apa hayooo... Yups, betul: game di hp. Huhuhu...
Pokoke sampe senewen nyuruh dia bergerak. Untungnya dia ndak terlalu tahan laper jadi kalau sudah laper mau ndak mau dia mesti bergerak ke dapur.
Salah satu yang bisa ditowelin supaya dia mau keluar rumah adalah nonton. Hehehe...itu pun tak semua judul yang kutawarin dia mau ikut. Seperti dari seminggu lalu, aku udah merayu-rayu minta ditemani nonton Aladin, dia tak bergerak seinci pun. "Ndaklah, males. Ndak menarik." Idih. Nard, sebelumnya kan ibu udah ngalah nonton Pokemon, mbok sekarang ngalah nonton Aladin sama ibu. "Ndaklah. Ajak bapak aja." Hohoho, bukan apa-apa, kalau ngajak bapaknya tuh kayak mubazir. Lebih baik kalau sama bapaknya nonton Elisha Orcaros saja di youtube. Hihihi. Wong nonton film lucu aja beliaunya merem plus ngorok. Hihihi...
Nah, kemarin usai acara perpisahan sekolah, dengan dandanan khas Batak berulos bermakeup, aku iseng nawarin: "Nard, nonton Godzilla yuk." Dia mengangguk cepat:"Udah main ya? Asyik."
Jadinya kami mampir Ciplaz di Rajabasa, menemani dia makan dulu (aku lagi puasa. hehehe) lalu ke lantai 3. Eh, udah ramai saja Ciplaz ini. Pas kami nonton Pokemon masih sepiiii, karena memang baru dibuka di pertengahan bulan Mei ini.
Aku lupa pernah nonton Godzilla yang versi mana, pokoke ni film sangat familier. Tentang monster-monster raksana yang ada di bumi, dipadukan dengan kisah legenda tentang naga di dalam bumi, gunung berapi atau samudera dalam. Jadinya memang efek gambar yang luar biasa, yang menampakkan kecilnya manusia di antara makluk raksasa yang ganas. Oke banget lah gambar yang muncul.
Hanyaaa, jadinya tampak banyak ndak logis, tur kebangeten. Misalnya, untuk makluk segede itu, sedekat itu jaraknya dengan tokoh sentral, dan sedang ngamuk ngawur kok ya si tokoh aman-aman saja, tak kena efek parah apa gitu. Hehehe...
Pokoke sampe senewen nyuruh dia bergerak. Untungnya dia ndak terlalu tahan laper jadi kalau sudah laper mau ndak mau dia mesti bergerak ke dapur.
Salah satu yang bisa ditowelin supaya dia mau keluar rumah adalah nonton. Hehehe...itu pun tak semua judul yang kutawarin dia mau ikut. Seperti dari seminggu lalu, aku udah merayu-rayu minta ditemani nonton Aladin, dia tak bergerak seinci pun. "Ndaklah, males. Ndak menarik." Idih. Nard, sebelumnya kan ibu udah ngalah nonton Pokemon, mbok sekarang ngalah nonton Aladin sama ibu. "Ndaklah. Ajak bapak aja." Hohoho, bukan apa-apa, kalau ngajak bapaknya tuh kayak mubazir. Lebih baik kalau sama bapaknya nonton Elisha Orcaros saja di youtube. Hihihi. Wong nonton film lucu aja beliaunya merem plus ngorok. Hihihi...
Nah, kemarin usai acara perpisahan sekolah, dengan dandanan khas Batak berulos bermakeup, aku iseng nawarin: "Nard, nonton Godzilla yuk." Dia mengangguk cepat:"Udah main ya? Asyik."
Jadinya kami mampir Ciplaz di Rajabasa, menemani dia makan dulu (aku lagi puasa. hehehe) lalu ke lantai 3. Eh, udah ramai saja Ciplaz ini. Pas kami nonton Pokemon masih sepiiii, karena memang baru dibuka di pertengahan bulan Mei ini.
Aku lupa pernah nonton Godzilla yang versi mana, pokoke ni film sangat familier. Tentang monster-monster raksana yang ada di bumi, dipadukan dengan kisah legenda tentang naga di dalam bumi, gunung berapi atau samudera dalam. Jadinya memang efek gambar yang luar biasa, yang menampakkan kecilnya manusia di antara makluk raksasa yang ganas. Oke banget lah gambar yang muncul.
Hanyaaa, jadinya tampak banyak ndak logis, tur kebangeten. Misalnya, untuk makluk segede itu, sedekat itu jaraknya dengan tokoh sentral, dan sedang ngamuk ngawur kok ya si tokoh aman-aman saja, tak kena efek parah apa gitu. Hehehe...
Tuesday, May 28, 2019
Oalah Anakku...
Delapan hari terakhir ini pikiranku didominasi oleh Albert, sulungku. Gegara tanggal 20 Mei 2019 lalu dia bersama dengan teman-teman satu genk melakukan perjalanan ke Jogja, Bandung dan Jakarta. Menggunakan mobil sewaan. Urunan. Huuu...
Aku seperti para ibu biasa, awalnya tak bisa memberi ijin begitu saja. Kepikiran bagaimana nanti di jalan, tidur di mana, makan apa dan sebagainya. Apalagi saat kutanya, dia nyaris tanpa persiapan selain 'rapat' berkali-kali di Jamil. Lha piye to? Nabung juga ndak. Usaha ini itu juga ndak.
Okeylah, akhirnya aku memberi ijin dengan syarat:"Kumpulkan semua nomor telepon temanmu yang akan pergi, plus nomor ortunya masing-masing." Setelah semua dia kirimkan ke aku dua hari kemudian, barulah aku memberikan ijin dengan iklas. Plus nasihat panjang lebar untuk dia, dan kawan-kawannya.
Walau sudah memberi ijin ya tetap saja kepikiran. Apalagi setiap wa ku tak terjawab, lama balesnya, telepon tak diangkat dan sebagainya. Rupanya mereka toh punya rencana-rencana. Tidur 3 hari di Jogja, di sebuah hostel murmer, lalu otw Bandung, dan kemudian nginep 2 hari di Jakarta.
Tadi sore, 28 Mei dia sampai lagi di rumah. Pertanyaan-pertanyaanku kutahan dalam pikiran dan hati, tapi tetep saja ada yang keluar, sungguh penasaran, kepo. Seperti berapa rupiah habisnya untuk seluruh perjalanan itu (aku diberi setumpuk kertas pembelian bensin, top up kartu tol, juga beberapa bon makan). Juga pertanyaan: "Kalian berantem ndak selama perjalanan?"
Lalu pertanyaan lain:"Dimana tempat yang paling menarik? Makanan apa yang paling enak? Apa yang didapatkan? Apa oleh-oleh untuk ibu?" Huaaa... banyak lagi pertanyaanku. Tapi sabar ya, ibu. Tak semua harus ditanyakan sekarang.
Pokoke aku lega dia sudah sampai rumah tak kurang dari suatu apa pun. Sehat, dan gembira. Semoga dia mendapatkan banyak pembelajaran selama perjalanan.
Aku seperti para ibu biasa, awalnya tak bisa memberi ijin begitu saja. Kepikiran bagaimana nanti di jalan, tidur di mana, makan apa dan sebagainya. Apalagi saat kutanya, dia nyaris tanpa persiapan selain 'rapat' berkali-kali di Jamil. Lha piye to? Nabung juga ndak. Usaha ini itu juga ndak.
Okeylah, akhirnya aku memberi ijin dengan syarat:"Kumpulkan semua nomor telepon temanmu yang akan pergi, plus nomor ortunya masing-masing." Setelah semua dia kirimkan ke aku dua hari kemudian, barulah aku memberikan ijin dengan iklas. Plus nasihat panjang lebar untuk dia, dan kawan-kawannya.
Walau sudah memberi ijin ya tetap saja kepikiran. Apalagi setiap wa ku tak terjawab, lama balesnya, telepon tak diangkat dan sebagainya. Rupanya mereka toh punya rencana-rencana. Tidur 3 hari di Jogja, di sebuah hostel murmer, lalu otw Bandung, dan kemudian nginep 2 hari di Jakarta.
Tadi sore, 28 Mei dia sampai lagi di rumah. Pertanyaan-pertanyaanku kutahan dalam pikiran dan hati, tapi tetep saja ada yang keluar, sungguh penasaran, kepo. Seperti berapa rupiah habisnya untuk seluruh perjalanan itu (aku diberi setumpuk kertas pembelian bensin, top up kartu tol, juga beberapa bon makan). Juga pertanyaan: "Kalian berantem ndak selama perjalanan?"
Lalu pertanyaan lain:"Dimana tempat yang paling menarik? Makanan apa yang paling enak? Apa yang didapatkan? Apa oleh-oleh untuk ibu?" Huaaa... banyak lagi pertanyaanku. Tapi sabar ya, ibu. Tak semua harus ditanyakan sekarang.
Pokoke aku lega dia sudah sampai rumah tak kurang dari suatu apa pun. Sehat, dan gembira. Semoga dia mendapatkan banyak pembelajaran selama perjalanan.
Monday, May 27, 2019
Wedhang Jeruk dan Wedhang Jahe
Minuman seperti ini cocok banget untuk tubuh yang sedang mriyang demam. Yang satu wedhang jeruk, satunya lagi wedhang jahe. Saat tubuh trecep-trecep antara dingin menggigil dan anget kemringet, jenis inilah yang lebih cocok disajikan dibandingkan teh atau kopi.
Aku membuat wedhang jeruk (yang sebelah kiri) dari jeruk nipis. Untuk ukuran gelas langsing ini, setengah jeruk nipis segar ukuran sedang sudah cukup. Peras, keluarkan airnya sampai benar-benar tinggal ampasnya, tambahkan air putih hingga setengahnya, lalu baru tambahkan air panas hingga penuh segelas. Tak perlu pakai gula, supaya rasanya tak pudar dan lebih aman bagi tubuh.
Wedhang jahe yang di sebelahnya, aku buat dengan cara paling sederhana dan cepat. Geprek jahe sekitar 3 cm yang sudah dicuci bersih, masukkan ke gelas, tambahkan sere yang sudah digeprek bagian pangkalnya, tuang dengan air panas. Biarkan beberapa detik, lalu tambahkan gula pasir sesuai selera. Kalau yang kubuat dalam gelas langsing ini, yang pas dengan selera bojo adalah 3 sendok teh gula pasir. Aduk, lalu biarkan hingga hangat sebelum siap saji.
Kalau mau yang sedikit rumit sebenarnya ada wedhang jahe plus rempah dengan gula aren. Entar kapan-kapan akalu aku membuatkan akan kuposting di sini plus penampakannya.
Nah, apa manfaat dua jenis minuman ini? Banyak, karena keduanya mengandung banyak vitamin dan nutrisi penting bagi tubuh. Yang pasti untuk yang demam flu filek, aku sudah membuktikan ada dampaknya untuk mengurangi gejalanya. Keduanya juga mengandung antioksidan, bisa menjaga kadar gula (asal jangan ditambah gula), meningkatkan kerja metabolisme tubuh dan lain-lain.
Bagi tubuhku, kedua jenis minuman ini sangat cucok untuk membuat segar dan semangat, lebih-lebih saat kondisi sedang letih lesu berbeban berat lagi manja. Hihihi... lebay dah.
Aku membuat wedhang jeruk (yang sebelah kiri) dari jeruk nipis. Untuk ukuran gelas langsing ini, setengah jeruk nipis segar ukuran sedang sudah cukup. Peras, keluarkan airnya sampai benar-benar tinggal ampasnya, tambahkan air putih hingga setengahnya, lalu baru tambahkan air panas hingga penuh segelas. Tak perlu pakai gula, supaya rasanya tak pudar dan lebih aman bagi tubuh.
Wedhang jahe yang di sebelahnya, aku buat dengan cara paling sederhana dan cepat. Geprek jahe sekitar 3 cm yang sudah dicuci bersih, masukkan ke gelas, tambahkan sere yang sudah digeprek bagian pangkalnya, tuang dengan air panas. Biarkan beberapa detik, lalu tambahkan gula pasir sesuai selera. Kalau yang kubuat dalam gelas langsing ini, yang pas dengan selera bojo adalah 3 sendok teh gula pasir. Aduk, lalu biarkan hingga hangat sebelum siap saji.
Kalau mau yang sedikit rumit sebenarnya ada wedhang jahe plus rempah dengan gula aren. Entar kapan-kapan akalu aku membuatkan akan kuposting di sini plus penampakannya.
Nah, apa manfaat dua jenis minuman ini? Banyak, karena keduanya mengandung banyak vitamin dan nutrisi penting bagi tubuh. Yang pasti untuk yang demam flu filek, aku sudah membuktikan ada dampaknya untuk mengurangi gejalanya. Keduanya juga mengandung antioksidan, bisa menjaga kadar gula (asal jangan ditambah gula), meningkatkan kerja metabolisme tubuh dan lain-lain.
Bagi tubuhku, kedua jenis minuman ini sangat cucok untuk membuat segar dan semangat, lebih-lebih saat kondisi sedang letih lesu berbeban berat lagi manja. Hihihi... lebay dah.
Mengukur Berat Badan Ideal Menggunakan BMI
Body Mass Index (BMI) bisa dijadikan salah satu indikator berat tubuh ideal. Cara ngitungnya sederhana. Timbang dulu sampai ketemu berat badan kita dalam satuan kilogram. Misal didapatkan angka 60 kg. Lalu ukur tinggi badan dalam meter. Misal didapatkan tinggi badan 1,6 m.
Gunakan rumus BMI= berat badan (kg) : (tinggi badan (m) X tinggi badan (m)). Dengan contoh di atas tadi, BMI = 60 : (1,6 X 1,6) = 60 : 2,56 = 23,44.
Angka yang didapat adalah 23,44, masuk dalam klasifikasi normal, masuk dalam rentang 18,50 - 24,99. Tidak gemuk dan tidak kurus. Tapi dia sudah mepet ke batas atas, jadi harus mulai hati-hati. Kalau jarumnya bergeser ke kanan lagi sudah masuk ke pra obesitas, alias gemuk.
Memang ada juga juga sih cara hitung lain, misal disebutkan kalau berat badan normal adalah tinggi badan (cm) - 100. Jadi kalau tinggi badan 160, berat normalnya adalah 60 kg. Atau ada ukuran-ukuran lain. Ada juga yang disebut sebagai berat badan ideal, biasanya itungannya jadi lebih kurus dibanding dengan berat ideal. Tapi kukira dengan menggunakan indikator BMI ini sudah cukup, dan kita masih masuk kategori normal, berarti masih aman dari resiko-resiko penyakit tertentu yang bisa muncul karena obesitas.
Gunakan rumus BMI= berat badan (kg) : (tinggi badan (m) X tinggi badan (m)). Dengan contoh di atas tadi, BMI = 60 : (1,6 X 1,6) = 60 : 2,56 = 23,44.
Angka yang didapat adalah 23,44, masuk dalam klasifikasi normal, masuk dalam rentang 18,50 - 24,99. Tidak gemuk dan tidak kurus. Tapi dia sudah mepet ke batas atas, jadi harus mulai hati-hati. Kalau jarumnya bergeser ke kanan lagi sudah masuk ke pra obesitas, alias gemuk.
Memang ada juga juga sih cara hitung lain, misal disebutkan kalau berat badan normal adalah tinggi badan (cm) - 100. Jadi kalau tinggi badan 160, berat normalnya adalah 60 kg. Atau ada ukuran-ukuran lain. Ada juga yang disebut sebagai berat badan ideal, biasanya itungannya jadi lebih kurus dibanding dengan berat ideal. Tapi kukira dengan menggunakan indikator BMI ini sudah cukup, dan kita masih masuk kategori normal, berarti masih aman dari resiko-resiko penyakit tertentu yang bisa muncul karena obesitas.
Sunday, May 26, 2019
Belanja Karo Anak Wedok
Nyedaki dina riyaya, aku nyempetne blanja kanggo keperluan lebaran. Kepentingane akeh. Kapisan, kudu blanja kanggo wong-wong kinasih. Masiyo ora akeh yo icak-icake ana THR sithik, khususe kanggo Wawak. Kapindho, yen nyedaki lebaran ki warung-warung cedhak omah podho tutup. Akeh sing mudik, dadi kudu ana persiapan barang-barang kebutuhan sadina-dina.
Katelu, masiyo aku ora nganakake open house, aku tetep nyiapne cemilan. Paling ora ya kanggo aku dhewe, anak-anak lan bapake. Yen ana tamu sing ndayoh ben ra kakehan wirange, tetep ana kopi teh karo kanca-kancane.
Dina iki aku blanja dikancani bojoku lan anak wedokku. Iya, pancen dudu anak kandung tapi dheweke ki yo tetep anakku. Dheweke nyeluk aku nganggo panggilan mesra :"Ibuk." Iku wis pakulinane kawit biyen soko jaman dheweke isih blajar ngomong.
Sing blaik ki, cah ayu iki yen nyeluk bojoku nganggo sebutan: "Oom." Lha, pernah pas biyen takjak metu wong telu, mangan nasi goreng neng daerah Way Halim, dheweki ki ndusel aku nyeluki ibuk, mari ngono lha kok malah bengak-bengok ganti nyeluki bojoku sing isih neng parkiran:"Oom, oom!"
Wong-wong sing neng sekitarku podho nyawang. Mungkin pikire ibuke cah ethes iki lagi mangan bareng karo oom-oom. Halahhh...
Lha blaen tenan, iki mau yo kelakon. Pisan-pisan dheweke nggeret aku karo nyeluk: "Ibuk, ibuk..." Terus lanjut tuding-tuding rono-rene nyeluk bojoku: "Oom, omm..."
Jan tenan kok. Takpites irunge: "Ojo kenceng-kenceng hoii..." Mas Hendro cengar-cengir malah ngguyoni aku:"Ibuke lagi blanja karo oom-oom. Hihihi..."
Katelu, masiyo aku ora nganakake open house, aku tetep nyiapne cemilan. Paling ora ya kanggo aku dhewe, anak-anak lan bapake. Yen ana tamu sing ndayoh ben ra kakehan wirange, tetep ana kopi teh karo kanca-kancane.
Dina iki aku blanja dikancani bojoku lan anak wedokku. Iya, pancen dudu anak kandung tapi dheweke ki yo tetep anakku. Dheweke nyeluk aku nganggo panggilan mesra :"Ibuk." Iku wis pakulinane kawit biyen soko jaman dheweke isih blajar ngomong.
Sing blaik ki, cah ayu iki yen nyeluk bojoku nganggo sebutan: "Oom." Lha, pernah pas biyen takjak metu wong telu, mangan nasi goreng neng daerah Way Halim, dheweki ki ndusel aku nyeluki ibuk, mari ngono lha kok malah bengak-bengok ganti nyeluki bojoku sing isih neng parkiran:"Oom, oom!"
Wong-wong sing neng sekitarku podho nyawang. Mungkin pikire ibuke cah ethes iki lagi mangan bareng karo oom-oom. Halahhh...
Lha blaen tenan, iki mau yo kelakon. Pisan-pisan dheweke nggeret aku karo nyeluk: "Ibuk, ibuk..." Terus lanjut tuding-tuding rono-rene nyeluk bojoku: "Oom, omm..."
Jan tenan kok. Takpites irunge: "Ojo kenceng-kenceng hoii..." Mas Hendro cengar-cengir malah ngguyoni aku:"Ibuke lagi blanja karo oom-oom. Hihihi..."
Saturday, May 25, 2019
Puisi Yuli Nugrahani: MENGUJIMU 2
MENGUJIMU 2
Ujian telah selesai.
Aku menambahkan beberapa hal ini:
Kau bukan suamiku lagi
saat penghinaan tumbuh dalam kata-kata
saat kau menyimpan kesalahan-kesalahan
saat tak ada pembenaran selain anggapan.
Aku menambahkan ini supaya dimengerti:
Kau bukan suamiku lagi
ketika jelatang kau tumbuhkan pada telapak tangan
ketika kau sepuh kepala dengan ingatan salah
ketika tak ada penerimaan tetapi tuntutan.
Aku menambahkan kekuatan niatku:
Kau bukan suami lagi
dan aku tak akan membela diri.
Kau bukan suami lagi
maka aku menjadi aku lagi,
bukan istri, bukan duri,
bukan seperti yang kau pikir
atau kau hakimi.
Ujian telah selesai.
Aku menambahkan beberapa hal ini:
Kau bukan suamiku lagi
saat penghinaan tumbuh dalam kata-kata
saat kau menyimpan kesalahan-kesalahan
saat tak ada pembenaran selain anggapan.
Aku menambahkan ini supaya dimengerti:
Kau bukan suamiku lagi
ketika jelatang kau tumbuhkan pada telapak tangan
ketika kau sepuh kepala dengan ingatan salah
ketika tak ada penerimaan tetapi tuntutan.
Aku menambahkan kekuatan niatku:
Kau bukan suami lagi
dan aku tak akan membela diri.
Kau bukan suami lagi
maka aku menjadi aku lagi,
bukan istri, bukan duri,
bukan seperti yang kau pikir
atau kau hakimi.
Friday, May 24, 2019
Bapakku Ndak Galak
Saat aku ke ruang atas kantorku ketemu Rm. Bambang dan Sr. Fidelis, entah gimana ujung pangkalnya ngobrol ngalor ngidul, eh kok nyandak cerito tentang bapak Sam, dan aku spontan menggambarkan pak Sam yang galak pada saat aku masih kecil. Disiplin tinggi bahkan pernah nyabet pakai gagang kemocing.
Hmmm, begitu sampe di ruanganku sendiri aku mikir lagi tentang bapakku ini. Pak Sam, apakah segalak yang sudah kuceritakan itu? Bahwa dulu aku termasuk paling takut sama bapak di banding orang-orang lain ya memang iya. Tapi aku inget aku juga dimanja. Dulu aku suka tidur di belakang pantat bapak kalau bapak masih kerja di ruang tamu. Lalu pura-pura tidur biar digendong masuk kamar. Aku juga suka aroma bapak yang kental bau asap rokok. Malah dulu aku sering nglelesi bekas rokok bapak untuk kusimpan, kucium-cium, kuhisap-hisap. Kalau bapak tak ada di rumah ya nyari-nyari di tempat bapak biasa duduk, atau biasa bekerja.
Jadi kemudian aku harus mengoreksi yang sudah kukatakan pada obrolan parikeno tadi. Bapakku ndak galak. Malah sangat baik. Dan sejak aku lulus SMA, bapaklah teman diskusi tentang segala hal. Pelindung nomor satu. Bahwa sekarang sudah tidak banyak ngobrol, aku tetap mengingat beberapa prinsip yang sudah bapak tanamkan dengan segala cara.
Soal disiplin ya, itulah Pak Sam. Orang sosial super sosial, ya memang itulah bapak. Soal tampil di depan umum, bapaklah guruku yang pertama. Juga tentang seni apa pun, bapaklah yang menyemai keberanian dalam diriku untuk kukembangkan.
Tadi pagi ibu mengirim pesan lewat WA sedang berada di rumah sakit Baptis Kediri, kontrol rutin bersama bapak dan mereka mendapat nomor antrian berurutan ke dokter jantung. Aku tahu situasi rumah sakit itu dan bagaimana mereka akan menjalani hari ini di rumah sakit itu. Hatiku ikut bersama mereka. Jadi kangen Kediri, kangen pak Sam juga ibu Titik, juga segalanya yang ada di sekitarnya.
Hmmm, begitu sampe di ruanganku sendiri aku mikir lagi tentang bapakku ini. Pak Sam, apakah segalak yang sudah kuceritakan itu? Bahwa dulu aku termasuk paling takut sama bapak di banding orang-orang lain ya memang iya. Tapi aku inget aku juga dimanja. Dulu aku suka tidur di belakang pantat bapak kalau bapak masih kerja di ruang tamu. Lalu pura-pura tidur biar digendong masuk kamar. Aku juga suka aroma bapak yang kental bau asap rokok. Malah dulu aku sering nglelesi bekas rokok bapak untuk kusimpan, kucium-cium, kuhisap-hisap. Kalau bapak tak ada di rumah ya nyari-nyari di tempat bapak biasa duduk, atau biasa bekerja.
Jadi kemudian aku harus mengoreksi yang sudah kukatakan pada obrolan parikeno tadi. Bapakku ndak galak. Malah sangat baik. Dan sejak aku lulus SMA, bapaklah teman diskusi tentang segala hal. Pelindung nomor satu. Bahwa sekarang sudah tidak banyak ngobrol, aku tetap mengingat beberapa prinsip yang sudah bapak tanamkan dengan segala cara.
Soal disiplin ya, itulah Pak Sam. Orang sosial super sosial, ya memang itulah bapak. Soal tampil di depan umum, bapaklah guruku yang pertama. Juga tentang seni apa pun, bapaklah yang menyemai keberanian dalam diriku untuk kukembangkan.
Tadi pagi ibu mengirim pesan lewat WA sedang berada di rumah sakit Baptis Kediri, kontrol rutin bersama bapak dan mereka mendapat nomor antrian berurutan ke dokter jantung. Aku tahu situasi rumah sakit itu dan bagaimana mereka akan menjalani hari ini di rumah sakit itu. Hatiku ikut bersama mereka. Jadi kangen Kediri, kangen pak Sam juga ibu Titik, juga segalanya yang ada di sekitarnya.
Jawaban Yuli Nugrahani (9): Bagaimana Pendapatmu tentang Hasil Pemilu 2019?
Aku senang Jokowi menang, walau menang tipis dibandingkan Prabowo. Salah satu alasan adalah dibandingkan dengan Prabowo dan para pendukungnya, aku menganggap Jokowi dan para mendukungnya memberi peluang lebih besar untuk memberikan ruang kebebasan (penghormatan) pada orang minoritas. Yeahhh, aku tahu keduanya punya dosa-dosa salah dan noda, tapi dalam satu point tadi, aku lebih percaya pada Jokowi dan pendukungnya. Kelompok minoritas lebih merasa nyaman berada di kubu itu.
Siapa kelompok minoritas di Indonesia yang kumaksud dalam konteks ini? Minoritas agama, itu salah satunya. Minoritas ras, itu juga termasuk. Hmmm, bukan berarti Jokowi bersih soal itu, tidak. Banyak salahnya juga, tapi dengan agenda tersembunyi para pendukung Prabowo, itu jelas mengkuatirkan bagi kelompok minoritas agama dan ras.
Jadi aku senang Jokowi yang muncul mendapat suara terbesar tahun ini. Semoga Jokowi memegang kepercayaan ini dengan baik dan kuat selama lima tahun mendatang, termasuk mengoreksi kesalahan dari periode masa sebelumnya.
Dalam beberapa waktu mendatang, pasti masih akan muncul kericuhan soal ketidak puasan hasil pemilu. Bagiku wajar saja. Kalau memang nanti ada pelanggaran atau kecurangan, pasti akan ada solusi penyelesaiannya sesuai yang seharusnya. Yang membuatku cukup puas, apa yang sudah kulihat dan kualami mulai dari saat undangan pemilihan hingga penghitungan suara di TPSku, yang awalnya sempat kucurigai karena kok panitianya orang-orang yang itu-itu saja (yang kutahu mereka bukan pendukung Jokowi, dan pemilu yang lalu Jokowi kalah di tempatku ini).
Undangan diterima keluargaku beberapa hari sebelum pemilu, aku sendiri yang menerimanya. Anakku sebagai pemilih pemula sudah tercatat dan mendapatkan undangan. Sip. Lalu saat pemilihan, beberapa saksi dari calon sudah hadir pagi-pagi banget, dan kami dilayani dengan ok. Saat penghitungan masyarakat juga ikut hadir menjadi saksi hasilnya dipublish ke grup RT sehingga aku juga bisa mendapatkan rekapitulasinya utuh. Nah. Ini proses yang sangat ok. Aku bisa mengecek di portal KPU hasil yang sama seperti yang kulihat di TPS. Jadi semua aman.
Aku berharap gesekan-gesekan yang tersisa usai pengumuman hasil akhir pemilu segera selesai dengan proses yang baik. Semoga semua makluk berbahagia juga dengan seluruh proses yang sedang berlangsung ini.
Siapa kelompok minoritas di Indonesia yang kumaksud dalam konteks ini? Minoritas agama, itu salah satunya. Minoritas ras, itu juga termasuk. Hmmm, bukan berarti Jokowi bersih soal itu, tidak. Banyak salahnya juga, tapi dengan agenda tersembunyi para pendukung Prabowo, itu jelas mengkuatirkan bagi kelompok minoritas agama dan ras.
Jadi aku senang Jokowi yang muncul mendapat suara terbesar tahun ini. Semoga Jokowi memegang kepercayaan ini dengan baik dan kuat selama lima tahun mendatang, termasuk mengoreksi kesalahan dari periode masa sebelumnya.
Dalam beberapa waktu mendatang, pasti masih akan muncul kericuhan soal ketidak puasan hasil pemilu. Bagiku wajar saja. Kalau memang nanti ada pelanggaran atau kecurangan, pasti akan ada solusi penyelesaiannya sesuai yang seharusnya. Yang membuatku cukup puas, apa yang sudah kulihat dan kualami mulai dari saat undangan pemilihan hingga penghitungan suara di TPSku, yang awalnya sempat kucurigai karena kok panitianya orang-orang yang itu-itu saja (yang kutahu mereka bukan pendukung Jokowi, dan pemilu yang lalu Jokowi kalah di tempatku ini).
Undangan diterima keluargaku beberapa hari sebelum pemilu, aku sendiri yang menerimanya. Anakku sebagai pemilih pemula sudah tercatat dan mendapatkan undangan. Sip. Lalu saat pemilihan, beberapa saksi dari calon sudah hadir pagi-pagi banget, dan kami dilayani dengan ok. Saat penghitungan masyarakat juga ikut hadir menjadi saksi hasilnya dipublish ke grup RT sehingga aku juga bisa mendapatkan rekapitulasinya utuh. Nah. Ini proses yang sangat ok. Aku bisa mengecek di portal KPU hasil yang sama seperti yang kulihat di TPS. Jadi semua aman.
Aku berharap gesekan-gesekan yang tersisa usai pengumuman hasil akhir pemilu segera selesai dengan proses yang baik. Semoga semua makluk berbahagia juga dengan seluruh proses yang sedang berlangsung ini.
Tuesday, May 21, 2019
KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang Peringati Harkitnas 2019 dengan Bicara Gender
Maria Torra Pratiwi memaparkan hasil pernas SGPP KWI |
Tema yang diangkat dalam diskusi ini adalah Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam Keluarga sebagai Citra Allah dihadiri oleh 20 orang dari berbagai kelompok dan kongregasi yang ada di sekitar Bandarlampung, Lampung Selatan dan Pringsewu. Diskusi diawali dengan pemaparan hasil pertemuan nasional penggiat gender dan pemberdayaan perempuan KWI yang sudah digelar bulan lalu oleh utusan dari Lampung, Maria Torra Pratiwi dari Margoagung.
Secara umum Torra menceritakan proses yang terjadi dalam pernas disertai dengan hasil-hasil yang didapat dalam pernas melalui diskusi kelompok, pleno, perjumpaan dengan narasumber maupun dengan peserta lain dari seluruh Indonesia. Dinyatakan bahwa masalah-masalah ketidakadilan gender masih saja terjadi dalam masyarakat Indonesia dan muncul dalam berbagai bentuk. Walau berbeda sesuai dengan situasi daerah masing-masing, ada kemiripan masalah yang muncul dari berbagai keuskupan yang hadir dalam pertemuan ini.
Sebagian peserta diskusi. |
Melalui beberapa rekomendasi yang sudah disuarakan dalam pernas, diskusi selanjutnya yang dipandu oleh Yuli Nugrahani penanggungjawab KKPPMP Keuskupan Tanjungkarang memunculkan situasi khas yang ada di Lampung, termasuk geliat yang sudah dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ada. Semuanya sepakat masih banyak PR yang harus dikerjakan untuk sampai pada keadilan dan kesetaraan gender.
Diskusi singkat ini akan dilanjutkan lagi dalam perjumpaan yang berikutnya dengan mendalami Surat Gembala KWI 2004 tentang Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki sebagai Citra Allah. Walau belum ada rencana konkrit, tawaran ini disikapi dengan positif oleh para peserta.
Friday, May 17, 2019
Sepanjang Sore di Studio Joni SKA
Sore kemarin kami lewati dengan tidak biasa. Untuk kepentingan buku kenangan sekolah, kami bikin janji dengan Om Joni SKA, di studionya. Janji yang kami buat beberapa hari sebelumnya itu kami tepati dengan datang persis pada pukul 19.00 sampai di studionya yang imut di Jalan Sam Ratulangi, Gang Gelatik, dekat RSU Abdul Muluk, Bandarlampung.
Aku sudah menyiapkan baju batik seragaman untuk kami berempat. Baju batik dari Aqordia Batik khas batik Pekalongan bermotif daun-daun. Toko batik ini terkenal dengan baju-baju batik yang murah meriah. Boleh pesan juga untuk jumlah banyak dengan potongan harga yang lumayan. Yaaa, memang kualitas yang sedang-sedang saja, tapi untuk kepentingan foto, lumayan juga nih batik.
Sesi foto ini utamanya untuk membuat foto keluarga, tapi kami minta juga untuk membuatkan kami foto close up masing-masing. Agak-agak kaku karena kami ndak biasa pose dengan sengaja begitu tapi untung Om Joni sangat sabar memandu gaya kami masing-masing hingga ketemu juga model yang oke keren.
Om Joni, selain punya studio foto dan video juga aktif dalam seni budaya. Setahuku menjadi ketua TCM, Turangga Cipta Manunggal, untuk reog dan jaranan. Selain itu juga mimpin paguyupan reog dan jatilan se Lampung, lupa namanya apa. Dari cerita-ceritanya, itu aktifitas keren lintas budaya lintas agama dan bermanfaat bagi masyarakat Lampung yang beragam. Selain menggeluti seni budaya, kelompok itu juga terlibat dalam masalah-masalah sosial Indonesia seperti membuat baksos untuk korban bencana dan sebagainya.
Hmmm... aku tak sabar nunggu hasil foto studio ini. Entar kushare deh hasilnya kalau sudah selesai edit dan cetak. Sementara kusertakan disini proses pemotretan yang sudah kami lalui. Makasih banyak ya, Om Joni. Kayaknya suatu ketika nanti mau lagi difoto-foto model begini untuk kostum yang berbeda event yang berbeda.
Aku sudah menyiapkan baju batik seragaman untuk kami berempat. Baju batik dari Aqordia Batik khas batik Pekalongan bermotif daun-daun. Toko batik ini terkenal dengan baju-baju batik yang murah meriah. Boleh pesan juga untuk jumlah banyak dengan potongan harga yang lumayan. Yaaa, memang kualitas yang sedang-sedang saja, tapi untuk kepentingan foto, lumayan juga nih batik.
Sesi foto ini utamanya untuk membuat foto keluarga, tapi kami minta juga untuk membuatkan kami foto close up masing-masing. Agak-agak kaku karena kami ndak biasa pose dengan sengaja begitu tapi untung Om Joni sangat sabar memandu gaya kami masing-masing hingga ketemu juga model yang oke keren.
Om Joni, selain punya studio foto dan video juga aktif dalam seni budaya. Setahuku menjadi ketua TCM, Turangga Cipta Manunggal, untuk reog dan jaranan. Selain itu juga mimpin paguyupan reog dan jatilan se Lampung, lupa namanya apa. Dari cerita-ceritanya, itu aktifitas keren lintas budaya lintas agama dan bermanfaat bagi masyarakat Lampung yang beragam. Selain menggeluti seni budaya, kelompok itu juga terlibat dalam masalah-masalah sosial Indonesia seperti membuat baksos untuk korban bencana dan sebagainya.
Hmmm... aku tak sabar nunggu hasil foto studio ini. Entar kushare deh hasilnya kalau sudah selesai edit dan cetak. Sementara kusertakan disini proses pemotretan yang sudah kami lalui. Makasih banyak ya, Om Joni. Kayaknya suatu ketika nanti mau lagi difoto-foto model begini untuk kostum yang berbeda event yang berbeda.
Thursday, May 16, 2019
Kopi Pahit Legit Menggigit
Sekarang aku punya cara ngopi yang aman bagi tubuhku. Bagaimana itu kulakukan? Ini beberapa pointnya:
1. Ngopi cukup secangkir kecil tiap harinya. Satu kali saja. Cukup.
2. Ngopinya tanpa gula. Pahitan saja. Kopi hitam pahit, terasa legit menggigit.
3. Pilih kopi bubuk, bukan kopi instan. Itu kucermati khusus kalau beli kopi saset.
4. Ngopinya sebisa mungkin pada jam yang sama. Kalau senin - jumat pada jam 10.00, rutin. Nah kalau sabtu - minggu bolehlah pada malam hari atau pagi hari.
Gituhhh... Dari situlah aku mendapat manfaat yang terasa banget di tubuh. Tekanan darah ndak melonjak, kolesterol stabil, gula darah aman, vertigo tidak kambuh, badan jadi seger, otak buger. Begitulah.
Nah dari browsing aku nemu beberapa manfaat kopi pahit tanpa gula. Cocok untuk menguatkan cara ngopiku ini. Ini sebagian manfaatnya:
1. Ngopi cukup secangkir kecil tiap harinya. Satu kali saja. Cukup.
2. Ngopinya tanpa gula. Pahitan saja. Kopi hitam pahit, terasa legit menggigit.
3. Pilih kopi bubuk, bukan kopi instan. Itu kucermati khusus kalau beli kopi saset.
4. Ngopinya sebisa mungkin pada jam yang sama. Kalau senin - jumat pada jam 10.00, rutin. Nah kalau sabtu - minggu bolehlah pada malam hari atau pagi hari.
Gituhhh... Dari situlah aku mendapat manfaat yang terasa banget di tubuh. Tekanan darah ndak melonjak, kolesterol stabil, gula darah aman, vertigo tidak kambuh, badan jadi seger, otak buger. Begitulah.
Nah dari browsing aku nemu beberapa manfaat kopi pahit tanpa gula. Cocok untuk menguatkan cara ngopiku ini. Ini sebagian manfaatnya:
1. Sumber Antioksidan dan Memenuhi Nutrisi Tubuh
Kopi mengandung antioksidan dan berbagai nutrisi seperti kalium, niasin, kromium, magnesium dan vitamin E. Kromium memang sangat baik untuk tubuh karena bisa mengendalikan kadar gula dalam darah. Selain itu magnesium dan kromium juga bisa menurunkan potensi kolesterol buruk dalam darah. Konsumsi minuman kopi tanpa gula secara rutin juga bisa menurunkan resiko terkena penyakit akut karena kandungan flavonoid yang tinggi dalam kopi.
2. Kopi Mengurangi Kerusakan Fungsi Kognitif pada Lansia
Minum kopi pahit tanpa gula juga bisa mempertahankan fungsi syaraf motorik dan sensorik yang biasanya terjadi pada orang tua. Minum kopi hitam secara teratur telah terbukti mengurangi semua jenis resiko penuaan yang berhubungan dengan syaraf.
3. Mengurangi Potensi Diabetes
Kopi pahit tanpa gula jelas mengurangi potensi kenaikan kadar gula dalam darah. Kopi juga berfungsi untuk melancarkan proses metabolisme sehingga membuat produksi hormon insulin bisa dilakukan sesuai kebutuhan tubuh. Orang yang bisa mengkonsumsi kopi hitam secara rutin bisa meningkatkan produksi insulin dan menyeimbangkan hormon yang mengatur produksi insulin.
4. Mengurangi Resiko Kanker
Katanya kopi hitam bisa melindungi dari serangan kanker prostat, kanker usus besar, kanker hati dan kanker payudara. Minum kopi hitam tanpa campuran gula dan zat lain bisa meningkatkan zat aktif yang bisa memerangi semua potensi atau bahan asing pembentuk kanker.
5. Kopi Membuat Tubuh Lebih Bugar
Katanya minum kopi dengan cara yang benar bisa membuat tubuh menjadi lebih bugar. Minum kopi secara rutin akan membuat kesehatan otot menjadi lebih kuat.
6. Bisa Mendukung Diet
Kopi hitam tanpa gula akan menjadi minuman yang rendah kalori. Nah, cocok kan.
7. Mendukung Kesehatan Tulang
Kalsium yang terkandung dalam kopi bisa meningkatkan kesehatan tulang dan mencegah semua jenis keluhan pada tulang baik untuk wanita dan pria.
8. Menjaga Kesehatan Jantung
Kopi mengandung kalium yang berfungsi untuk menguatkan otot-otot jantung dan menjaga agar detak jantung cepat normal.
9. Kopi Membuat Anda tetap Aktif
Kafein akan memicu sistem kerja otak sehingga Anda tidak akan merasa mengantuk atau lelah.
10. Kopi Meningkatkan Produktifitas
Kopi memang bahan yang sangat baik untuk membantu proses pembakaran lemak dalam tubuh dan bisa meningkatkan produktifitas. Kafein juga bisa mengirimkan efek stimulan pada syaraf pusat sehingga bisa meningkatkan proses oksidasi lemak dan melancarkan proses metabolisme.
Namun, tentu saja ada efek buruknya juga, ini perlu dicatat juga ya, seperti :
1. Kopi bisa menyebabkan gangguan fungsi kelenjar adrenal terutama bagi orang yang sudah memiliki masalah dengan kelenjar adrenal.
2. Kopi bisa menyebabkan masalah atau efek diuretik jadi orang yang sudah memiliki masalah dengan keseimbangan elektrolit dalam tubuh tidak disarankan untuk minum kopi.
3. Konsumsi kopi yang dicampur gula secara berlebihan bisa menyebabkan masalah kesehatan yang ditandai dengan sakit perut, detak jantung tidak teratur, kepala pusing dan berbagai gejala yang membuat tubuh lemah.
4. Konsumsi kopi lebih dari 5 cangkir dalam sehari bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti kurang peka lingkungan, sakit perut, gelisah, detak jantung dan menyebabkan gangguan kecemasan.
5. Minum kopi yang mengandung latte atau gula bisa menyebabkan peningkatkan kolesterol.
Wednesday, May 15, 2019
Hiburan Baru itu ya Seno Nugroho
Foto dari internet. |
Seno Nugroho itu siapa hayooo... Orang ini bikin aku termehek-mehek tiap malam. Kalau malam sudah menyelimuti Hajimena, secangkir kopi hitam sudah tersaji, dia ini yang menemaniku dengan setia hingga aku ngakak-ngakak. Hehehe....
Seno Nugroho kalau sudah nyabetke wayang, wis lah. Dunia seakan terhenti terfokus ke dia saja. Tapi ya aku senengnya ambil bagian-bagian tertentu dari pertunjukannya, misal pas goro-goro, atau pas perang (yang seringkali diselewengkan jadi bukan perang malah lucu), atau pas Limbukan.
Dari hasil browsingku, Seno Nugroho lahir di Yogyakarta, pada 23 Agustus 1972, lulus dari sekolah Menengah Kesenian Indonesia, Yogyakarta, pada 1991. Seno dikaruniai seorang anak putri, tinggal di Jl. Mangunsarkoro No. 52, Yogyakarta. Sudah mendalang sejak umur 10 tahun karena ayahnya dalang. Kelompok karawitannya bernama “Wargo Laras”.
Nah, Seno ini yang paling menarik kalau sudah pentas bersama sinden-sinden lucu sepertia April, Mimin, atau Elisha. Tapi aku juga tetap seneng kalau dia bersama sinden lain seperti Tatin, Orisha dan lain-lainnya. Dari hiburan baru inilah aku jadi diingatkan pada kisah-kisah wayang yang dulu pernah familier dalam hidupku di masa kecil. Jadi sadar bahwa aku suka nonton wayang, lebih-lebih yang tidak terlalu ngikuti pakem.
Tuesday, May 14, 2019
Febrilia Ekawati: Mengubah Hal Negatif Menjadi Positif
Nah, siapa contoh perempuan hebat yang seperti itu? Aku suka hati merujuk pada si pemilik komentar itu, Febrilia Ekawati, perempuan hebat yang sekarang ini menjadi Direktur Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS). Untuk dialah tulisan ini kubuat seperti janjiku duluuu, untuk menulis satu per satu orang yang ada dalam Jaringan Perempuan Padmarini (JPP). Untuk ingatan, yang pernah kutulis di blog ini adalah Rinda Gusvita dan Holaspica. Masih belasan orang lain yang satu per satu akan kutulis. Nah, Febri sayang disayang ini yang sekarang harus kuulik.
Aku mengenal Febri pertama kali sejak lima atau enam tahun yang lalu. Gara-garanya sedikit rumit, yaitu seorang temannya si Julie dari Pontianak kebetulan juga temanku, dan entah bagaimana muncullah komunikasi yang membuat Febri datang ke rumah pada suatu malam. Dia sampai rumah setelah nyasar entah ke mana-mana, lalu kami ngobrol ngalor ngidul. Tukeran buku. Aku memberinya buku cerpen Daun-daun Hitam dan dia memberiku buku-buku tentang air (?), lupa judulnya apa saja. Entar kucek di rakku.
Usai perjumpaan itu, obrolan bersambung lewat SMS, FB dan sebagainya. Lalu tiba-tiba (hihihi) ada ajakan-ajakan bertemu juga dengan beberapa orang lain yang kemudian memunculkan Jaringan Perempuan Padmarini sebagai salah satu sarana paling kuat yang membuat kami mesti lebih sering bertemu untuk urusan apapun.
Dari awal aku mengenalnya, aku sudah mendapat kesan yang kuat tentangnya, yaitu bahwa orang ini pemberani dalam sikap dan ucap, punya cara komunikasi yang sangat ok untuk merangkul siapapun, dan otak serta hatinya punya isi. Aku sering berandai-andai orang macam dialah yang cocok menjadi Gubernur Lampung. Serius ini. Tiga hal itu sangat penting untuk figur gubernur Lampung dalam mengatasi masalah-masalah penting mendesak yang melingkupi masyarakat dan wilayah Lampung. Jadi kalau dia mau nyalon gubernur Lampung aku akan jadi timsesnya. Serius.
Semakin lama kenal dia semakin aku paham dia memberikan dedikasinya yang tinggi untuk pekerjaannya. Ketika aku diundang dalam acara buka bersama YKWS kemarin, Senin 13 Mei 2019 di kantor YKWS, puluhan orang hadir memenuhi undangannya. Banyak ragam orang dari berbagai instansi, komunitas dan kelompok. Beraneka ragam orang. Dan 'warna' Febri yang serius dan santai itu benar-benar muncul dalam acara bukber itu. Sehingga kultum buka puasanya bukan petikan ceramah dari awang-awang tapi rentetan diskusi tentang iman yang mendarat di bumi Lampung, tentang masalah sanitasi dan bagaimana masalah-masalah itu mestinya ditanggapi. Hmmm, mungkin banyak orang tak setuju model seperti itu, tapi aku menganggap inilah yang tepat sehingga setelah bukber ini, setiap orang semakin diajak untuk menyatakan puasanya bukan hanya bagi dirinya sendiri tapi bagi banyak orang secara konkret.
Nah, di bagian terakhir aku mau kembali pada pernyataan di atas tadi. Febri telah menjadi perempuan hebat karena dia entah disadari atau tidak telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, orang muda, orang tua, bahkan anak-anak (aku tahu dia mudah dekat dengan anak-anak kalau dia mau) di manapun yang telah mengenalnya.
Love you, dear Febri. Tetap gembira menjalani hidup ya. Abaikan beruk-beruk, yuk makan jeruk-jeruk. Semua telah tersedia untuk kita reguk. Untuk melibati hidup yang semakin sejuk. Cemunguttt....
Saturday, May 11, 2019
Puisi Yuli Nugrahani: MENGUJIMU 1
MENGUJIMU 1
Sebuah kotak menggeletak antara aku dan dirimu, suamiku.
Setiap senyum muncul dari bibirmu, kotak itu terbuka
aku meraup senyummu, menyimpannya dalam kotak
dan memantrainya dengan senandung sajian.
(Istri melemparkan pandangan pada pucuk turi yang melambai
mengingat getah jelatang dan duri mawar yang berbelit
dalam setiap senyum suaminya. Dia mengusap dadanya yang iri
memuji-muji kebahagiaan bunga-bunga turi tanpa berkelit.)
Banyak pertanyaan yang kau luapkan walau tanpa suara
aku juga tak hendak menjawabnya selain terus duduk
di samping kotak, di sampingmu, menjaga kotak, menjagamu.
(Istri memandang wajah suaminya dengan tanpa rela
mengingat segala duga yang mengerdilkan sukma merdeka
yang mengikat hatinya sekecil seperjuta biji kemangi.)
Dalam kesadaran aku menunda kehadiran anak-anak keabadian
pangkuanku menjadi kekecewaan sepanjang abad
mengulang perbincangan tentang harga diri, kebohongan, ujian
dan aku memutuskan kelahiran tak harus secepatnya kuejan.
Ya, suamiku, aku telah sedang mengujimu.
Setengah merintih kukatakan, kau tak mampu melewatinya.
Yang kukatakan gagal adalah kau dan aku duduk berdampingan,
dengan sebuah kotak selalu ada antara kita.
(Istri merapikan kain sidomukti melilit kaki
memperbaiki goresan alis matanya, mempertahankan kotak itu
di sampingnya, di samping suaminya, antara mereka.
Lalu dia membasahi tenggorokannya bersiap untuk berteriak.)
Aku telah mengujimu, suamiku, dan kau gagal meriakkan hati
Aku memilih menyelesaikan tanggungjawab fanaku
kini menyiapkan pemakaman bagi tali temali gemuk kakiku.
(Istri menyeka bibirnya mendaraskan lelagu
yang dulu menemaninya setiap malam
dibiarkannya terbang.)
Sebuah kotak menggeletak antara aku dan dirimu, suamiku.
Setiap senyum muncul dari bibirmu, kotak itu terbuka
aku meraup senyummu, menyimpannya dalam kotak
dan memantrainya dengan senandung sajian.
(Istri melemparkan pandangan pada pucuk turi yang melambai
mengingat getah jelatang dan duri mawar yang berbelit
dalam setiap senyum suaminya. Dia mengusap dadanya yang iri
memuji-muji kebahagiaan bunga-bunga turi tanpa berkelit.)
Banyak pertanyaan yang kau luapkan walau tanpa suara
aku juga tak hendak menjawabnya selain terus duduk
di samping kotak, di sampingmu, menjaga kotak, menjagamu.
(Istri memandang wajah suaminya dengan tanpa rela
mengingat segala duga yang mengerdilkan sukma merdeka
yang mengikat hatinya sekecil seperjuta biji kemangi.)
Dalam kesadaran aku menunda kehadiran anak-anak keabadian
pangkuanku menjadi kekecewaan sepanjang abad
mengulang perbincangan tentang harga diri, kebohongan, ujian
dan aku memutuskan kelahiran tak harus secepatnya kuejan.
Ya, suamiku, aku telah sedang mengujimu.
Setengah merintih kukatakan, kau tak mampu melewatinya.
Yang kukatakan gagal adalah kau dan aku duduk berdampingan,
dengan sebuah kotak selalu ada antara kita.
(Istri merapikan kain sidomukti melilit kaki
memperbaiki goresan alis matanya, mempertahankan kotak itu
di sampingnya, di samping suaminya, antara mereka.
Lalu dia membasahi tenggorokannya bersiap untuk berteriak.)
Aku telah mengujimu, suamiku, dan kau gagal meriakkan hati
Aku memilih menyelesaikan tanggungjawab fanaku
kini menyiapkan pemakaman bagi tali temali gemuk kakiku.
(Istri menyeka bibirnya mendaraskan lelagu
yang dulu menemaninya setiap malam
dibiarkannya terbang.)
Friday, May 10, 2019
Masih Tentang Buku
Sehari kemarin setelah beberapa urusan yang salah satunya menulis blog tentang buku (klik sini) aku dan Mommy Retha mengunjungi Paul MEP di kediamannya di Hanura, sekitar 30 menit perjalanan by car. Pertama, aku memang sudah berjanji untuk datang dari beberapa saat lalu untuk melihat warisan Romo Jo. Romo Jo meninggalkan banyak buku dan Romo Paul menganggap mungkin aku tertarik pada buku-buku itu. Kedua, ini kesempatan untuk kencan dengan Mommy Retha yang pas banget dilakukan di sela-sela kesibukan kami berdua. Waktu yang pas. Ketiga, yaaaa, perjalanan ke Hanura memang mengasyikkan dengan siapa pun orang yang menemaniku. Melihat pantai sekilas-sekilas, mencium aromanya dan rumah Romo Paul yang sejuk mah selalu menyenangkan.
Dan inilah yang kudapatkan setelah sejam lebih ngobrol berpindah-pindah dari ruang tamu, teras, halaman. Buku-buku Romo Jo sangat mirip dengan bacaanku, itu yang kusadari kemudian. Memang sebelum meninggalnya, aku pernah juga masuk kamar Romo Jo dan meminjam beberapa bukunya. Dan ketika melihat-lihat lagi buku-buku itu, aku setengah terharu mengenang Romo Jo Gourdon, si tua yang baik itu. Jadi rindu ngobrol lagi dengannya, termasuk mengingat satu surat pendek terakhirnya sebelum dia sakit parah. Surat pendek yang kubalas pendek juga, yang kemungkinan jawabanku mengecewakannya. Maafkan aku yang lemah ini, Romo Jo. Baik-baik di surga bersama Penciptamu ya.
Setumpuk buku kupilih. Apa koment Romo Paul? Mau tahu? "Wah, banyak juga yang kau sukai." Aku tertawa. Beberapa buku yang sudah kumiliki tak kuambil. Beberapa buku yang lain aku tak ambil demi prioritas, hehehe, malu hati juga kalau kemaruk, padahal memang sungguh aku harus akui kalau ditawari buku, aku akan mengambil seluruh buku yang ditawarkan itu. Dalam hati aku sih berharap masih boleh mengambil buku-buku lain sisanya yang Romo Paul tak mau membacanya lagi. Huhuhu...
Pulang dari Hanura beberapa saat setelah magrip, aku dan Mommy Retha masih membawa beberapa bonus, termasuk kain dan baju Vietnam, juga berkat melimpah serta harapan bertemu lagi secepatnya setelah Romo Paul pulang dari cutinya ke Perancis tiga bulan lagi. Dan sepanjang jalan, obrolan kami menjadi lebih hangat dengan segala hal yang terkait dengan relasi-relasi dengan para romo yang baik itu.
Nah, aku menunggu saat untuk mulai membacanya satu per satu. Huaaahhhhh.....
Dan inilah yang kudapatkan setelah sejam lebih ngobrol berpindah-pindah dari ruang tamu, teras, halaman. Buku-buku Romo Jo sangat mirip dengan bacaanku, itu yang kusadari kemudian. Memang sebelum meninggalnya, aku pernah juga masuk kamar Romo Jo dan meminjam beberapa bukunya. Dan ketika melihat-lihat lagi buku-buku itu, aku setengah terharu mengenang Romo Jo Gourdon, si tua yang baik itu. Jadi rindu ngobrol lagi dengannya, termasuk mengingat satu surat pendek terakhirnya sebelum dia sakit parah. Surat pendek yang kubalas pendek juga, yang kemungkinan jawabanku mengecewakannya. Maafkan aku yang lemah ini, Romo Jo. Baik-baik di surga bersama Penciptamu ya.
Setumpuk buku kupilih. Apa koment Romo Paul? Mau tahu? "Wah, banyak juga yang kau sukai." Aku tertawa. Beberapa buku yang sudah kumiliki tak kuambil. Beberapa buku yang lain aku tak ambil demi prioritas, hehehe, malu hati juga kalau kemaruk, padahal memang sungguh aku harus akui kalau ditawari buku, aku akan mengambil seluruh buku yang ditawarkan itu. Dalam hati aku sih berharap masih boleh mengambil buku-buku lain sisanya yang Romo Paul tak mau membacanya lagi. Huhuhu...
Pulang dari Hanura beberapa saat setelah magrip, aku dan Mommy Retha masih membawa beberapa bonus, termasuk kain dan baju Vietnam, juga berkat melimpah serta harapan bertemu lagi secepatnya setelah Romo Paul pulang dari cutinya ke Perancis tiga bulan lagi. Dan sepanjang jalan, obrolan kami menjadi lebih hangat dengan segala hal yang terkait dengan relasi-relasi dengan para romo yang baik itu.
Nah, aku menunggu saat untuk mulai membacanya satu per satu. Huaaahhhhh.....
Thursday, May 09, 2019
Buku, Pokoke Buku!
Sampai di kantor setelah mengunjungi beberapa tempat di pagi ini, termasuk mengunjungi tersayang Sely ibu dir Damar yang lagi mau tiduran saja di DKT, aku duduk di kursi kantor langsung melihat tumpukan buku di meja kerjaku. Ini kenapa buku-buku macam gitu yang numpuk di mejaku ini ya?
Coba aku cek dulu, buku paling bawah adalah Kompendium Ajaran Sosial Gereja, terjemahan dari Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian terbitan Ledalero. Buku ini kayak kitab suciku yang kedua, jadi referensi untuk banyak hal dalam hidup dan kerjaanku, hmmm.... kukira sejak tahun 2009 atau 2010 sejak aku menjadi badan pengurus di KKPPMP KWI. Hadiah spesial dari orang spesial yang ternyata sangat berguna bagiku.
Buku kedua, kuning, itu masih sama urusan dengan buku sebelumnya. Ringkasan ASG juga dari Komisi PSE KWI. Lalu buku ketiga adalah Jurnal Perempuan pas ngambil tema Politik dan Keterwakilan Perempuan. Jurnal tua tapi kuambil sejak beberapa bulan lalu saat kampanye pemilu sedang hangat-hangatnya.
Buku keempat yang item itu fotokopian buku tua, Terompah Usang yang Tak Sudah Dijahit. Buku yang secara beruntung kudapat dari seorang pembaca blog karena aku teriak-teriak mengeluh pengin baca buku itu lagi sedang bukuku sendiri sudah lenyap entah kemana.
Buku kelima, adalah panduan untuk pendamping perempuan korban kekerasan. Aku membolak-balik lagi buku ini gegara beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan yang sempat mampir di panca inderaku. Buku tipis keenam adalah nota pastoral KWI 2018 tentang panggilan Gereja dalam hidup berbangsa. Iyalah, aku mesti baca-baca ini selama masa kampanye kemarin, biar dapat pegangan.
Buku ketujuh adalah buku garapanku bersama Tim Penjaga Obor GATKI tentang budaya hidup damai. Buku yang diluncurkan tahun lalu ini masih menyisahkan PR untuk dikerjakan. Tapi sementara tersuruk begitu saja di meja.
Nah buku paling atas ya buku yang paling akhir kudapatkan dari Klasika Lampung, tulisan-tulisan tentang pemikiran Gus Dur. Nah, nah, nah.
Buku-buku ini sedang jadi bacaanku akhir-akhir ini dan beruntung banget aku memilikinya sebagai referensi dan bahanku. Buku baruku memang langka karena aku sedang takut masuk toko buku. Taku tergoda menghabiskan ratusan ribu untuk buku sedang kebutuhan lain sedang mendesak. Huhuhu... Yang penting masih ada buku-buku di sekitarku. Buku, pokoke buku!
Coba aku cek dulu, buku paling bawah adalah Kompendium Ajaran Sosial Gereja, terjemahan dari Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian terbitan Ledalero. Buku ini kayak kitab suciku yang kedua, jadi referensi untuk banyak hal dalam hidup dan kerjaanku, hmmm.... kukira sejak tahun 2009 atau 2010 sejak aku menjadi badan pengurus di KKPPMP KWI. Hadiah spesial dari orang spesial yang ternyata sangat berguna bagiku.
Buku kedua, kuning, itu masih sama urusan dengan buku sebelumnya. Ringkasan ASG juga dari Komisi PSE KWI. Lalu buku ketiga adalah Jurnal Perempuan pas ngambil tema Politik dan Keterwakilan Perempuan. Jurnal tua tapi kuambil sejak beberapa bulan lalu saat kampanye pemilu sedang hangat-hangatnya.
Buku keempat yang item itu fotokopian buku tua, Terompah Usang yang Tak Sudah Dijahit. Buku yang secara beruntung kudapat dari seorang pembaca blog karena aku teriak-teriak mengeluh pengin baca buku itu lagi sedang bukuku sendiri sudah lenyap entah kemana.
Buku kelima, adalah panduan untuk pendamping perempuan korban kekerasan. Aku membolak-balik lagi buku ini gegara beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan yang sempat mampir di panca inderaku. Buku tipis keenam adalah nota pastoral KWI 2018 tentang panggilan Gereja dalam hidup berbangsa. Iyalah, aku mesti baca-baca ini selama masa kampanye kemarin, biar dapat pegangan.
Buku ketujuh adalah buku garapanku bersama Tim Penjaga Obor GATKI tentang budaya hidup damai. Buku yang diluncurkan tahun lalu ini masih menyisahkan PR untuk dikerjakan. Tapi sementara tersuruk begitu saja di meja.
Nah buku paling atas ya buku yang paling akhir kudapatkan dari Klasika Lampung, tulisan-tulisan tentang pemikiran Gus Dur. Nah, nah, nah.
Buku-buku ini sedang jadi bacaanku akhir-akhir ini dan beruntung banget aku memilikinya sebagai referensi dan bahanku. Buku baruku memang langka karena aku sedang takut masuk toko buku. Taku tergoda menghabiskan ratusan ribu untuk buku sedang kebutuhan lain sedang mendesak. Huhuhu... Yang penting masih ada buku-buku di sekitarku. Buku, pokoke buku!
Tuesday, May 07, 2019
Avengers: Endgame, Hidup Kesetaraan!
Udah beberapa minggu sejak film ini terdengar, aku dan Bernard janjian untuk nonton pada kesempatan tercepat. Apa daya, kesibukan terus menerus kualami. Bernard sendiri juga mesti nyelesaiin tugas-tugasnya di akhir tahun pelajaran SMP. Albert udah nonton duluan bersama teman-temannya udah menahan diri untuk tidak mengumbar spoiler tapi toh tetap membuat kami berdua penasaran (seperti biasa bapaknya mah anteng-anteng aja kalau kami ngobrolin film, yang penting ada lovebird. hehehe)
Jadinya di tengah kesibukan hari Selasa lalu aku mampir MBK, cek ketersediaan tiket. Pas banget ada tempat sekitar 1 jam lagi, di posisi no 3 dari depan. Tak apa deh agak tengadah. Langsung kubeli tanpa konfirmasi Bernard, baru usai itu aku telpon dia. Ladalah, kok ndak diangkat. Telpon rumah juga tak diangkat. Telpon Albert juga tak diangkat. Mulai panik dah, jangan sampai tuh tiket yang udah kebeli hangus.
Setelah telpon yang kesekian kali, barulah si die ngangkat dengan suara parau: Baru bangun tidur, ibu. Ladalah, double panik. Cepat-cepat kubilang: Suruh mas Albert anterin ke MBK sekarang juga, ndak usah mandi. Cepet.
Huft. Aku menunggu dengan semangkuk bakso Malang di dekat bioskop. Bernard datang tepat waktu. Segera masuk ke bioskop, tapi nyempetin cari makan, hotdog yang mahal dan paket popcorn, soalnya Bernard bilang: Aku belum makan, ibu. Hedeh.
Filmnya sendiri, wuaahhhh lama nian. Tiga jam persis. Dan alurnya sangat cepat. Susah nyeritainnya, pokoknya aku nangkap:
1. Tokoh-tokoh avengers bisa hidup lagi. Hihihi, alamat beberapa saat lagi bakal bikin janji dengan Bernard untuk seri yang berikutnya.
2. Kesetaraan gender ada. Tokoh laki dan perempuan berbagi peran dalam perjuangan kemanusiaan. Cieee....asyiklah.
3. Kesetaraan ras muncul, paling kuat di bagian akhir ketika tameng Capten America diserahkan dari si tokoh lama ke tokoh baru. Dari manusia kulit putih ke kulit hitam. Dua tokoh yang setara, sama-sama kuat dan terhormat.
4. Aku tak ingat satu kalimatpun yang menyentuh hatiku. Huhuuuuu.... parah banget diriku ini. Tapi kalau Bernard suka, aku pun suka deh.
Bagian terakhir dari nonton bareng Bernard adalah belanja sambil kontak Albert supaya nyusul untuk makan bareng di MBK.
Jadinya di tengah kesibukan hari Selasa lalu aku mampir MBK, cek ketersediaan tiket. Pas banget ada tempat sekitar 1 jam lagi, di posisi no 3 dari depan. Tak apa deh agak tengadah. Langsung kubeli tanpa konfirmasi Bernard, baru usai itu aku telpon dia. Ladalah, kok ndak diangkat. Telpon rumah juga tak diangkat. Telpon Albert juga tak diangkat. Mulai panik dah, jangan sampai tuh tiket yang udah kebeli hangus.
Setelah telpon yang kesekian kali, barulah si die ngangkat dengan suara parau: Baru bangun tidur, ibu. Ladalah, double panik. Cepat-cepat kubilang: Suruh mas Albert anterin ke MBK sekarang juga, ndak usah mandi. Cepet.
Huft. Aku menunggu dengan semangkuk bakso Malang di dekat bioskop. Bernard datang tepat waktu. Segera masuk ke bioskop, tapi nyempetin cari makan, hotdog yang mahal dan paket popcorn, soalnya Bernard bilang: Aku belum makan, ibu. Hedeh.
Dua cowokku, teman kencanku usai nonton. |
1. Tokoh-tokoh avengers bisa hidup lagi. Hihihi, alamat beberapa saat lagi bakal bikin janji dengan Bernard untuk seri yang berikutnya.
2. Kesetaraan gender ada. Tokoh laki dan perempuan berbagi peran dalam perjuangan kemanusiaan. Cieee....asyiklah.
3. Kesetaraan ras muncul, paling kuat di bagian akhir ketika tameng Capten America diserahkan dari si tokoh lama ke tokoh baru. Dari manusia kulit putih ke kulit hitam. Dua tokoh yang setara, sama-sama kuat dan terhormat.
4. Aku tak ingat satu kalimatpun yang menyentuh hatiku. Huhuuuuu.... parah banget diriku ini. Tapi kalau Bernard suka, aku pun suka deh.
Bagian terakhir dari nonton bareng Bernard adalah belanja sambil kontak Albert supaya nyusul untuk makan bareng di MBK.
Monday, May 06, 2019
Selamat Memasuki Masa Puasa, Teman-teman.
Foto saat finalisasi hasil Pernas SGPP KWI Jakarta 26 April 2019 Foto taken by Bram, edited by Yuli. |
Saya pun ikut menikmati bulan penuh berkah ini bersama para sahabat dan saudara saya yang merasai bulan puasa. Saya pun ikut mati raga dalam bulan ini dan ingin juga mereguk kegembiraan saat Idul Fitri tiba nanti.
Bagaimana dengan urusan Jokowi - Prabowo? Ah, ada masanya toh. Tunggu para pekerja KPU menyelesaikannya, kawal seluruh proses, desak Bawaslu melakukan tugasnya, dan saya menolak perang walau banyak titik berseberangan.
Beberapa kegelisahan ingin saya endapkan pada masa puasa Ramadhan ini bersama teman-teman sekalian. Dengan demikian kita semua selalu menemukan harapan dalam setiap gerak kita.
Bagian akhir, hmmm.... hehehe... ini kayaknya postingan yang terbawa foto, kayak memberikan sambutan saja. Hehehe... Ra popo ya.... Pokoke, selamat menjalani puasa. Mari reguk berkah lewat bulan penuh ibadah ini. Selamat mempersiapkan diri untuk sampai pada 'fitri'.
Friday, May 03, 2019
Jawaban Yuli Nugrahani (8): Di mana letak Gus Dur sekarang ini?
Di mana letak Gus Dur? Jawabanku : di dalam cangkir kopi. Itulah letaknya Gus Dur untuk sekarang ini saat nama Gus Dur masih wangi dalam hati, bukan hanya sekadar ejaan yang terbentuk dari huruf-huruf untuk sampai pada namanya, tapi menjadi roh yang menghidupi gerak orang-orang NU dan juga orang-orang yang dicintainya atau mencintainya.
Karena itu, buku yang ditulis oleh Chepry C. Hutabarat dan kawan-kawannya ini sangatlah tepat. Secangkir kopi itu menjadi aroma yang mendekatkan tubuh pada semangat dan niat untuk bergerak.
Ada 10 tulisan dalam buku yang berjudul Gus Dur & Catatan yang Hilang Makna, diterbitkan oleh Lampung Literature tahun 2019 ini. Penulisnya adalah: Chepry C. Hutabarat, Dedy Indra Prayoga, Een Riansah AS, Umar Robani, Sandika Wijaya, Ahmad Mufid, Yogi Prazani, Asep Sugiarto, M. Muhammad Putra dan Lukman Pidada.
Mereka menulis Gus Dur dari berbagai sudut pandang, yang walau tidak lengkap, tidak bikin kencang, toh membuat mata melek. Seperti secangkir kopi itulah. Persis. Tanpa aneka rasa, tapi pas untuk dihirup pelan-pelan dalam waktu yang tidak buru-buru.
Masa tidak ada posisi lain untuk Gus Dur selain dalam cangkir kopi? Lha ya terserah kalian saja. Orang yang sudah mati memang hanya bisa diperbincangkan. Jika dulu banyak orang merasa beruntung karena bisa bercakap-cakap langsung dengan Gus Dur maka sekarang 'aroma' itulah yang bisa dicecap ulang.
Kemarin ketika buku ini dilaunching di Wood Stairs Cafe, 2 Mei 2019 pas dengan hari Pendidikan Nasional, buku ini sudah mendesak Iswadi dan Inaya bicara dengan pancingan moderator M. Yunus. Orang-orang yang hadir dari berbagai kalangan itu seakan menjadi penguat apa yang sudah disampaikan oleh Iswadi dan Inaya. Lalu acara itu selesai.
Tapi 'aroma' Gus Dur selesaikah? Tidak. Kalau secangkir kopi sudah tandas, cangkir itu toh masih bisa terus diisi dan disuguhkan kembali untuk dihirup kembali oleh siapapun. Dan selayaknya zat hara yang masuk dalam tubuh, Gus Dur memberi pengaruh bukan hanya pada satu unsur tubuh tapi seluruh hati, pikiran dan tubuh.
Selebihnya apa? Ya bergeraklah. Bergerak tak hanya ke jamban membuang ampas-ampas tapi terus menjalankan kehidupan yang penuh cinta, menghayati kesetaraan martabat manusia yang sama sebagai 'hanya ciptaan'. Apa jal yang bisa disombongin dari seorang ciptaan? Ra ono.
Wis kono, ngopi.
Karena itu, buku yang ditulis oleh Chepry C. Hutabarat dan kawan-kawannya ini sangatlah tepat. Secangkir kopi itu menjadi aroma yang mendekatkan tubuh pada semangat dan niat untuk bergerak.
Ada 10 tulisan dalam buku yang berjudul Gus Dur & Catatan yang Hilang Makna, diterbitkan oleh Lampung Literature tahun 2019 ini. Penulisnya adalah: Chepry C. Hutabarat, Dedy Indra Prayoga, Een Riansah AS, Umar Robani, Sandika Wijaya, Ahmad Mufid, Yogi Prazani, Asep Sugiarto, M. Muhammad Putra dan Lukman Pidada.
Mereka menulis Gus Dur dari berbagai sudut pandang, yang walau tidak lengkap, tidak bikin kencang, toh membuat mata melek. Seperti secangkir kopi itulah. Persis. Tanpa aneka rasa, tapi pas untuk dihirup pelan-pelan dalam waktu yang tidak buru-buru.
Masa tidak ada posisi lain untuk Gus Dur selain dalam cangkir kopi? Lha ya terserah kalian saja. Orang yang sudah mati memang hanya bisa diperbincangkan. Jika dulu banyak orang merasa beruntung karena bisa bercakap-cakap langsung dengan Gus Dur maka sekarang 'aroma' itulah yang bisa dicecap ulang.
Kemarin ketika buku ini dilaunching di Wood Stairs Cafe, 2 Mei 2019 pas dengan hari Pendidikan Nasional, buku ini sudah mendesak Iswadi dan Inaya bicara dengan pancingan moderator M. Yunus. Orang-orang yang hadir dari berbagai kalangan itu seakan menjadi penguat apa yang sudah disampaikan oleh Iswadi dan Inaya. Lalu acara itu selesai.
Tapi 'aroma' Gus Dur selesaikah? Tidak. Kalau secangkir kopi sudah tandas, cangkir itu toh masih bisa terus diisi dan disuguhkan kembali untuk dihirup kembali oleh siapapun. Dan selayaknya zat hara yang masuk dalam tubuh, Gus Dur memberi pengaruh bukan hanya pada satu unsur tubuh tapi seluruh hati, pikiran dan tubuh.
Selebihnya apa? Ya bergeraklah. Bergerak tak hanya ke jamban membuang ampas-ampas tapi terus menjalankan kehidupan yang penuh cinta, menghayati kesetaraan martabat manusia yang sama sebagai 'hanya ciptaan'. Apa jal yang bisa disombongin dari seorang ciptaan? Ra ono.
Wis kono, ngopi.
Thursday, May 02, 2019
Ratda Puskopdit Caraka Utama Lampung: Jenjang Karier dan Teknologi Finansial
Pembukaaan RAT dihadiri oleh undangan-undangan dari dinas terkait juga dari Inkopdit. Sidangnya sendiri mulai sekitar pukul 11.00 (atau lebih?) hingga pukul 13.30 dengan agenda laporan pengurus dan pengawas, pemaparan rencana kerja tahun 2019, pembahasan, pemilihan panitia nominasi (untuk pemilihan tahun 2020) dan pengesahan-pengesahan.
Yang menarik bagiku sangat banyak karena ini adalah moment pertama kali aku terlibat dalam RAT Puskopdit dan aku langsung menjadi pimpinan sidang.
1. Banyak pengetahuan baru kudapatkan dari acara ini lewat perbincangan formal dan informal dalam rangkaian acara.
2. Tema yang diangkat oleh puskopdit ini harusnya ditindaklanjuti dalam aksi konkrit di tingkat primer. Dengan demikian anggota kopdit yang masuk dalam puskopdit ini bisa merasakan pelayanan yang lebih ok di masa mendatang.
3. Banyak tenaga muda penuh semangat yang bergerak dalam perkoperasian dengan perjuangan luar biasa untuk kepentingan masyarakat umum.
4. Ada banyak peluang yang belum dioptimalkan oleh penggerak kopdit di titik sekarang ini. Maka, kemajuan Caraka Utama masih bisa ditingkatkan dengan adanya gerak seluruh komponen yang terlibat.
5. Aku semakin yakin dengan langkahku untuk berkarya lewat jalan ini. Bukan untuk diriku sendiri tapi untuk orang banyak.
6. Yahhhh.... pasti ada kesempatan berikutnya yang dapat diraih oleh orang-orang yang mau bekerja. Maka proficiat Caraka Utama, yukkk terus bergerak.
Pertemuan Nasional Para Penggerak Gender dan Pemberdayaan Perempuan, SGPP KWI 2019
Pertemuan nasional para penggerak gender dan pemberdayaan perempuan yang diadakan oleh Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sudah diselenggarakan di Wisma Samadi Gender Jakarta, 23 - 26 April 2019.
Yang hadir adalah wakil-wakil dari keuskupan di Indonesia dengan beberapa narasumber yang memberikan gambaran umum sesuai dengan tema Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam Keluarga sebagai Citra Allah. Pendalaman dilakukan oleh para peserta melalui diskusi dan pleno yang masuk dalam rangkaian pertemuan.
Saya sebagai bagian dari tim SC merasa lega setelah kegiatan ini selesai. Apa yang terjadi dalam pernas itu sangat menarik. Semua terjadi tepat memang harus terjadi. Bahkan hujan setelah acara malam keakraban adalah tepat memang harus begitulah.
Dalam postingan ini saya pasang hasil singkat dari pertemuan itu yang sudah ditandatangani oleh Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC, Moderator SGPP KWI dan Sr. M. Natalia OP, sekretaris SGPP KWI.
Dokumen ini dirumuskan berdasar proses yang terjadi dalam pernas. Dimulai dari pembukaan di hari pertama yang sudah memunculkan masalah-masalah ketidakadilan gender di Indonesia. Sharing dari peserta dalam kelompok-kelompok memunculkan data-data yang terjadi di tiap keuskupan.
Hari kedua adalah hari belajar dengan bantuan para narasumber. Terus terang hari kedua dalam pernas itu paling membuat capek para peserta. Banyak keluhan yang muncul karena jam yang sangat padat dengan agenda yang tak mungkin lagi digeser. Fulllll.... bahkan malam pun masih ada pr yaitu membuat refleksi hasil pengendapan dari hari itu.
Hari ketiga dan keempat adalah saatnya untuk bekerja. Prosesnya adalah diskusi, pleno, diskusi, pleno hingga kemudian didapatkan catatan akhir yang memasukkan rekomendasi dari pertemuan tersebut.
Yang hadir adalah wakil-wakil dari keuskupan di Indonesia dengan beberapa narasumber yang memberikan gambaran umum sesuai dengan tema Kesetaraan Perempuan dan Laki-laki dalam Keluarga sebagai Citra Allah. Pendalaman dilakukan oleh para peserta melalui diskusi dan pleno yang masuk dalam rangkaian pertemuan.
Saya sebagai bagian dari tim SC merasa lega setelah kegiatan ini selesai. Apa yang terjadi dalam pernas itu sangat menarik. Semua terjadi tepat memang harus terjadi. Bahkan hujan setelah acara malam keakraban adalah tepat memang harus begitulah.
Dalam postingan ini saya pasang hasil singkat dari pertemuan itu yang sudah ditandatangani oleh Mgr. Nicholaus Adi Seputra MSC, Moderator SGPP KWI dan Sr. M. Natalia OP, sekretaris SGPP KWI.
Dokumen ini dirumuskan berdasar proses yang terjadi dalam pernas. Dimulai dari pembukaan di hari pertama yang sudah memunculkan masalah-masalah ketidakadilan gender di Indonesia. Sharing dari peserta dalam kelompok-kelompok memunculkan data-data yang terjadi di tiap keuskupan.
Hari kedua adalah hari belajar dengan bantuan para narasumber. Terus terang hari kedua dalam pernas itu paling membuat capek para peserta. Banyak keluhan yang muncul karena jam yang sangat padat dengan agenda yang tak mungkin lagi digeser. Fulllll.... bahkan malam pun masih ada pr yaitu membuat refleksi hasil pengendapan dari hari itu.
Hari ketiga dan keempat adalah saatnya untuk bekerja. Prosesnya adalah diskusi, pleno, diskusi, pleno hingga kemudian didapatkan catatan akhir yang memasukkan rekomendasi dari pertemuan tersebut.
Subscribe to:
Posts (Atom)