Segala ada. Yang paling penting : peta gratis bisa didapat. |
Bangun pagi saat liburan memang sangat sulit. Tapi kami mesti memaksa diri untuk segera bergegas. Tanggal 24 Desember adalah hari yang cukup cerah, tidak seperti saat kedatangan kami di rumah Mbak Tarti yang diguyur hujan. Makan pagi sangat komplit ambil sendiri dari warung Mbak Tarti. Nasi campur, dan milo hangat. Hmmm, sangat cukup untuk energi hingga siang berkeliling Kuala Lumpur (KL).
Belum banyak tahu tempat mana yang harus dituju, tapi yang sudah dirancang bisa dijalankan. Naik bis rapid KL hingga KL Sentral Station, lalu berjalan arah UTC Building (Puduraya Terminal). Akan melewati Gereja Holy Rosary untuk melihat jadwal misa Natal pada esok harinya. Gereja ini ketemu setelah nyasar 45 derajat sejauh 1 km. Belum-belum sudah gempor.
Mesin tiket. |
Di tempat ini juga ada peta-peta wisata gratis yang bisa didapat di information centre. Peta yang sangat membantu. Dari sana baru jalan ke Puduraya dan jalan di sekitarnya setelah tiket kepegang. Bis Alisan seharga RM 50 / orang KL - Hatyai. Hotel belum dapat tapi sudah lega, setengah pasti bisa melintas ke Thailand.
Menara Petronas. |
Perjalanan balik ke arah Sungai Way kami lalui dengan LRT dan KTM Komuter. Train yang cepat bersih murah, jelas menyenangkan. Albert dan Bernard excited dapat pengalaman memencet-mencet monitor sentuh untuk mendapat tiket ke satu tujuan. Peta-peta sangat jelas terpampang dengan harga yang jelas, masukkan uang, dan token (koin) pun di dapat. Jika sisa uang, kembaliannya pun akan disertakan.
Token itu dipakai untuk melewati pintu-pintu masuk. Tinggal disentuhkan, dan pintu membuka. Serba teratur dan bersih. Pun cara yang sama kami pakai keesokan harinya.
Hari Natal 25 Desember dibuka dengan memotong kue tart kiriman kerabat lain Den Hendro. Lalu bergegas terburu ke KL Sentral karena misa akan berlangsung pada pukul 09.00. Terlalu mepet, tapi untung malah mendapat tempat di bagian depan. Misa meriah dalam bahasa Inggris. Aku kira ini pengalaman luar biasa bagi Albert dan Bernard.
Mejeng di Batu Cave, di depan restoran India. |
Satu tempat ini sudah sangat-sangat cukup untuk menguras energi. Gua yang besar dan tinggi, menjadi tempat para pemeluk Hindu India bersembahyang dengan tangga-tangga menjulang ratusan. Hufft, benar-benar capek. (Anak-anak tidak sabar padaku sudah berlari lebih dahulu sampai atas.) Makan siang pun ala India. Nasi plus kari dengan umbi-umbian dan kacang-kacangan. Tidak ada daging karena rata-rata warung makan yang ada di sekitar Batu Cave adalah untuk vegetarian.
Mojok, diskusi mbaca peta. |
Bagian bawah Puduraya, dengan bis yang akan membawa ke Hatyai. |
No comments:
Post a Comment