Saturday, January 05, 2013

Akhir tahun 2 : Keliling KL

Segala ada. Yang paling penting : peta gratis bisa didapat.
 (Kisah sebelumnya.)

Bangun pagi saat liburan memang sangat sulit. Tapi kami mesti memaksa diri untuk segera bergegas. Tanggal 24 Desember adalah hari yang cukup cerah, tidak seperti saat kedatangan kami di rumah Mbak Tarti yang diguyur hujan. Makan pagi sangat komplit ambil sendiri dari warung Mbak Tarti. Nasi campur, dan milo hangat. Hmmm, sangat cukup untuk energi hingga siang berkeliling Kuala Lumpur (KL).
Belum banyak tahu tempat mana yang harus dituju, tapi yang sudah dirancang bisa dijalankan. Naik bis rapid KL hingga KL Sentral Station, lalu berjalan arah UTC Building (Puduraya Terminal). Akan melewati Gereja Holy Rosary untuk melihat jadwal misa Natal pada esok harinya. Gereja ini ketemu setelah nyasar 45 derajat sejauh 1 km. Belum-belum sudah gempor.
Mesin tiket.
Setelah numpang ke tandas (toilet) gereja, dan narsis dibantu Dip, satpam gereja, kami jalan kaki ke Puduraya. Rencananya kami mau lihat dan pesan bis ke Hatyai sekaligus hotel yang bisa diinapi selama di sana. Ternyata, perjalanan ke arah ini melewati Central Market dan Pasar Seni (satu kompleks dengan Kasturi Walk juga). Jadi kami nyangkut di sini untuk lihat-lihat sovenir, harga-harga dan makan siang.
Di tempat ini juga ada peta-peta wisata gratis yang bisa didapat di information centre. Peta yang sangat membantu. Dari sana baru jalan ke Puduraya dan jalan di sekitarnya setelah tiket kepegang. Bis Alisan seharga RM 50 / orang KL - Hatyai. Hotel belum dapat tapi sudah lega, setengah pasti bisa melintas ke Thailand.
Menara Petronas.
Sore adalah perjalanan agak gelap karena mendung dan gerimis. Dengan peta, acara kesasar tidak lagi terlalu parah. Maka perjalanan ke Twin Tower Petronas berjalan lancar. Train dan jalan kaki adalah moda perjalanan yang paling asyik, murah meriah. Dan jangan kuatir, pegelnya kan baru terasa nanti saat sampai di rumah. Ndak kehitung deh berapa km jalan kaki naik turun train kami sepanjang hari.
Perjalanan balik ke arah Sungai Way kami lalui dengan LRT dan KTM Komuter. Train yang cepat bersih murah, jelas menyenangkan. Albert dan Bernard excited dapat pengalaman memencet-mencet monitor sentuh untuk mendapat tiket ke satu tujuan. Peta-peta sangat jelas terpampang dengan harga yang jelas, masukkan uang, dan token (koin) pun di dapat. Jika sisa uang, kembaliannya pun akan disertakan.
Token itu dipakai untuk melewati pintu-pintu masuk. Tinggal disentuhkan, dan pintu membuka. Serba teratur dan bersih. Pun cara yang sama kami pakai keesokan harinya.
Hari Natal 25 Desember dibuka dengan memotong kue tart kiriman kerabat lain Den Hendro. Lalu bergegas terburu ke KL Sentral karena misa akan berlangsung pada pukul 09.00. Terlalu mepet, tapi untung malah mendapat tempat di bagian depan. Misa meriah dalam bahasa Inggris. Aku kira ini pengalaman luar biasa bagi Albert dan Bernard.
Mejeng di Batu Cave, di depan restoran India.
Rencananya, usai misa kami tidak balik ke rumah Mbak Tarti, tapi langsung ke Thailand pada malam harinya. Maka sepanjang siang dan sore kami cari satu tempat yang bisa dikunjungi untuk mengisi waktu dan dapatlah : Batu Cave!
Satu tempat ini sudah sangat-sangat cukup untuk menguras energi. Gua yang besar dan tinggi, menjadi tempat para pemeluk Hindu India bersembahyang dengan tangga-tangga menjulang ratusan. Hufft, benar-benar capek. (Anak-anak tidak sabar padaku sudah berlari lebih dahulu sampai atas.) Makan siang pun ala India. Nasi plus kari dengan umbi-umbian dan kacang-kacangan. Tidak ada daging karena rata-rata warung makan yang ada di sekitar Batu Cave adalah untuk vegetarian.
Mojok, diskusi mbaca peta.
Waktu pun habis untuk berpuas-puas motret, dipotret dan narsis. Aku dan Albert juga merasakan dilukis dengan Henna di bagian tangan, macam orang-orang India. Saat kembali ke KL, rasanya memang sudah setengah mati. Tak ada lagi energi walau waktu masih ada sekitar 3 jam untuk berangkat ke Hatyai. Jadinya hanya kami gunakan untuk duduk-duduk di ruang tunggu di UTC Building dan cari makan malam di KFC. Untung tempat ini tidak seperti kebanyakan terminal bis di Indonesia. Begitu nyaman. Ruang tunggu luas dan bersih. Tidak ada pedagang yang mengganggu dan ada loker-loker yang bisa disewa per jam atau per hari jika ingin menitipkan barang untuk jalan-jalan di seputaran terminal. Ada banyak toko berbagai barang yang cukup murah di UTC ini.
Bagian bawah Puduraya, dengan bis yang akan membawa ke Hatyai.
Dan jangan kuatir ketinggalan bis. Penumpang bisa mendapat pemberitahuan keberangkatan bis setiap kali dengan petunjuk pintu-pintu yang jelas sesuai tiket. Jika sudah siap berangkat, kita turun saja ke lantai dasar. Bis-bis sudah menunggu, gak lama terpapar asap, langsung siap berangkat. Dan rasanya jam karetnya tidak terlalu parah walau ada keterlambatan beberapa menit dari jadwal. (Bersambung)

No comments:

Post a Comment