Sampai di kantor setelah mengunjungi beberapa tempat di pagi ini, termasuk mengunjungi tersayang Sely ibu dir Damar yang lagi mau tiduran saja di DKT, aku duduk di kursi kantor langsung melihat tumpukan buku di meja kerjaku. Ini kenapa buku-buku macam gitu yang numpuk di mejaku ini ya?
Coba aku cek dulu, buku paling bawah adalah Kompendium Ajaran Sosial Gereja, terjemahan dari Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian terbitan Ledalero. Buku ini kayak kitab suciku yang kedua, jadi referensi untuk banyak hal dalam hidup dan kerjaanku, hmmm.... kukira sejak tahun 2009 atau 2010 sejak aku menjadi badan pengurus di KKPPMP KWI. Hadiah spesial dari orang spesial yang ternyata sangat berguna bagiku.
Buku kedua, kuning, itu masih sama urusan dengan buku sebelumnya. Ringkasan ASG juga dari Komisi PSE KWI. Lalu buku ketiga adalah Jurnal Perempuan pas ngambil tema Politik dan Keterwakilan Perempuan. Jurnal tua tapi kuambil sejak beberapa bulan lalu saat kampanye pemilu sedang hangat-hangatnya.
Buku keempat yang item itu fotokopian buku tua, Terompah Usang yang Tak Sudah Dijahit. Buku yang secara beruntung kudapat dari seorang pembaca blog karena aku teriak-teriak mengeluh pengin baca buku itu lagi sedang bukuku sendiri sudah lenyap entah kemana.
Buku kelima, adalah panduan untuk pendamping perempuan korban kekerasan. Aku membolak-balik lagi buku ini gegara beberapa kasus kekerasan terhadap perempuan yang sempat mampir di panca inderaku. Buku tipis keenam adalah nota pastoral KWI 2018 tentang panggilan Gereja dalam hidup berbangsa. Iyalah, aku mesti baca-baca ini selama masa kampanye kemarin, biar dapat pegangan.
Buku ketujuh adalah buku garapanku bersama Tim Penjaga Obor GATKI tentang budaya hidup damai. Buku yang diluncurkan tahun lalu ini masih menyisahkan PR untuk dikerjakan. Tapi sementara tersuruk begitu saja di meja.
Nah buku paling atas ya buku yang paling akhir kudapatkan dari Klasika Lampung, tulisan-tulisan tentang pemikiran Gus Dur. Nah, nah, nah.
Buku-buku ini sedang jadi bacaanku akhir-akhir ini dan beruntung banget aku memilikinya sebagai referensi dan bahanku. Buku baruku memang langka karena aku sedang takut masuk toko buku. Taku tergoda menghabiskan ratusan ribu untuk buku sedang kebutuhan lain sedang mendesak. Huhuhu... Yang penting masih ada buku-buku di sekitarku. Buku, pokoke buku!
No comments:
Post a Comment