MENGUJIMU 1
Sebuah kotak menggeletak antara aku dan dirimu, suamiku.
Setiap senyum muncul dari bibirmu, kotak itu terbuka
aku meraup senyummu, menyimpannya dalam kotak
dan memantrainya dengan senandung sajian.
(Istri melemparkan pandangan pada pucuk turi yang melambai
mengingat getah jelatang dan duri mawar yang berbelit
dalam setiap senyum suaminya. Dia mengusap dadanya yang iri
memuji-muji kebahagiaan bunga-bunga turi tanpa berkelit.)
Banyak pertanyaan yang kau luapkan walau tanpa suara
aku juga tak hendak menjawabnya selain terus duduk
di samping kotak, di sampingmu, menjaga kotak, menjagamu.
(Istri memandang wajah suaminya dengan tanpa rela
mengingat segala duga yang mengerdilkan sukma merdeka
yang mengikat hatinya sekecil seperjuta biji kemangi.)
Dalam kesadaran aku menunda kehadiran anak-anak keabadian
pangkuanku menjadi kekecewaan sepanjang abad
mengulang perbincangan tentang harga diri, kebohongan, ujian
dan aku memutuskan kelahiran tak harus secepatnya kuejan.
Ya, suamiku, aku telah sedang mengujimu.
Setengah merintih kukatakan, kau tak mampu melewatinya.
Yang kukatakan gagal adalah kau dan aku duduk berdampingan,
dengan sebuah kotak selalu ada antara kita.
(Istri merapikan kain sidomukti melilit kaki
memperbaiki goresan alis matanya, mempertahankan kotak itu
di sampingnya, di samping suaminya, antara mereka.
Lalu dia membasahi tenggorokannya bersiap untuk berteriak.)
Aku telah mengujimu, suamiku, dan kau gagal meriakkan hati
Aku memilih menyelesaikan tanggungjawab fanaku
kini menyiapkan pemakaman bagi tali temali gemuk kakiku.
(Istri menyeka bibirnya mendaraskan lelagu
yang dulu menemaninya setiap malam
dibiarkannya terbang.)
No comments:
Post a Comment