Saat aku ke ruang atas kantorku ketemu Rm. Bambang dan Sr. Fidelis, entah gimana ujung pangkalnya ngobrol ngalor ngidul, eh kok nyandak cerito tentang bapak Sam, dan aku spontan menggambarkan pak Sam yang galak pada saat aku masih kecil. Disiplin tinggi bahkan pernah nyabet pakai gagang kemocing.
Hmmm, begitu sampe di ruanganku sendiri aku mikir lagi tentang bapakku ini. Pak Sam, apakah segalak yang sudah kuceritakan itu? Bahwa dulu aku termasuk paling takut sama bapak di banding orang-orang lain ya memang iya. Tapi aku inget aku juga dimanja. Dulu aku suka tidur di belakang pantat bapak kalau bapak masih kerja di ruang tamu. Lalu pura-pura tidur biar digendong masuk kamar. Aku juga suka aroma bapak yang kental bau asap rokok. Malah dulu aku sering nglelesi bekas rokok bapak untuk kusimpan, kucium-cium, kuhisap-hisap. Kalau bapak tak ada di rumah ya nyari-nyari di tempat bapak biasa duduk, atau biasa bekerja.
Jadi kemudian aku harus mengoreksi yang sudah kukatakan pada obrolan parikeno tadi. Bapakku ndak galak. Malah sangat baik. Dan sejak aku lulus SMA, bapaklah teman diskusi tentang segala hal. Pelindung nomor satu. Bahwa sekarang sudah tidak banyak ngobrol, aku tetap mengingat beberapa prinsip yang sudah bapak tanamkan dengan segala cara.
Soal disiplin ya, itulah Pak Sam. Orang sosial super sosial, ya memang itulah bapak. Soal tampil di depan umum, bapaklah guruku yang pertama. Juga tentang seni apa pun, bapaklah yang menyemai keberanian dalam diriku untuk kukembangkan.
Tadi pagi ibu mengirim pesan lewat WA sedang berada di rumah sakit Baptis Kediri, kontrol rutin bersama bapak dan mereka mendapat nomor antrian berurutan ke dokter jantung. Aku tahu situasi rumah sakit itu dan bagaimana mereka akan menjalani hari ini di rumah sakit itu. Hatiku ikut bersama mereka. Jadi kangen Kediri, kangen pak Sam juga ibu Titik, juga segalanya yang ada di sekitarnya.
No comments:
Post a Comment