Lama aku tidak lagi diam
terlalu banyak bahasa keluar dari kerongkongan
walau ternyata hanya lengkingan tak makna
bahkan tak bisa kumaknai
pagi ini aku bersama candaMu
yang luar biasa bagi udara hambar
aku merengut awalnya
"Kemarin Kau sodorkan awan-awan mendung
sampai habis udara aku meniupnya!"
aku merajuk.
dan Kau tersenyum di ujung pelangiMu
mengangkat kaki dengan gaya kuasa
menggelitik pipiku
"Dan sekarang Kau tantang aku
untuk membawa awan-awan hitam selaksa, sejuta, terserah
dalam sekejab akan Kau tiup?"
aku terpana.
tertawaMu ngakak hingga aku melemparkan bantal
mengenai perutMu yang semakin meruapkan tawa
membahana di seputar pagi
"Ya, ya, aku akan diam
kini bersuaralah. Dan tiuplah awan-awanku."
aku terpeluk.
No comments:
Post a Comment