Hari Sabtu, 3 Januari, sudah aku bayangkan sebagai hari yang lelah. Karena ada beberapa kegiatan di beberapa tempat. Dan aku masih punya PR, menggarap materi untuk anak-anak muda SSV pada tanggal 4 Januari. Belum ada ide.
Saat malam, sepi. Suami ke Kalianda, anak-anak tidur kecapekan, aku bawa beberapa buku di depan tv, alat tulis, HP. Siap membuat konsep tentang Komunikasi dan Pelayanan.
Sedetik, semenit, sejam... Otakku hilang! Astaga! Aku panik kelimpungan menggapai-gapai candu yang bisa membantuku. Semakin tak kutemukan, semakin sakauw, semakin sengsara. Bukan hanya gemetar tapi bergetar seluruh tubuhku menahannya. Rasa ketagihan yang tidak bisa diceritakan bagaimana rasanya. Aku nyalakan dupa dekat kakiku, tapi bau asap malah membuatku tercabik-cabik. Aku matikan lampu tapi kegelapan menyergapku dalam kegetiran.
Aku menderita dalam sakauw jika candu itu tidak kutemukan. Menangis melolong mencoba menyegarkan mataku dari air mata. Aku berlari kesana kemari sekedar untuk menghentakkan kaki dan merontokkan kepedihan. Aku tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukan, tanpa candu.
Hingga menjelang subuh, hanya beberapa coretan kata di kertas konsepku. Setelahnya aku tertidur dalam mimpi buruk.
(Bagaimana sesuatu bisa sangat mempengaruhiku sebesar candu bagiku seperti itu? Bahkan tamparan tak membuatku sadar juga.)
No comments:
Post a Comment