|
Gerbang masuk, 7 km jalan raya lintas timur. |
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu tempat khas Lampung yang cukup populer di Indonesia maupun dunia. Setelah hampir 13 tahun tinggal di Lampung, kesempatan untuk mengunjungi taman konservasi gajah Sumatera ini pun kesampaian (Minggu, 23 September 2012).
Letaknya ada di Lampung Timur, dengan beberapa alternatif jalan untuk menuju ke sana. Bandarlampung - Metro - Way Jepara (112 Km), menggunakan mobil
+ 2
jam. Bandara Raden Inten 2 (Branti) - Metro - Way Jepara (100 Km), menggunakan mobil
+ 1.30 jam. Pelabuhan Bakauheni - Panjang - Sribawono - Way Jepara (170 Km), menggunakan mobil
+
3 jam. Dermaga Labuan Meringgai (kapal motor) dilanjutkan dengan kendaraan darat ke Way Jepara
+ 45 menit.
|
Gerbang berikutnya, masuk ke pusat konservasi gajah. |
Kami memilih Metro karena jalan lumayan bagus walau agak memutar. Lewat Tanjungbintang- Sribawono tidak recommended karena jalanan sedang rusak parah walau sebenarnya lebih pendek jaraknya.
Sekitar 1,5 jam kami tiba di pertigaan dengan penunjuk arah TNWK ke kiri. Dari jalan lintas timur itu, sekitar 7 km akan menemui pintu gerbang TNWK. Ada petugas di loket, bisa ditanya-tanya seperlunya. Ongkos masuk hanya Rp. 2.500 per orang, Rp. 6.000 / mobil dan ditambah sumbangan Rp. 5.000 untuk satu kali parkir. Harga yang kelewat murah untuk masuk cagar alam yang luasnya 125.621,3 hektar ini. (Selengkapnya tentang TNWK silakan masuk ke web resmi mereka, bisa klik
di sini dan
di sini.)
Ada percabangan jalan di gerbang ini. Yang ke kanan untuk pusat pelatihan gajah, sedang ke kiri ke Way Kanan (Aku ingin agendakan suatu waktu nanti ke sini. Way Kanan ini punya alam yang yahud seturut dokumentasi yang pernah kulihat, juga ada konservasi badak. Baru beberapa waktu lalu ada badak yang lahiran di sana). Tujuan utama kami melihat gajah, maka kami memilih jalan ke kanan, sekitar 9 km sampai di tempat para gajah sekolah.
Usai parkir, kami celingak-celinguk, belum tahu lokasi, sedangkan informasi sangat-sangat minim. Beberapa petugas yang ada tidak proaktif memberikan penjelasan. Yang pertama mereka sodorkan bukan pengetahuan tentang TNWK tapi menawarkan naik gajah.
|
Naik gajah. |
"Paket pertama jalan keliling halaman ini Rp. 10.000, atau paket yang lebih lama jalan sekitar 30 menit keliling lokasi Rp. 75.000, per orang. Ini harga turis lokal." Berarti ada harga lain untuk turis manca. Karena memang tidak tahu harus bagaimana dulu, ya aku memilih naik gajah. Jarak pendek saja ditemani Albert lalu Albert, Den Hendro dan bapak melanjutkan ikut paket keliling. (Ohya, aku jalan ke TNWK bersama Albert, Bernard, Den Hendro, Bapak Soeliham, Denmas Bejo, dan Pak David.)
|
Mana ya yang bisa dipih untuk oleh-oleh? |
Sembari menunggu tiga orang itu keliling, kami yang tersisa juga keliling di sekitar lokasi. Ada kantor perhutani, ngobrol dengan polisi hutan yang kesanku kurang tahu tentang tempat tugas. Tidak ada brosur atau famlet yang bisa diminta. Minim informasi sugnguh. Ada beberapa kolam tempat mandi dan minum gajah. Ada barak para petugas, dekat calon bangunan rumah sakit gajah. Lalu lapangan luas tempat tidur gajah. Kalau malam, gajah-gajah itu akan digiring ke lapangan ini. Dirantai pada tonggak-tonggak dengan setumpuk dedaunan di dekatnya.
Kemudian juga para penjaja souvenir di satu sisi. Kami memborong boneka gajah harga Rp. 20.000 dengan tulisan di sisi badannya. Juga ada kaos, gantungan kunci dan stiker. Tidak banyak variasi, tapi cukuplah untuk kenang-kenangan pernah mengunjungi tempat ini.
|
Berpose di rumah gajah. Ada 66 gajah besar kecil tinggal. |
Ohya, kami sempat melihat atraksi gajah. Ini tidak terjadi tiap minggu, maka kami termasuk beruntung bisa melihatnya di salah satu lokasi yang memang diperuntukkan bagi atraksi gajah. Tidak lama, hanya sekitar 30 - 45 menit, dengan membayar Rp. 10.000 per orang.
Dan tentu saja kami foto bersama gajah sangat-sangat banyak. Bisa foto sangat dekat karena sudah jinak dan terlatih bersahabat dengan manusia. Para petugas sangat ramah, jadi bisa minta tolong untuk diambilkan gambar.
Perjalanan pulang jam 16.30-an, kami mendapat bonus melihat monyet dan babi hutan yang ternyata masih sangat banyak di hutan-hutan lindung itu. Sesekali mereka merapat berkeliaran di jalanan, membuat kami heboh menuding dan melemparkan pisang-pisang muli yang kami beli di gerbang TNWK saat masuk lokasi ini. Sebagian kecil sih pisang yang dilempar ke mereka karena kebanyakan sudah kami makan sepanjang jalan. Hehehe.