"Bu Yuli, jangan pulang dulu. Aku mau pamer sesuatu."
Aku yang sudah hendak beranjak seusai menghabiskan gelas minumku, kembali duduk. Menarik kata pamitku untuk si bapak, dan meladeni si ibu. Dia masuk ke dalam rumah, lalu beberapa detik kemudian sudah berdiri di depanku dengan seorang bayi di gendongan.
"Ini dia!"
Wajah ibu usia 53 tahun itu berapi-api.
"Aku dapat anak lagi. Perempuan. Cantik. Lihat."
Wah. Aku melihatnya sebentar bengong, tapi kemudian menyambut bayi usia 2,5 bulan itu di dadaku. Ringan. Kelihatan tubuhnya sedang mulai penuh gembung, sedang full dengan daya tumbuh. Dia menggeliat sebentar begitu di tanganku, tapi kemudian meneruskan lelap di dadaku.
"Ini anakku." Si ibu berujar bangga.
Tanpa peduli apapun, dia mencintainya. Jelas tergambar di wajahnya. Mungkin bukan dari rahimnya, mungkin tidak dikenal asal usulnya, mungkin berharu berpilu kisahnya, tapi ibu itu merengkuhnya jadi anak, menambah empat anak yang sudah dirawatnya terdahulu. Anak-anak dari rahim maupun bukan dari rahimnya sendiri.
"Dia anteng sekali, bu. Cantik." Aku memujinya dengan kobar yang sama. Terlihat bayi itu nyaman dalam pelukanku. Sesekali pembuluh-pembuluh susu dan rahimku bergelenyar. Rasa keibuan mengental spontan dalam keriaan tak berujung, tak beralasan, tak terperikan. Perasaan yang selalu muncul kalau aku menggendong bayi.
"Tapi jangan dibawa pulang ya." Gurau si ibu meledekku. Mungkin melihat wajahku penuh hasrat.
Aku mengelus rambut dan kepala bayi perempuan itu sembari mendengarkan si ibu bercerita tentang segala hal. Namanya Asa. Aku bersihkan belek di ujung-ujung matanya. Ada senyum samar mengambang di sela tidurnya.
"Asa, semesta alam memberkatimu." Ujarku dalam hati. Masih mendengarkan kisahnya, hingga bermenit-menit lama kemudian, dengan bayi di dadaku dan si ibu di sampingku, dan si bapak di ujung sana tersenyum mengamati kami, sesekali menimpali singkat.
"Ibu sungguh luar biasa." Ujarku dengan setulus hati pada si ibu.
Aku melupakan beberapa janji yang harusnya aku penuhi siang itu. Ah, ini bayi perempuan yang kesekian kalinya kutemui dalam tahun ini. Bayi-bayi hasil panen kehidupan. Akan hidup dan menghidupi kehidupan.
Aku beruntung pernah menggendong dan masih bisa menemuinya hingga nanti. Bahkan mungkin saat tidak lagi menjadi bayi.
No comments:
Post a Comment