ISBN : 9789792125054
Author : J. Sudrijanta
SJ
Language : INDONESIA
Date Published : NOPEMBER 2009
Published : Kanisius
Type : SOFT COVER
No. of Pages : 304
Dimensions (cm) : 13 x 18
Ada 50 judul tulisan buku
ini. Tulisan-tulisan yang tidak dimaksudkan untuk menyajikan gagasan teologis,
filosofis atau bahkan menafsir Kitab Suci atau ide spiritualitas tertentu.
Penulis dalam pengantarnya mengatakan ingin mengajak pembaca untuk berjalan melampaui
itu semua, melampaui semua doktrin, melakukan penyelidikan bersama atas
berbagai pertanyaan tentang kematian dan kehidupan, manusia dan dunia, Allah
dan kebenaran yang tidak pernah ada jawaban pastinya.
Tentu saja pembaca yang
harus membuktikan ajakan itu sendiri. Maka tidak heran dalam tiap judul tulisan
pasti ada pertanyaan-pertanyaan yang mengajak pembaca, maupun penulisnya
sendiri mungkin, untuk terus bergulat dalam jawaban-jawaban dan tentu
menelurkan pertanyaan lagi selanjutnya. Penulis telah menyajikan banyak sekali
kemungkinan yang tidak ada kepastian.
Misal pada halaman 63,
penulis menulis pertanyaan : Bagaimana menjadi kaya secara duniawi sekaligus
kaya secara rohani menjadi mungkin? Pertanyaan itu diungkapkan setelah penulis
menyajikan paradoks antara kemiskinan dan kebenaran, juga tentang kekayaan para
koruptor maupun penguasa negara. Penulis sudah menyatakan upaya-upaya
manipulasi hal-hal rohani untuk tujuan keuntungan materi dan kenyamanan
duniawi. Ada banyak ‘jalan penebusan’ atas kesalahan melalui proyek sosial.
Sungguhkah ‘keseimbangan’ macam itu membawa pada kekayaan rohani?
Penulis menunjukkan
pilihan untuk menjadi merdeka. Memiliki batin yang lepas bebas adalah batin
yang kaya, yang memampukan untuk berjuang dengan damai dalam dunia yang tamak
dan serakah. Kekayaan tidak lebih bernilai dari kemiskinan, kesuksesan tidak
lebih bernilai dan kegagalan, sehat tidak lebih bernilai daripada sakit.
Pun judul-judul yang lain
menawarkan ajakan untuk melihat kekonkretan manusia. Bisa dilihat dari
judul-judulnya seperti Jejak Langkah menuju Allah, Memahami Rasa Sedih, Tinggal
di Rumah Abadi, Seni Beristirahat, Bebas dari Belenggu Keterikatan, dan
sebagainya. Dan semuanya mengaitkan gerakan batin dengan gerakan sosial.
Revolusi batin adalah revolusi sosial. Keduanya tidak terpisahkan.
Dan penulis mengambil
contoh aksi revolusioner seorang aktifis 2000 tahun lalu. Ia, Aktifis itu,
telah dikobarkan bukan oleh ideologi atau kepercayaan, kebencian maupun
kemarahan, namun Dia dikobarkan oleh api cinta. Maka aktifis ini membersihkan
Bait Allah dari penyalahgunaan kekuasaan politik dan agama.
“Menggerakkan roda
revolusi yang sejati itu seperti membangun rumah di atas wadas. Wadas yang
tidak lain adalah nyala api cinta atau keindahan, energi vital tindakan murni,
atau energi vital revolusi sejati.” Hal. 404. *** (dimuat dalam Nuntius edisi Oktober 2012)
No comments:
Post a Comment