Aku punya empat buku Proses Kreatif, Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang, editor Panusuk Eneste. Jilid 1 - 4 itu aku dapatkan secara tidak sengaja. Dua jilid pertama aku dapatkan saat aku membongkar gudang tak tersentuh punya kantor. Yang jilid 3 aku dapat sebagai kado dari Indri. Dan jilid 4 aku dapatkan dari suamiku saat dia ngubeg bazar murahnya Gramedia.
Beberapa hari terakhir ini aku sedang mengulang-ulang beberapa tulisan dalam buku itu. Aku acak saja sesuka hati. Keempatnya ada di depanku, aku lihat deretan penulisnya yang terpampang di sampul depan. Misal dalam jilid 4, aku suka sekali membaca proses kreatif Ahmad Tohari, juga Motinggo Busye. Di jilid 3 ada YB. Mangunwijaya. Di jilid 2 aku baca ulang Pramoedya Ananta Toer, Sitor Situmorang. Di jilid 1 ada NH. Dini, AA. Navis. Sebagian lain aku baca sepenggal-sepenggal.
Tulisan-tulisan itu membuatku berkhayal-khayal bahwa suatu ketika Panusuk akan menghubungiku dan memintaku untuk menuliskan proses kreatifku, mengapa dan bagaimana aku mengarang. Hehehe...jadi kemudian aku mulai berdebar-debar, sedikit panik. Ah, ya, menulis hal seserius itu tentu butuh waktu yang lama bagiku. Dan pasti lebih menguras energi dari pada menulis puisi-puisiku atau cerpen-cerpenku.
Lalu aku jadi berpikir, apa tidak lebih baik aku mulai menyiapkan tulisan yang diminta Panusuk itu dari sekarang? Jauh sebelum dia benar-benar memintaku disertai tenggat waktu yang tak mungkin dilanggar? Sepertinya memang harus mulai kusiapkan dari sekarang, sehingga saat Panusuk nanti menyuratiku, menghubungiku lewat email atau telepon, aku benar-benar sudah siap.
Ya! Aku akan mempersiapkannya mulai dari sekarang. Aku kira ini ide yang baik. Sangat baik. Hmmm... aku semakin berdebar-debar.
No comments:
Post a Comment