Kai (72) meninggal kemarin (Senin, 19 Nopember 2012). Kabarnya jam 14.00, menghembuskan nafas terakhir di RS. Advent Bandarlampung. Tidak terlalu mengagetkan karena Kai sudah sakit dari setahun lalu, dan sebelum meninggal mengalami koma dari hari Minggu pagi.
"Malam Sabtu itu aku mendengar Kai batuk beberapa kali. Lalu tidur bahkan ngorok, sampai pagi. Ketika pagi-pagi belum juga bangun, lalu kami bangunkan. Tidak bangun. Jadi kami bawa ke rumah sakit." Jelas anak mantunya.
Aku sempat menjenguk ke rumah sakit di ruang ICU. Kai dalam kondisi koma. Telapak tangan dan kakinya dingin sekali, dengan nafas yang berat bersuara seperti ngorok. Air matanya berlinang, itu terlihat ketika diajak bicara. Tapi tidak ada gerakan lain lagi. Matanya kosong menatap ke atas, dan seluruh badannya terbujur tak bergerak selain guncangan karena nafasnya yang tersengal berat. Selang-selang tertancap di hidung, mulut, dan lengan. Beberapa kabel terpasang juga di dada.
Aku pulang ke rumah menjelang pemakaman. Halaman rumahku pun ramai orang karena Kai tinggal persis di depan rumah. Usai Magrib Kai dimakamkan di pemakaman perumahan Polri Hajimena setelah disholatkan di Masjid. Aku mengikuti prosesi dengan kelu. Tak tahu harus melakukan apa, berpikir apa atau mengatakan apa. Lantunan doa tak henti di kepalaku.
"Ini yang terbaik. Juga terbaik bagi semua." Batinku.
Ah, 10-an tahun Kai aku kenal karena tinggal di depan rumah. Pernah menempati rumahku sementara waktu sambil menunggu rumah bersama anak-anaknya itu selesai dibangun. Tapi bahkan aku lupa, siapa namanya ya? Kai adalah panggilan kakek dari bahasa Banjar, karena dia pernah tinggal di sana.
"Kai, selamat jalan. Semua akan baik-baik saja. Kau bisa melihat nenek, Tatik, dan semua anak dan cucumu dari atas sana dengan damai. Selamat jalan, Kai."
No comments:
Post a Comment