Sunday, November 25, 2012

Membanggakan Anak-anak

Di Malioboro saat libur lalu.
Setiap ibu akan sangat sulit untuk bersikap obyektif saat memberikan penilaian atau menceritakan anaknya. Aku kira kecenderungan ini tidak hanya berlaku pada satu dua orang saja, tapi kebanyakan ibu. Pun aku! Hehehe. Seringkali ketidak obyektifan ini agak keladuk bangga sombong. Bukan berarti ibu tidak melihat sisi buruk atau negatif dari anak, hanya menutupi dengan tidak menceritakan yang 'bagian itu'. Alhasil memang seluruh cerita menjadi tidak seimbang, seolah-olah anaknya adalah orang paling hebat sedunia.
Nah sebaliknya, seorang ibu akan cenderung sinis jika mendengar ibu lain bercakap seru tentang anak-anak mereka. Jadinya tidak antusias mendengarkan, dan pengin 'ngejori', nyaingi dengan cerita lain tentang anak-anak mereka sendiri.
"Kalau anak saya...bla...bla...bla..." Tidak mau kalah.
Bisa jadi kesinisan ini merupakan ujung dari pemahaman bahwa para ibu yang lain itu ya sama saja dengan diri sendiri. Jadi walau bibir tersenyum kepala manggut-manggut, dalam hati menyimpan rasa,"Ah, anakmu gak sepenuhnya seperti itu. Sama seperti kalau aku cerita tentang anak-anakku, ada bagian yang tidak kuceritakan juga."
Hehehe...sebegitu pahamnya aku akan situasi ini, ternyata aku pun melakukan hal yang serupa juga. Jika yang diceritakan tentang anak-anak, maka anak-anakkulah yang paling top, the best of the best lah. Walau aku cerita tentang kesalahan, kenakalan, kenaifan mereka, aku tetap bisa menemukan sisi yang bisa kubanggakan dari kisah itu.
Mungkin, ini sebentuk harapan. Mungkin juga ini menggelapkan mata para ibu. Tapi, harapan adalah doa, adalah sugesti. Maka aku akan tetap melakukannya, aku rasa. Anak-anakku selalu anak-anak yang paling tepat bagiku. Begitupun anak-anak lain selalu paling tepat bagi ibunya masing-masing. Maka tentu saja mereka adalah anak-anak paling hebat yang pernah ada.

No comments:

Post a Comment