Saturday, November 03, 2012

Membolak-balik Buku Rahimku Bukan Kos-kosan

Judul          : Rahimku Bukan Kos-kosan
Penulis       : Yessy Sinubulan
Penerbit     : Gerrmedia Komik
Halaman    : 250 halaman isi
Cetakan 1 : Mei 2012
ISBN        : 978-602-99921-3-7


Judul dan cover depan buku ini begitu menggoda. Warna ungu dengan gradasi lembut dari atas ke bawah menjadi warna dominan, selain warna hitam pada siluet orang hamil dan tulisan, dan krem sebagai latar judul. Warna lain yang muncul adalah merah dan putih.
Judul Rahimku Bukan Kos-kosan, sudah menandakan pembaca yang disasar, yaitu orang muda, pelajar atau mahasiswa, yang familier dengan kehidupan kos-kosan. Dan sebuah pesan dengan lugas disampaikan di bawah judul itu "...tidak benar jika setelah aborsi kamu bisa pulang dan tidak merasakan apa-apa..." Penulis jelas menandaskan di mana dia berdiri : Dia tidak setuju dengan aborsi! Lebih terlihat jelas ketika kita membaca halaman usai daftar isi. Sebuah ilustrasi dengan tulisan Abortion is murder! Terpampang jelas, sejelas pikiran penulisnya.
Ada 24 judul cerpen yang dikumpulkan dalam buku ini. Semua mengambil tema aborsi, yang dilakukan oleh berbagai kalangan : orang muda, mahasiswa, ibu rumah tangga, pelacur dan sebagainya. Perempuan-perempuan disodorkan oleh penulis sebagai tokoh-tokoh yang mengkuatirkan hidupnya, mengkuatirkan 'sesuatu' yang mungkin atau pasti ada di rahimnya, juga didampingi laki-laki yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah 'janin' maupun 'aborsi', entah di pihak manapun.
Setiap judul sering kali diselipi sebuah data tentang pernak-pernik yang berkaitan dengan aborsi. Misal usai memampang cerpen dengan judul Aku dan Beberapa Potong Nanas, penulis menambahkan sebuah kotak bertuliskan  : Tahu tidak sih?Nanas mengandung bla, bla, bla, dst. Juga di beberapa bagian lain tentang proses aborsi, akibat aborsi, fakta-fakta tentang aborsi dsb. Seperti menyajikan sebuah referensi untuk sebuah aborsi. Seolah ada kekuatiran penulis bahwa apa yang sudah dituangkannya dalam cerpen-cerpen itu tidak cukup kuat menyampaikan pesannya tentang aborsi!
Membaca buku ini secara lengkap, membawa kita pada seluruh permasalahan aborsi dalam rumah tangga, masa remaja yang sibuk mencari, kelalaian, kenakalan, dan sebagainya. Bahkan juga menyinggung ranah sosial ketika Perempuan yang Mengaborsi pada Suatu Pagi memakai setting pemerkosaan di bawah acungan senapan, atau Panggil Aku Cina. Dan beberapa cerpen yang memakai setting budaya lokal di Indonesia yang menempatkan perempuan pada posisi kurang beruntung, bahkan (atau terutama?) ketika hamil. Dengan melihat keutuhan seluruh buku, sulit dikatakan bahwa buku ini sekedar buku kumpulan cerpen. Buku ini lebih dari sekedar kumpulan cerpen dengan melihat pesannya yang menggebu dan juga referensi-referensinya. Ditulis secara fiksi, namun penulis juga memaksa eh mendorong pembaca melihat bahwa ini adalah fakta.
Beberapa pemilihan kata mestinya masih dikaji ulang jika dimaksudkan untuk sebuah buku kumpulan cerpen dengan pesan 'kampanye' anti aborsi ini. Yah, mungkin itu ruang yang coba dikompromi antara penulis dan pasar. Andai masih ada waktu yang cukup untuk refleksi, pengendapan, penulis pasti akan menemukan cara yang paling tepat sehingga cerpen-cerpen itu tetap memampangkan pesan itu secara kuat, tanpa kehilangan makna sastra.
Bukan berarti buku ini bisa dilewatkan begitu saja. Lihat beberapa cerpen, seperti Bunga Kuning Tanpa Daun atau Harinake. Dua cerpen ini menguat, bahkan andai dibaca tanpa catatan apapun, atau bahkan saat dibaca begitu saja tanpa bingkai sebuah buku anti aborsi (atau buku kumpulan cerpen anti aborsi?). Mereka tetap menjadi cerpen, cerita pendek, dimana kita dapat mengintip sebuah rumah lewat jendela yang sudah terbuka setengah. Terasa seluruh rumah, namun terlihat hanya sebagian ruangnya. Itulah cerpen.

No comments:

Post a Comment