(Kisah sebelumnya. )
Hmmm, aku yang harus pegang kendali. Aku tidak akan membiarkan mereka membuat semua ini berlarut-larut.
"Aku mau Dew kembali. Brain, kau tidak menginginkannya kan?"
Brain diam memandangku dengan mata tak mengerti. Cepat aku mengalihkan pandangan ke Heart.
"Heart, aku mencintaimu. Tapi, kau mesti belajar mengalah juga."
Heart diam, ada lekukan tidak terima di bibirnya, namun matanya menatapku lembut.
"Dan kalian semua, aku membutuhkan kalian. Jadi bantulah aku."
Mereka pelan-pelan duduk di kursinya masing-masing. Brain cepat-cepat mengandengku untuk duduk di tahtaku. Aku melihat sekilas senyum di bibirnya. Ah, dia selalu menjadi penjagaku. Aku sengaja bertumpu pada tangannya ketika mulai menekuk kakiku untuk duduk.
"Kali ini, aku yang akan menjadi pemimpin kalian. Tidak ada lagi kerja masing-masing. Semua mesti dalam kesadaranku, kendaliku. Brain akan membantuku dalam pembagian tugas." Aku memandang Brain. Dia mengangguk.
"Kita tidak akan menggantungkan diri lagi pada angin, para Gobi, maupun hujan, ..." Aku menghela nafas. Heart kelihatan sedikit gelisah, namun dia tetap di kursinya dan memandangku.
"Dan kita akan menggunakan strategi." Brain berdehem. Kedengaran lebih keras dari biasanya.
"Pertama-tama adalah membuat gambaran yang tepat tentang Dew. Kita akan membuat sketsanya. Wajahnya, tubuhnya, dan segala ciri tentangnya. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa Dew seperti itulah yang akan kita cari, bersama-sama. Bukan Dew menurut gambaran Brain, Heart atau salah satu dari antara kalian. Dew sejati, dan tidak salah lagi."
Brain mengacungkan tangannya. Kelihatan wajahnya lebih cemerlang dari biasanya.
"Putri, putriku yang mulia. Aku akan menyiapkan segala alat untuk membuat gambar seperti itu. Seluruh kotak-kotak kenangan akan menjadi referensi. Dan selama itu, Heart akan menemanimu untuk mencatat segala perasaanmu terhadap Dew, juga seluruh kerjap yang kau tangkap saat berjumpa dengan Dew."
Aku setuju. Brain melanjutkan dengan mantap.
"Yang lain berjaga-jagalah. Eyes, Noses, Mouth, Ears, Skins, rapikan pasukan kalian masing-masing. Siagakan mereka, dan pekalah. Kami akan memanggil kalian setiap kali dibutuhkan. Gambar itu akan cepat kita selesaikan, secara detail dan cermat."
Semua menyatakan persetujuannya. Aku mengibaskan tangan, tanda mereka semua boleh pergi. Brain dan Heart yang paling akhir pergi. Brain menciumku dengan kasihnya. Suatu yang biasanya paling enggan dilakukannya. Lalu ia berjalan tegak ke tempat dimana kotak-kotak kenangan yang penuh data dan pengalaman disimpan. Sedang Heart mengajakku ke taman, mencari tempat paling nyaman, dan mulai memijit kakiku. * (Bersambung)
No comments:
Post a Comment