Friday, July 06, 2012

Perjalanan ke Taiwan (4) Menjadi Buruh Migran yang Aman

Bersama beberapa peserta lain dan panitia.
Ada 13 orang yang hadir dalam pertemuan ini. Pertemuan untuk grup Asia yang difasilitatori oleh ICMC dan FABC dalam bidang buruh migran. Berasal dari negara-negara se Asia. Selain dari Korea Selatan yang diwakili 2 orang, negara lain hanya diwakili oleh 1 orang saja, dan aku mewakili KWI, mewakili Indonesia, dan mewakili perempuan. Seperti tahun lalu di Bangkok, pertemuan ini didatangi oleh para uskup dan pastor, dan aku menjadi satu-satunya peserta perempuan.
Tempat menginap dan rapat.
Rapat full di ruangan pada tanggal 25 - 26 Juni, di Hsiang Shan Pastoral Center, Hsinchu. OC digawangi Fr. Loloy dibantu Rose dan Fr. Tata.
Ada beberapa sesi dalam rapat mulai dari menggali situasi terkini migrasi antar negara hingga membahas hal konkret yang bisa dilakukan oleh Gereja Katolik dalam konteks ini. Beberapa point menjadi kesepakatan sebagai hasil rapat. Semuanya ingin diarahkan untuk mengeliminasi korban buruh migran dari berbagai negara, yang sekarang ini didominasi oleh orang-orang dari negara-negara Asia.
Indonesia termasuk negara asal buruh migran yang besar. Aku yakin di Indonesia gerakan untuk memperdulikan hal ini pun ada walau belum signifikan mengurangi jumlah korban yang sangat banyak. Geraja Katolik sebagai institusi agama harusnya ikut berperan dalam upaya ini. Pertama, yang paling konkret sudah mencuat dari pertemuan tahun lalu adalah dengan memasukkan isu ini dalam pastoral keluarga. Lebih detail lagi, tema ini akan dibahas dalam pertemuan tahun depan.
Aku berharap memberikan warna juga dalam upaya ini. Bukan sebagai bagian dari Gereja semata, itu sama sekali tidak penting. Tapi sebagai bagian dari seluruh gerakan manusia. Upaya menjadi lebih manusia, dengan menghargai seluruh ciptaan.
Saat perkenalan dalam salah satu sesi kunjungan.
Pertemuan ini telah membuatku meluruhkan airmata pada hari pertama lewat kunjungan ke berbagai shelter. Dalam proses rapatnya, pertemuan ini pun membuat diriku berkobar kembali dalam beberapa niat. Aku berharap kriting otak dan lidahku karena bahasa Inggris (bahasaku sungguh bahasa Inggris kampungan) tidak berhenti hanya dalam rapat yang mahal ini, tapi juga bisa berlanjut dalam kerja konkret seterusnya dalam peziarahan dunia. (hehehe...sekarang bahasa Indonesiaku pun jadi kampungan. Wih.)

No comments:

Post a Comment