Karena lagi asyik membayangkan jalan-jalan terus, sekalian saja aku tulis tentang merancang sebuah perjalanan untuk melengkapi tulisan Mengurus Paspor Sendiri. Tentu yang kutulis berdasar pengalamanku.
Aku melakukan perjalanan pertama kali waktu aku kelas 2 SMP. Sangat-sangat telat. Tapi ya mohon maklum, waktu aku muda kan aku ini sangat penakut terlebih kalau ketemu orang. Naik sepeda onthel sudah biasa aku lakukan sejak aku SD, karena waktu itu aku pikir aku tidak butuh ketemu orang lain. Melihat orang lain bolehlah, tapi jangan sampai ada interaksi. Maka naik sepeda, bawa air minum, bisa kulakukan hingga ke Banyakan, Bulusari, lewat sawah, atau lingkup kecamatan Grogol atau yang berbatasan di Kediri sana. Nah perjalanan waktu SMP itu aku lakukan untuk pergi ke kolam renang, di kota kabupaten Kediri! Hehehe... Offcourse untuk perjalanan itu tak perlu perancangan yang detail. Yang akan kita bahas adalah perjalanan yang agak jauh dikit.
Okey, mula-mula aku umumkan kalau aku sangat suka perjalanan yang gratis. Maka dari aku kuliah aku selalu cari kesempatan untuk model perjalanan semacam itu. Ke berbagai kota di Jawa dari Banyuwangi sampai Merak sudah kujelajah waktu mahasiswa. Kebanyakan gratis! Juga Sumatera dan Kalimantan. Kuncinya? Banyak teman, relasi, jaringan. Lalu punya kecerdasan. Gratisan tuh butuh kapasitas yang disyaratkan. Misal ikut visitasi Mgr. Pandoyo, aku dapat perjalanan dari Malang,
Pasuruan, Situbondo sampai Banyuwangi. Syaratnya kan mesti dekat sama Mgr. Pandoyo kan? Lalu jadi misionaris awamnya CM bisa ke Kalimantan Barat, Tanjung Priok, Surabaya, Blitar, dll. Sudah
gratis, dapat training sebelumnya, dan dapat uang saku. Tapi kan mereka punya syarat juga. Juga beberapa kali
jalan ke Jakarta minim ongkos dengan naik Kereta Api Matramaja.
Ikut pelatihan jurnalistik, pelatihan ini itu. Karena utusan berarti dapat sangu, dan cari tiket murah sembari nilep-nilep dikit. Kalau rombongan ada 5 orang,
tiketnya beli 3 aja. Jadi kalau kondekturnya kelihatan akan ngecek,
cepet-cepet ke toilet. Lamain dikit sampai kondekturnya lewat. Tapi trik
ini jangan coba-coba dilakukan sekarang. Kereta api Indonesia sekarang
sangat rapi. Pasti diturunkan kalau gak punya tiket. Juga jangan lagi dicoba untuk kendaraan manapun juga! Menurut agama manapun itu termasuk mencuri, dan dosa hukumnya. Kalau sekarang, jalan gratis karena urusan dan utusan kerjaanku. Bisa ke Indonesia berbagai tempat, bahkan ke luar Indonesia juga, meski sekarang baru seputaran Asia.
Okey, soal yang gratisan juga tidak akan dibahas di sini. Itu hanya semangat dasarnya karena memang tidak punya duit lebih, dan menandaskan bahwa kesempatan harus disambar!
Kali ini adalah merancang perjalanan agak jauh atau jauh dengan biaya minimal namun ternikmati semua sudutnya :
1. Memastikan siapa yang akan ikut dalam perjalanan. Pastikan bahwa kita masing-masing memang punya waktu untuk liburan. Bagi yang masih lajang, dan bukan guru pasti lebih mudah. Tapi kalau sudah ada pasangan dan anak-anak dan guru, lebih baik tahu jadwal libur pasangan, anak-anak, dan sekolah. Guru memang pekerjaan spesial. Kayaknya santai tapi gak bisa sekarepe dewe. Nah, tanggal-tanggal libur itu pampang dengan lingkaran menyolok di kalender.
2. Tentukan budjet yang akan digunakan selama perjalanan, total. Itu jumlah uang yang tidak mengotak-atik kebutuhan rutin (supaya tidak jontor usai perjalanan) dan jumlah itu akan diusahakan sungguh-sungguh terkumpul dengan segala cara. Hanya jumlah itu yang akan kita gunakan. Berhemat, puasa, tidak jadi beli sandal sesuai rencana, menunda makan di Pizza Hut, mencuci motor sendiri, dll bisa jadi cara selain mencari kerja tambahan seperti menulis, dan bicara. Atau jualan ini itu, bekerja tambahan dll. Di rumah, aku, suami dan anak-anak punya kotak2 keinginan yang bertulis nama kami masing-masing. Ketika suamiku nyuciin motorku, aku masukkan 6 ribu rupiah ke kotaknya. Ketika aku tidak jadi creambath, aku masukkan 50 ribu rupiah di kotakku. Ketika aku lihat Albert membantu bapaknya membuat kandang burung, aku masukkan 3 ribu ke kotaknya. Ketika dapat honor ngomong 700 ribu aku masukin kotak. Macam itulah. Kotak itu disegel rapet tak akan dibuka sampai hari H. Tahun lalu ketika kami jalan ke Jawa, kami buka kotak-kotak itu lumayan lo. Kotak Mas Hen bisa sampai 300-an ribu rupiah, dan cukup untuk beli camilan, minuman, makanan sepanjang perjalanan. Kotak anak-anak untuk kebutuhan mereka sendiri, gak perlu minta kami. Padahal dikumpulkan beberapa bulan saja.
3. Lalu tentukan tujuan perjalanan. Satu pulau, dalam negeri atau luar negeri? Aku sering memakai pertimbangan keinginan yang kuat, baru kemudian uang. Kalau uang menjadi pertimbangan awal, aku takut malah gak kelakon atau tak ternikmati. Browsing di buku, majalah, koran, internet bisa memberi pengaruh pada keinginan mengunjungi mana. Misal sekarang ini aku lagi kuat banget pengin balik ke Thailand untuk menjelajah tempat-tempat yang dulu tak sempat kukunjungi saat aku kesana. Tapi aku juga sedang ingin menunjukkan pengalaman mengunjungi negara lain dengan anak-anak, mungkin yang dekat-dekat dulu, Singapura dan atau Malaysia. Lalu juga ingin ke Bali sekalian pulang kampung. Dll. Tapi sebenarnya otomatis bayangan budjet yang kita tentukan akan mempengaruhi saat memilih tujuan secara realistis. Ini kan kita merancang perjalanan sungguhan, bukan cuma mimpi-mimpi saja.
4. Setelah tujuan ditentukan, kita cari cara yang paling nikmat dan murah. Ini yang menjadi inti dalam perancangan perjalanan. Data tentang pilihan alat transportasi menjadi sarana yang paling menguntungkan. Waktu kami rencana ke Jawa tahun lalu, kami sudah tentukan kota-kota yang akan dihampiri. Jogjakarta, Surabaya, Lumajang, Kediri dan Bandung. Pilihannya pesawat, kereta api, dan bis. Lalu kotak-katik. Sekarang harga pesawat dan kereta api dapat kita lihat secara online. Keduanya menawarkan harga yang berbeda pada hari yang beda. Kalau kereta api, pada hari Jumat - Minggu pasti lebih mahal. Pesawat juga punya kecenderungan mahal pada hari-hari tertentu, bisa sangat-sangat mahal tak masuk akal. Tapi juga bisa dapat murah tak masuk akal kalau sedikit beruntung. Moda angkutan seperti itu kan melihat trend pasar. Aku pernah dapat tiket Kereta Api Gajayana Kediri - Jakarta yang biasanya Rp. 380.000,- dengan harga hanya Rp. 100.000,- Yaitu pada hari Kamis, bulan April! Mungkin pada bulan itu orang tidak banyak yang bepergian. Lalu kami sekeluarga pernah dapat tiket pesawat Surabaya - Jakarta super murah karena kami pilih penerbangan tanggal 1 Januari pukul 06.00. Hehehe, bayangin siapa yang mau terbang jam segitu pada tahun baru? Mereka semua masih tidur, kami sudah jalan ke bandara. Nah, macam itulah milih tiketnya. Cari jadwal yang kira-kira orang tidak mau pakai. Lalu pesannya jauh-jauh hari. Jangan terlalu mepet. Jauh-jauh hari merancang juga membuat hidup kita lebih enak. Saat buat janji dengan orang-orang lain akan lebih mudah juga. Jadi jadwal perjalanan kita gak terganggu.
5. Menentukan tempat menginap. Ini juga gunanya berteman dengan siapa saja. Berteman secara erat tidak basa-basi. "Kapan-kapan saya akan mampir juga ke rumah, bu." Begitu aku bilang ke mamanya Yessy yang rumahnya Kabanjahe saat beliau haru pamit setelah dari Lampung sambil memeluknya erat. Dengan yakin beliau menawarkan,"Pasti. Kapan saja, datang ke rumah. Kau anakku juga." Nah, aman. Saat nanti suatu ketika aku ke Sumatera Utara aku sudah dapat tempat tinggal. Itu contohnya. Jangan hanya basa-basi saat berteman. Juga jangan pernah niat untuk ngrepoti. Kalau memang rumah kerabat atau sahabat yang jadi tempat menginap, pastikan mereka tahu rencana nginap itu jauh-jauh hari. Dan jangan memaksa. Beri ruang mereka untuk berpikir hingga yakin bahwa kehadiranmu tidak mengganggu mereka, tapi malah menyenangkan mereka. Pilihan lain yang lebih bebas untuk menginap : losmen, hostel, atau hotel, tergantung duit. Atau sewa rumah penduduk. Ini jauh lebih murah. Misal kalau ke Pantai Mutun yang dekat-dekat sini, kami akan pilih sewa kamar di rumah Pak Pieter seharga 150 ribu rupiah, daripada di cottage depannya yang 600-an ribu semalam.
6. Makanan bisa menjadi sarana wisata. Jadi tahu makanan khas tempat tujuan kita bisa masuk dalam perancangan dimana kita akan makan pagi, siang dan malam. Internet bisa membantu kita jika tidak ada rekomendasi teman. Misal, kalau lewat Muntilan, jangan lupa brongkos enak di Pasar Jembatan Krasak. Atau kalau ke Malaysia makan nasi lemak, sembari mbandingin dengan nasi uduk. Ke Sanggau makan nasi padang. Hehehe, salah ya. Tapi itu kualami saat naik Damri dari Pontianak. Kelaparan dan hanya ada nasi padang. Ampun. Jauh-jauh dari Sumatera malah makan nasi padang!
7. Pastikan tahu ada biaya-biaya tambahan. Macam airport tax, pajak retribusi, uang kencing, dll. Jangan samapi lupa. Di Radin Inten airport tax hanya 15 ribu, tapi di Soekarno-Hatta untuk domestik 40 ribu dan internasional 150 ribu. Cukup besar kan. Jadi mesti disiapkan. Biaya untuk oleh-oleh hukumnya wajib. Tapi tidak harus untuk semua orang sekampung. Aku cenderung beli oleh-oleh untuk diriku sendiri. Selendang tenun dari Bena, hiasan dinding kain dari Bangkok, kaos dari Pontianak, taplak kotak-kotak dari Siem Reap, anting-anting dari Balikpapan, lonceng dari Taipei, batik dari Jogja, dll. Kita bisa bercerita dari barang-barang itu. Lalu kalau ada duit lebih beli berlusin-lusin gantungan kunci, untuk jaga-jaga jika ada yang nagih oleh-oleh. Di tempat wisata manapun pasti ada souvenir gantungan kunci. Hehehe. Murah.
8. Foto dan tulisan. Ini yang paling penting untuk disiapkan. Kamera, baterai, dan cek sebelum berangkat. Lebih baik beli kamera dengan baterai yang sekali pakai. Beberapa kali aku mengalami masalah kalau baterai harus diisi ulang. Colokan listrik tidak selalu sama di banyak tempat. Lalu beli baterai cadangan yang cukup. Juga bawa memory card reading. Jika nanti perlu memindahkan gambar untuk langsung upload akan lebih mudah. Lalu pena dan buku kecil. Pastikan pena tidak ngadat, dan tulis sebelum berangkat di halaman-halaman depan : alamat-alamat yang penting di tempat tujuan, no telepon, kontak person. Ini akan sangat membantu. Nulisnya jangan di bagian dalam, nyarinya susah. Lalu tulis juga kode booking (jika pake pesawat) termasuk jadwal dan no penerbangan. Kalau tiket ketinggalan gak repot. Lalu tulis pengalaman perjalanan per hari/ per tanggal. Ndak harus detail, tapi point-point catat untuk mengingat saat kita tulis kisah kita nanti. Khususnya jika nyangkut nama orang, nama tempat, nama makanan, dll.
9. Barang-barang keperluan sehari-hari jangan lupa. Aku paling suka bawa ransel. Semuanya aku kemas berdasar jenis dalam tas-tas kain sebelum masuk ke ransel. Bisa juga pakai tas plastik jika ada kekuatiran kena air sepanjang perjalanan. Tapi aku gak suka bunyi kresek-kresek dari tas plastik pas bongkar dan packnya. Jadi aku lebih suka pakai tas-tas kain, bekas kondangan, bungkus helm, bekas belanja dll. Misal baju tidur dan baju dalam masuk dalam 1 tas, sepatu tas lain, baju yang gak boleh kusut di satu tas, dst. Lalu masukkan teratur ke ransel, jangan dijejal. Fungsinya memisahkan ke tas-tas kecil, andai perlu dibongkar kita gak repot barang-barang berhamburan. Waktu di Phnom Penh ada seorang penumpang yang harus membongkar kopernya di bandara karena dicurigai imigrasi ada barang yang gak boleh masuk pesawat macam benda tajam, cairan dll. Jadi morat-marit kalau gak dipack per tas. Kita mudah juga kalau butuh benda tertentu. Terus, benda-benda pribadi macam sikat gigi, odol, handbody, dll jangan lupa. Walau niat mandinya tidak sering-sering, itu wajib. Baju cari yang ringan dan gak usah banyak. Usahakan satu ransel cukup. Plus satu tas kecil untuk dokumen diri (KTP dan Paspor), tiket, kamera, buku catatan, uang, dan tisu. (isi dengan barang yang akan dibutuhkan di jalan.) Dan biasanya aku tambah dengan celana dalam satu, dan t-shirt yang paling tipis. Untuk jaga-jaga. Kan pernah ada cerita bagasi seseorang hilang to? Entah naik apapun kayaknya baju cadangan ini penting. Ohya, fotokopi juga dokumen diri lalu taruh di ransel. Untuk jaga-jaga.
10. Nah, ya, perjalanan itu menyenangkan. Jadi jangan nunggu-nunggu. Nunggu kalau lulus. Nunggu kalau kaya. Nunggu kalau udah nikah. Wah, gak jadi deh. Maka, ayok, buat hidup ini lebih bermakna dengan perjalanan-perjalanan. Pun sekarang kita sedang melakukan perjalanan kok. Perjalanan kehidupan. Kita jelajahi dunia dengan nikmatNya. Aku kira Dia-pun selalu melakukan perjalanan. Tidak mandeg berhenti mogok.
Begitulah.
heheh, kalimat2mu seperti menyidirku mba, aku memang berani ke tempat2 baru, tapi aku selalu takut mengenal orang baru, kawan baru, sulit untuk memulai, dan tetek bengek lainnya...mungkin harus berusaha lebih keras..:)
ReplyDeleteTerimakasih telah mengingatkan!
Yeee, Ge-ernya si non Yessy. Itu kan aku juga. Tetap semangat!
ReplyDelete