Sunday, April 12, 2009

Sinyal Tanpa Telepon

Suatu hari pernah menjadi hari yang ramai dengan sinyal-sinyal. Semrawut ke segala arah. Sinyal-sinyal itu mula-mula lahir dari pejumpaan-perjumpaan. Seperti pertemuan sperma dan sel telur sepasang monster, lalu lahirlah ribuan anak pinak. Dengan berbagai bentuk. Ketika sedang dalam perkembangan, sinyal itu menjulur mengulur mengkerut mengkerinyut, hingga satu titik menjadi dewasa dengan bentuk yang nyaris tetap. Tapi tetap dengan tubuh elastisnya memberi sentuhan pada tujuan-tujuan yang entahlah, kenapa selalu egois untuk kedalaman diri. Lalu sesekali mereka akan menampakkan wajah aslinya sebagai anak-anak monster. Menerkam tengkuk para terjerat, mengunyahnya dengan gigi-gigi taring dan merobek dadanya. Berhamburan hati para terjerat ini sehingga tak lagi bisa dikembalikan ke wujud semula. Karena robekan gigi sinyal pasti akan meninggalkan lubang-lubang, yang hanya dapat diisi kembali oleh keindahan kenangan. Dan keindahan harapan.
Pun sinyal seperti ini tetap hidup walaupun tanpa telepon. Pun begitu, telepon akan membantunya berkembang biak lebih cepat untuk menjadi monster yang ganas memabukkan. Dan meneruskan generasi-generasi berikutnya.

No comments:

Post a Comment