Wednesday, April 29, 2009

Conspiracy (4)

(Kisah sebelumnya.)
...
Aku berada di dalam hutan hujan. Sangat lebat dengan jarum-jarum air, yang sejuk persis mengenai permukaan kulit. Sungguh menyenangkan berada di tempat seperti ini. Semuanya terlihat basah, segar.
Sayang, rupanya tirai dari langit ini sering kali menutup pandangan mata sehingga tampak semua berselimutkan keabuan. Warna aslinya tertutup oleh garis-garis air yang kelewat lebat.
Sesekali aku berjalan meneduh. Di gubuk-gubuk buatanku sendiri ini tetap saja ada percik air, tapi dalam jarak pandangku menipis, hanya di sekitar dekat saja terlihat jelas. Kejauhan menjadid kegelapan yang tak ketahuan sedikitpun detailnya.
Aku tertawa lepas ketika aku mengenali sesosok rupawan di situ. Rupanya ada Dew di salah satu gubuk. Aku segera menghambur ke sana, ke dalam pelukannya yang kokoh. Hilang sudah basah kuyupku, berganti dengan cemerlang embun malam. Aku merasakan manis ketika lidahku menjilat seluruh tubuhnya. Membawaku pada sayap-sayap raksasa yang menerbangkanku pada nikmat candu yang luar biasa.
Kelegaan ini...tidak lama. Tiba-tiba sepasang tangan gelap menyergap Dew, membawanya pergi menembus langit gelap. Tak kelihatan apa-apa. Aku panik menjerit dan mencoba menggapainya. Tak ada Dew, yang ada hanya hujan, hutan hujan. Dan kegelapan!
...
Aku terbangun dengan badan basah kuyup berkeringat. Para dayang di sekitarku tertidur pulas. Di sekitar kaki mereka berserakan gelembung-gelembung mimpi yang masih mentah. Dan di seputar matanya bertebaran peri-peri tidur yang pekat. Sangat pulas. Hehm...kenapa para peri itu tidak melingkupi aku? Hehmm...
Mimpi yang barusan aku makan dari talam para dayang itu hasil ramuan tanganku sendiri. Persis seperti bagaimana otakku bekerja. Aku tidak suka situasi ini. Bagaimana aku tidak boleh mengeluh pada situasi seperti ini? Tidak satupun yang terjadi sesuai dengan yang aku inginkan. Tak ada satupun yang terjadi sesuai dengan harapanku. Aku tidak bisa memaksakan satu senyumpun ke udara.
Tak berniat bangun, namun aku berjingkat melewati para dayang itu. Silakan mereka bercinta dengan para peri tidur. Satu hal yang bisa aku lakukan adalah menyendiri. Dan pojok taman itu menjadi tempat yang tepat.
Memang tempat yang tepat... (bersambung)

No comments:

Post a Comment