Bulan perak di pagi hari. Aku lurus menghadap Timur dengan percakapan berderai-derai dalam hening yang ramai.
"Kapan kita bertemu lagi?" Aku bertanya.
"Untuk mengambil malam?" Jawabnya, balik bertanya.
"Boleh. Bisa?" Masih dalam tanya aku menahan harapan.
"Usai purnama saja."
Aku tahu saat-saat purnama akan menyamakan semua perjumpaan. Tak bisa dibedakan apakah maya atau marca, jadi sama dalam sinar purnama.
"Itu masih sangat lama." Aku kecewa tapi juga pasrah karena itulah senyatanya jarak.
"Ya. Tapi sementara menunggu, lihatlah ke atas. Entah engkau dimana, pun aku dimana, kita bisa melihat bulan perak yang sama. Bahkan pantulan senyummu ku lihat di sana."
Aku melontarkan tawaku sekencang mungkin, ke arah bulan, yang akan memantulkannya ke arahmu. Engkau benar! Aku berharap engkau juga tertawa dalam lingkaran bulan perak pagi ini. Berbahagialah!
No comments:
Post a Comment