Friday, April 10, 2009

Pagi Mewah

Ada satu hal yang saya nikmati (aku merindukannya setiap kali) bahkan hingga kini. Bangun siang, gak perlu langsung bangun, dan meraba-raba sekitar bantal kalau-kalau ada buku yang tertinggal di sana. Jika ada buku di situ, berarti ada bacaan yang belum selesai aku baca. Lalu melanjutkan membaca tanpa peduli waktu akan mengalir ke jam berapa, tidak usah buru-buru. Biasanya sampai perut terasa lapar, lalu beranjak enggan untuk mencari sesuatu yang bisa dikunyah.
Ah, teman, kenikmatan seperti itu sangat langka di duniaku sekarang ini. (Dulu nyaris setiap pagi aku nikmati ketika aku kerja di Malang Post, hidup sendiri di kostan damai Mulyorejo. Gangguan hanya dari Pimredku, lewat pager.) Dunia pagiku sekarang adalah berisik terburu-buru. Dipenuhi rengekan atau teriakan atau tarikan. Bahkan kebisingan itu tidak akan selesai hingga kembali malam.
Sesekali aku bisa menikmati kemewahan pagi kembali ketika hari libur dan semua orang di rumah belum bangun. (Aku mesti membuat mereka semua tidur larut malam dengan segala cara supaya mereka bisa bangun lebih siang. Tapi sulit kan?) Atau saat aku tidak tidur di rumah karena suatu acara. (Tapi juga susah karena dalam kepergian semacam itu pasti ada agenda yang jelas dengan waktu yang jelas.)
Pagi ini aku mendapatkan pagi mewah itu lagi. Tapi tidak ada satu buku pun di sekitar bantalku. Tidak ada bacaan yang belum selesai. Semua buku sudah tertutup dan pembatasnya menempel pada sampul belakang.
Oh, please teman, kirimi aku buku. Yang tebal, yang tak kan selesai sampai tahun-tahun berlalu. Kisah apapun sodorkanlah padaku, supaya bisa aku baca ketika pagi yang mewah seperti itu aku dapatkan lagi.

No comments:

Post a Comment