Wednesday, April 15, 2009

Kasihan!

Marahku membukit pagi ini. Bagaimana mungkin seorang dirimu, yang perutnya sudah membuncit dan kacamata menebal, melempar seorang anak kecil dengan nasi basi? Aku sudah menaruh benteng itu ketika memutuskan untuk menapak jalan, tepat di sampingmu. Aku tahu dari mula kalau aku tidak akan dapat merubahmu menjadi kelinci atau kupu-kupu, dan aku tidak pernah berniat untuk itu.

Hari ini seorang anak menangis karena pedasnya katamu. Kemarin seorang bapak marah karena kakunya hatimu. Dulu seorang ibu mati karena tanpa ada senyummu. Bagaimana seorang dirimu bisa memperlakukan orang lain dengan kejahatan yang seperti itu? Apakah kamu tahu bahwa engkau sudah membunuh banyak jiwa?

Marahku membukit pagi ini. Aku bertahan menyebutmu teman. Uh, sangat manis rupanya diriku dengan senyumku pada tiap bulan padamu. Baik sekali aku dengan segala pembelaanku untukmu. Beriman sungguh aku membayangkan suatu saat aku melihatmu bisa menggandeng tanganku, tangannya, tangan mereka. Uh!

Dua hari ini sudah keterlaluan. Jika aku mau, aku sudah menamparmu beberapa masa yang lalu. Aku sanggup membunuhmu seperti mereka semua bisa menguburmu. Siapa kau dengan kepongahan seperti itu? Apa isi otak dan hatimu itu yang membuatmu hidup? Tidak, teman! Kasihan sungguh dirimu tidak tahu bahwa engkau hidup dariku, darinya, dari mereka. Yang sudah kau bunuh setiap kali.

Kasihan sekali dirimu!

2 comments:

  1. Bumi dan langit tidak akan menerimanya jika dia MATI. Kita lihat saja! Setan berambut putih ini akan mati tenggelam dalam lahar mendidih dan panas! Entah siapa yang melakukan? Kita lihat saja nanti, bahwa pembalasan akan lebih kejam dengan apa yang dia lakukan pada semua!!!!!

    ReplyDelete
  2. Hei, hei, lepaskan dendammu. Ubah jadi kasih. Maka terlihat betapa mengenaskan dia. Bahkan tak layak dia mendapatkan perhatian dari seluruh hati kita atau kita dipengaruhi olehnya. Dia sungguh-sungguh mengenaskan. Levelnya jauh dari kita, maklumi deh. (kapan-kapan kita keroyok ya. siapkan senjata. heheheh...)

    ReplyDelete