Thursday, August 01, 2019

Satu Malam di Raja Ampat (1): Memulai dari Pelabuhan Sorong Papua Barat

 Kegiatan utama di Sorong sudah selesai. Sesuai tawaran manis dari seseorang yang baik hati kami merencanakan perjalanan ke Raja Ampat, tempat yang dari dulu menjadi salah satu tujuan impian. Kali ini tawaran datang begitu saja, tak mungkin ditolak.

Minggu 28 Juli 2019 kami berenam (aku, sr. Natal, rm. Koko, rm. Heri, rm. Ewal dan rm. Bimo) sudah bersiap. Misa pagi dulu karena itu hari minggu, dan tak mungkin mengikuti atau melakukan misa dalam perjalanan. Hehehe... Usai misa masih ada sarapan dengan Mgr. Hilarion, tuan rumah kami yang baik hati. Pun usai sarapan, sr. Natal masih nyempetin mengangkut satu bungkus besar roti tawar dari meja makan. "Ini memang disediakan untuk kita. Kita bawa satu saja ya." Aku tertawa saja menyetujui.

Mengingat perjalanan nanti akan berada di seputar air, laut, pantai, aku meminimalkan bawaan. Celana pendek 2 buah, 1 untuk nyebur ke air dan 1 lagi untuk tidur. Celana panjang cukup satu kupakai sebagai rangkapan waktu berangkat, tapi aku menyiapkan sarung Bali untuk kupakai sewaktu-waktu. Kaos, baju dalam, handuk kusiapkan bersama dengan perlengkapan mandi, plus sandal jepit.

Persis pukul 08.00 kami sudah berada dalam minibus jemputan dari Kingfour Tour and Travel untuk menuju ke pelabuhan. Pelabuhan tidak terlalu jauh dari tempat kami nginap, hanya sekitar 5 menit sudah sampai. Di dekat dermaga kami disambut 4 kru Kingfous. 1 perempuan rupanya hanya untuk memastikan kami dan logistik kami sudah siap dan okey. Sedang yang 3 lagi mengenalkan diri. Josep, si guide tour multimedia, Bayu si kapten yang akan membawa speedboat, dan Endo si kelasi yang membantu kapten dalam pelayaran.

Sebelum kami berangkat, briefing serius dilakukan oleh Josep. "Tidak boleh membuang sampah sembarangan di laut atau pulau. Semua sampah yang kita bawa masuk ke tempat sampah ada di speedboat, atau di tempat yang disediakan di tiap spot. Kedua, tak boleh menginjak terumbu karang di manapun kita masuk ke air. Sebagian dari terumbu karang itu sangat dekat dengan kaki kita, tapi tak boleh diinjak. Ketiga, dilarang memancing di daerah-daerah pantai. Memancing hanya boleh di tengah laut atau di tempat yang diijinkan."

Nah, okey banget deh dengan peringatan itu. Josep mengatakan kita akan melalui dua hari itu dengan beberapa spot perhentian. Hari pertama, rute yang dipilihkan untuk kami adalah Pasir Timbul, lalu ke Piaynemo Guesthouse untuk makan siang, lanjut ke Telaga Bintang dan ke Bukit Piaynemo. Dua tempat ini akan menuntut kita naik ke atas bukit, jadi harus menyiapkan pendakian. Terakhir di hari itu akan ke kampung Arborek untuk snorkling. Usai snorkling kami akan diantarkan ke Waisai untuk menginap satu malam di ibu kota Raja Ampat itu. Sebuah hotel sudah dipesan untuk kami, Raja Ampat City Hotel.

Josep masih meneruskan, kalau hari kedua kami akan diantar ke 2 spot cantik. Yang pertama adalah Batu Pensil dan kemudian ke Pantai Friwen. Friwen adalah spot terakhir untuk kami, sebelum kami balik ke Sorong.

Yang aku ndak nyangka adalah penjelasan berikutnya saat kami mulai melaju di atas speedboat dengan kekuatan 2 mesin masing-masing 100 PK, kecepatan sekitar 45 knot, bahwa bulan Juli dan Agustus adalah puncak ombak tinggi di daerah situ. Bulan itu biasanya tidak diminati oleh orang-orang yang takut gelombang tinggi. Kadang BMKG juga akan menghentikan aktifitas pelayaran sewaktu-waktu karena sangat berbahaya. Huhuhuuuu....

Kingfour memberikan pelayanan yang oke dalam pelayaran. Mereka menyediakan alat snorkling, life jacket, air minum macam-macam (kecuali yang beralkohol), makanan cemilan, jas hujan sekali pakai (nanti akan ketahuan gunanya saat perjalanan. huft)

Nah, setelah semua siap, kami berenam plus 3 kru speedboat mulai berlayar di hari minggu itu pada sekitar jam 09.00. I'm coming Raja Ampat. *** (berlanjut)


1 comment: