Kapten Bayu, boss (hihihi), Josep dan Endo. |
Ombaknya? "Moga tidak tinggi."
Tapiiii, penumpang bagian belakang disuruh pakai jas hujan. Huaaa... tanda-tanda ndak baik ini. Doa pun kembali terlantun.
Kok lama sih Jo? "Bentar lagi, bu. Ini lurus saja kok."
Yoalah, sampai 3 jam juga belum sampai. Dasar si Josep. (Saat di pelabuhan dia minta maaf, memang mengatakan hanya 2 jam perjalanan biar penumpang tidak takut.) Dan memang lurus saja ini perjalanan pulang, tak mampir-mampir lagi. Ombak tinggi, arus samudera, semua dilewati dengan gagah oleh speedboat dengan kaptennya yang cool. Awalnya kepulauan di belakang masih kelihatan semakin samar, lalu hilang tak tampak mata. Kok pulau depan masih belum kelihatan?
"Belum bu, bentar lagi." Suara Josep masih kalem aja. Hadehhh... Speedboat terbanting-banting dengan bunyi yang bikin seram.
Sesekali kami terhibur kalau berpapasan dengan perahu-perahu tradisional. Jelas kecepatan speedboat 200 PK yang kami tumpangi menang soal apapun. Lebih cepat, lebih tangguh. Melihat mereka di longboat yang begitu pelan dengan penumpang-penumpang orang lokal kok ya lebih serem. Duh, mereka sehari-hari sudah melakukan pelayaran model itu sepanjang waktu.
Sekali dua kali kami lihat kapal besar, Sorong - Waisai yang sehari memiliki 2 kali jadwal pelayaran pulang balik. Mereka seperti perempuan besar yang berjalan anggun melintasi samudera, tampak tenang dan tidak tergesa-gesa. Tapi yo tampak sekali oleng kanan, oleng kiri.
Sesekali kami akan melihat ikan-ikan layang yang meloncat dari satu ombak ke ombak berikutnya. Indah berkilat. Kadang dalam khayalan muncul bayangan ikan besar di bawah permukaan air laut. Mereka sepertinya dophin penjaga kami, menemani pelayaran siap membantu kalau dibutuhkan. Atau mereka itu rombongan hiu yang siap memangsa kami kalau terjungkal ke laut? Huaaa...
Ke Billy Bakery untuk pesan Roti Abon Gulung |
Tontonan macam itu juga pikiran-pikiran yang selintas-selintas memenuhi pikiran, membuatku bisa sedikit melupakan amukan ombak. Kalau sudah celingukan ke arah depan tapi pulau belum nampak juga, duhhh... kembali deh dag dig dug.
Setelah lebih dari 3 jam, ombak juga belum reda, tapi mercusuar Sorong dengan menaranya yang kukuh mulai kelihatan, rasa lega mulai mengalir. Kapal-kapal, perahu mulai tampak dan dermaga di kejauhan semakin jelas wujudnya. Puji Tuhan.
Sampai dermaga, langsung aku ke toilet, nyuci dan ganti baju. Lalu aku seret 3 kru kapal, Josep si Pemandu, Bayu si Kapten dan Endo si Kelasi, untuk foto bersama. Mereka para muda yang tangguh. Makasih ya. Terimakasih banyak.
Tugu Merah dan ornamen di depan seminari Sorong. |
Sopir dari Kingsfour sudah menanti dengan mobil minibus. Mereka akan mengantar kami ke toko oleh-oleh untuk pesan roti abon gulung, lalu mengantar ke penginapan. Billy Bakery yang kami pilih untuk beli abon gulung, roti khas untuk oleh-oleh Sorong. Kita bisa pesan di toko ini, membayar lunas, menunjukkan jam penerbangan kita dan besok oleh-oleh itu siap kita ambil di bandara Dominique Edward Osok. Jadi kita bisa mendapatkan oleh-oleh yang segar untuk dibawa pulang.
Nah, di Sorong sendiri tak banyak yang bisa dikunjungi. Tapi ada Tugu Merah, juga ada beberapa lembah atau bangunan yang indah. Jalanan cukup bagus, dan makanan enak dengan bahan dasar ikan cukup mantap. Pernah aku makan sate, kukira sate ayam dengan bumbu kacang, tapi setelah beberapa suap barulah kusadar. Ini ikan. Ikan yang segar disate dibumbu kacang. Mantap pokoknya.
Bandara Dominique Edward Osok Sorong |
Salah satu penampakan di bagian dalam bandara. |
No comments:
Post a Comment