Untung tidak tiap hari kejadiannya. Huah. Keluar dari gang rumah aku sudah curiga. Kenapa juga ada polisi di situ, lalu jarak berapa ratus meter ada lagi, ada lagi, terus ada setiap selang beberapa ratus meter. Aih, ini pasti urusan gak bener nih. Nah, benar saja. Semakin ke arah Tanjungkarang, semakin kelihatan sibuk para polisi ini. Berarti tidak jauh di belakangku ada rombongan penggede itu.
"Bert, cepat naik. Kalau tidak kita akan terjebak gak bisa lewat."
Albert yang menunggu di depan Bimbel Medica mau protes, tapi wajahku pasti memaksanya untuk cepat naik ke motor. Benar saja, begitu putar balik di Pasar Koga, penyapu ranjau pertama lewat, lalu mobil pembersih kedua, ketiga, sepasang motor dan rombongan yang konon SBY itu. Bisa diduga kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan. Oalah.
"Memang kenapa sih, bu?"
"Mereka merasa punya negara, jadi boleh saja merepotkan orang banyak."
Hehehe, Albert terdiam di boncengan. Lalu komentar lagi.
"Untung tidak tiap hari ya. Kalau tiap hari, repotnya tiap hari dah."
Ya, untung saja. Dalam hati aku berpikir SBY ini datang sebagai presidennya rakyat Indonesia atau sebagai ketua Partai Demokrat ya? Siapa yang membiayai segala kerepotan ini? Rakyat Indonesia atau partainya kah? (Jadi marah ketika malam hari mendengar korlap aksi FMN di'aman'kan saat mengadakan aksi memberikan kritik-kritik untuk presiden. Oalah.)
No comments:
Post a Comment