Judul : Arranged Marriage (Perjodohan)
Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni
Penerjemah ke Bahasa Indonesia : Gita Yuliani
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2014
Isi : 376 hlm; 20 cm
ISBN : 978-602-03-0135-8
Ini buku ketiga dari Chitra Banerjee Divakaruni yang aku baca. Yang pertama kumpulan cerpen "The Unknown Errors of Our Lives", lalu novel "Queen of Dreams" dan yang ketiga ini kumpulan cerpen "Arranged Marriage".
Aku jatuh hati pada Divakaruni. Karena, pertama, tulisannya selalu (so far) menyangkut kaitan kehidupan modern (Amerika) dan tradisional (India). Kehidupan yang sederhana menjadi rumit, dan yang rumit bisa menjadi begitu sederhana dalam tarik menarik India - Amerika ini. Hal ini juga muncul dalam 12 kumpulan cerpen Arranged Married ini. Semuanya memakai setting India - Amerika, migrasi orang-orang India ke Amerika yang kemudian bergulat dalam dua dunia, modern dan tradisional yang sama-sama kuat.
Kedua, Divakaruni menulisnya dengan cara yang sangat biasa namun menjadi penuh gaya. Lihat saja satu paragraf dalam cerpen Kata Cinta. "Ibumu bercerita tentang bagaimana radang sendi Bibi Arati tidak sembuh meskipun dia sudah memakai tapal kunyit. Tahun ini hawa dingin sekali di Calcuta, bunga-bunga shiuli semuanya mati. Kau mendengarkan, berpegang pada bunyi o yang bulat, bunyi e yang panjang dan cair, bunyi s yang menyapu wajahmu selembut ciuman malam. Ibumu sedang mencoba mengatur pernikahan untuk sepupu Leela yang akan lulus universitas tahun depan, ingat? Dia rindu padamu. ... Suaranya kecil dan jauh, seperti kaleng karena penuh berisik statis. ... Kau ingin bercerita padanya, tetapi jantungmu berlarian dalam dadamu seperti burung yang terjaring, dan kata-kata yang sudah kaulatih demikian lama, lenyap sudah."
Keren. Itu satu kata yang bisa mewakili buku kumpulan cerpen ini. Kau membayangkan paragraf tadi ingin bercerita apa? Dalam cerita Kata Cinta, tokoh 'kamu' dipaksa untuk mewakili satu generasi India yang tinggal di Amerika, menjalin cinta dengan seorang pria Amerika, Richard. Kamu dan Richard tinggal bersama, dan kemudian diketahui ibunya lewat telepon tak disangka di pagi hari karena pria itu yang mengangkat telepon. Ibu menolak anak perempuan yang tidak punya moral India. Lalu pergulatan 'kamu' pun menukik, naik, turun, hingga di bagian akhir Divakaruni menggantungnya di dua paragraf terakhir. Kalimat terakhir cerpen ini adalah : "Cinta itu seperti hujan, dan ketika kau mengangkat wajahmu kepadanya, seperti hujan dia mencuci hal-hal tidak penting, membuatmu kosong, bersih, siap untuk memulai."
Sederhana. Itu kalimat kedua yang aku suka untuk menilai cerita-cerita fiksi Divakaruni. Dan karena kesederhanaannya itu, dia bisa memunculkan banyak detail yang mendorong setiap pembaca untuk lebih paham tentang tradisi, budaya orang-orang India, khususnya orang-orang India yang sudah bermigrasi ke jaman modern. Dan penulis perempuan ini sangat paham pergulatan para tokoh utamanya, yang memang hampir semuanya adalah perempuan.
No comments:
Post a Comment