Judul buku : In the Time of the Butterflies
Penulis Julia Alvarez, 1994
Alih bahasa : Istiani Prajoko
Editor : Anton Kurnia dan Dian Pranasari
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Cetakan I : Oktober 2012
Isi : 576 halaman
ISBN: 978-979-024-389-7
Bersamaan dengan kontak tak henti dengan Yoris (STN), yang berjalan kaki bersama para petani Jambi ke Jakarta (long march 1000 km), aku mendapat bacaan yang luar biasa berdasar rekomendasi salah seorang sahabat hatiku. Novel dari kisah nyata yang terjadi di Republik Dominika karya Julia Alvarez, In the Time of of Butterflies.
Buku ini aku selesaikan persis ketika 65 petani Jambi plus Mesuji (yang ikut di hari ke sekian), akan masuk kota Bandarlampung. Dan aku masih belum bisa lepas juga dari para kupu-kupu itu setelah para petani itu aku lepas dari Wisma Albertus tadi pagi, saat mereka akan melanjutkan jalan ke arah Bakauheni dan menyeberang.Mungkin tak akan lepas juga dari buku ini seumur hidupku walau buku ini sudah aku berikan ke orang lain.
Novel ini diangkat dari kisah 4 saudari Mirabal. Yaitu Patria, Dede, Minerva dan Maria Teresa. (Butterflies adalah nama samaran mereka bersaudara dalam gerakan.) Keempatnya dengan cara yang paling perempuan telah menjadi pejuang-pejuang bagi berakhirnya Republik Dominika dari penguasa yang diktator dan tiran pada suatu masa. Bahwa mungkin kesemrawutan negeri itu masih berlanjut setelah sang diktaktor itu tumbang tidak dikisahkan lebih lanjut.
Rafael Trujillo, itulah presiden diktaktor yang dimaksud. Dia ingin menjadi Tuhan bagi seluruh negeri. Foto dirinya disandingkan dengan Sang Gembala Baik. Seluruh kata-katanya akan menjadi nyata, termasuk jika dia menganggap seorang gadis sangat cantik dan cocok untuk jadi istri mudanya, atau jika dia menganggap seseorang patut dimusnahkan.
Dari empat saudari Mirabal, Dede menjadi yang tertinggal untuk menceritakan kisah mereka setelah tiga kupu-kupu yang lain menjadi korban 'kecelakaan lalu lintas' masuk jurang. Seluruh bukti dan sakti mengarah pada keterlibatan Trujillo yang ingin menghilangkan para pengganggunya. Kematian para Mirabal ini pun memberi andil besar bagi jatuhnya sang diktator.
Julia Alvarez menggambarkan kehidupan para perempuan ini dalam penuturan berbagai teknik berbagai sudut pandang, sehingga dari jenis tulisannya saja aku mampu menangkap karakter setiap orang yang ingin dikisahkan. Patria, yang lembut membalut hidupnya dalam kegiatan yang sangat kristiani. Dede, satu-satunya yang tertinggal, adalah perempuan yang sensitif tidak suka pertikaian. Minerva yang cantik dan berani adalah yang pertama-tama melihat bagaimana seharusnya negeri itu diubah setelah mengetahui kisah-kisah mengerikan dibalik keagungan Trujilo. Dan Maria Teresa, si bungsu yang lembut namun mengagumi mengikuti Minerva. (Minerva dan Maria Teresa pernah dipenjara karena perjuangan ini, dan mereka berdua menghadapi dengan cara yang berbeda.)
Julia Alvarez menulis tentang kisah yang melegenda di Republik Dominika ini dengan cara yang paling manusiawi yang bisa dilakukan. Lengkap dengan romantisme dan dinamikanya. Kupu-kupu Mirabal ini terbang begitu saja kian kemari lewat kisahnya. Pun dengan kerapuhannya. Hari kematian mereka, usai mengunjungi suami-suami mereka di penjara, yaitu pada 25 Nopember 1960. Mereka plus sopir yang mengantar dianiaya lalu dimasukkan ke dalam mobil sebelum dijatuhkan ke jurang. Hari itu telah ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.
No comments:
Post a Comment