Aku bukan penggila kopi. Minum kopi hanya kulakukan sesekali. Biasanya saat kerjaan numpuk dan ingin istirahat barang 10 menit tanpa melakukan apa-apa, nah kopi adalah teman yang tepat. Atau bangun tidur, tidak minat apa-apa sedangkan pengin melakukan banyak hal, nah 10 menit bersama kopi akan menyegarkan. Atau kalau sedang ingin bertahan melek tapi tidak ada teman ngobrol maka cepat jerang air dan ngopi. Maka ngopi tidak kulakukan secara rutin. Dan aku paling menikmati kopi plus susu atau krem dengan gula yang tidak terlalu banyak. Kopi hitam terlalu keras bagiku.
Nah siang ini, (12/10) ajakan ngopi dengan dua teman aku terima dengan senang hati. Mereka memilih The Coffee untuk tempat kencan. Cafe ini terletak di Way Sungkai, Pahoman, Bandarlampung. Tempat yang tepat untuk ngobrol ngalor ngidul. Dan cappucino-nya enak. Mungkin memang sedikit lebih mahal dari tempat serupa di Lampung, tapi karena ini kencan traktiran tentu aku menikmati sepenuh hati. Apalagi bisa ngobrol dengan diiringi musik lirih dan tempat yang tenang.
Kebetulan sekali, di tengah-tengah kami menikmati kopi, Acen pemiliknya keluar dan bergabung bersama kami. Cerita pun berkembang apalagi kemudian dia mengenalkan 'kekayaan-kekayaan'nya, istri, anak, cucu. Hmmm, keluarga yang menarik. Pun mendengar sekilas perjalanan 'warung kopi' yang baru 2 hari yang lalu merayakan 2 tahunnya ini. 10 Oktober memang hari lahir 'anak'nya Acen ini.
Jadi, apa enaknya ngopi? Ya, aku menikmati secangkir cappucino yang tidak terlalu manis. Tapi tentu saja ini menjadi lebih nikmat karena obrolan dan pandangan. Tidak usah buru-buru, nikmati saja. Seruput pelan-pelan saat kopi masih panas, hingga di teguk terakhir saat kopi sudah dingin. Saat giliranku bicara, aku pegang gagang cangkir menikmati hangatnya merambat di telapak. Saat aku mendengarkan, aku seruput kopi sembari menatap yang sedang bicara. Tentu sambil senyum, karena kopi sangat tidak enak dinikmati sambil cemberut.
No comments:
Post a Comment